Liputan6.com, Jakarta - PT Citra Buana Prasida Tbk, perusahaan bergerak di bidang real estate dan properti menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).
Mengutip prospektus perseroan di laman e-ipo, Senin (19/12/2022), PT Citra Buana Prasida Tbk menawarkan saham perdana maksimal 271.250.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham dalam rangka IPO.
Baca Juga
Saham yang ditawarkan itu setara 20 persen dari jumlah seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO. Adapun kisaran harga penawaran antara Rp 100-Rp 150 per saham. Dengan demikian, dana yang diperoleh dari IPO antara Rp 27,12 miliar-Rp 40,68 miliar.
Advertisement
Perseroan juga menggelar program employee stock allocation/ESA maksimal 27,125 juta saham. Saham tersebut maksimal 10 persen dari saham yang ditawarkan dalam penawaran umum.
Perseroan akan memakai dana IPO untuk modal kerja perseroan untuk pembangunan ruko di kawasan Paskal Hyper Square. Untuk melaksanakan IPO ini, perseroan telah menunjuk PT Panin Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Perseroan mencatat pendapatan Rp 19,26 miliar hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 27,14 miliar. Perseroan meraih laba setelah pajak Rp 3,39 miliar hingga Juni 2022. Laba perseroan anjlok dari periode sama tahun sebelumnya Rp 11,8 miliar.
Aset hingga Jadwal
Total ekuitas tercatat Rp 131,85 miliar hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 133,70 miliar. Liabilitas perseroan tercatat Rp 68,01 miliar hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 61,3 miliar. Aset perseroan tercatat Rp 199,8 miliar hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 195,06 miliar.
Terkait dividen, perseroan akan membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham perseroan maksimal 30 persen dari saldo laba positif mulai tahun buku 2022 dengan tidak abaikan tingkat kesehatan perseroan.
Pemegang saham perseroan setelah IPO dan ESA antara lain PT Sandhi Pratama Nusa sebesar 73,15 persen, Gaery Djohari sebesar 6,85 persen, masyarakat 18 persen dan program ESA sebesar 2 persen.
Jadwal sementara IPO:
-Masa penawaran awal pada 19-23 Desember 2022
-Tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 29 Desember 2022
-Masa penawaran umum pada 2-4 Januari 2023
-Tanggal penjatahan pada 4 Januari 2023
-Tanggal distribusi saham secara elektronik pada 5 Januari 2023
-Tanggal pengembalian uang pemesanan pada 5 Januari 2023
-Tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Januari 2023
Advertisement
BEI Catat 42 Perusahaan Masih Proses IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 42 perusahaan yang masih dalam proses penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) hingga 9 Desember 2022.
“Sampai dengan 9 Desember 2022 terdapat 42 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, Senin (12/12/2022).
Ia menambahkan, hingga 9 Desember 2022, ada 58 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan jumlah dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 32,7 triliun. Saat ini terdapat 1 perusahaan yang sedang melakukan proses penawaran umum di sistem e-IPO, yaitu PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY). Bila sesuai jadwal, Venteny Fortuna International akan dicatatkan 15 Desember 2022.
Nyoman menuturkan, jika saham Venteny Fortuna International tercatat pada pertengahan Desember 2022 akan bawa saham yang tercatat di BEI pada 2022 naik 9 persen dibandingkan 2021.
“Apabila saham VTNY telah tercatat di BEI, maka total saham yang tercatat di BEI tahun 2022 berjumlah 59 saham atau naik 9 persen dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah 54 saham dan lebih tinggi dibanding rekor all time high BEI pada tahun 2018 yang berjumlah 57 saham,” ujar dia.
Sektor Saham
Nyoman menuturkan, dengan mempertimbangkan waktu hingga akhir 2022 sudah semakin pendek, kemungkinan terjadi perubahan jadwal pencatatan yang sebelumnya direncanakan 2022 menjadi 2023.
Berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline pencatatan saham dengan rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials
• 2 Perusahaan dari sektor Industrials;
• 4 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic;
• 2 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals;
• 7 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals;
• 6 Perusahaan dari sektor Technology;
• 3 Perusahaan dari sektor Healthcare;
• 5 Perusahaan dari sektor Energy;
• 2 Perusahaan dari sektor Financials.
• 6 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate.
• 3 Perusahaan dari sektor Infrastructures.
“Berdasarkan data di atas, perusahaan pada sektor Consumer Cyclicals, Technology, Energy, Properties & Real Estate paling banyak pada pipeline pencatatan saham, sedangkan sisanya tersebar pada sektor lainnya,” ujar Nyoman.
Advertisement