Wall Street Tumbang Usai Rilis Data Pekerjaan Beri Sinyal Kenaikan Suku Bunga

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 339,69 poin atau 1,02 persen ke posisi 32.930,08.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Jan 2023, 07:38 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2023, 07:38 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Kamis, 5 Januari 2023. Wall street jatuh seiring pasar tenaga kerja masih kuat meskipun kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) untuk menjinakkan inflasi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 339,69 poin atau 1,02 persen ke posisi 32.930,08. Koreksi indeks Dow Jones seiring saham Walgreesn anjlok 6,13 persen setelah laba menunjukkan penyelesaian opiod litigation senilai USD 5,2 miliar mendorong rugi kuartalan.

Indeks S&P 500 melemah 1,16 persen ke posisi 3.808,10 dan indeks Nasdaq tergelincir 1,47 persen ke posisi 10.305,24. Saham Bed, Bath and Beyond terpangkas 29,88 persen. Perseroan menyatakan kekurangan kas dan mempertimbangkan kebangkrutan dan bank Silvergate Capital yang ramah kripto tumbang 42,73 persen setelah mengungkapkan penarikan pelanggan utama.

Tiga indeks acuan rata-rata berada di jalur yang membukukan kerugian selama lima minggu. Adapun saham naik dari posisi terendah pada perdagangan Kamis sore hari ini tetapi tetap turun ketika dalam pidato, Presiden the Federal Reserve (the Fed) St Louis James Bullard mengatakan, 2023 merupakan tahun disinflasi. Ia juga mencatat sementara kebijakan saat ini tidak “cukup membatasi”, bergerak ke arah itu dan harus mencapainya pada 2023.

Saham dibuka lebih rendah setelah laporan gaji swasta ADP menunjukkan pemberi kerja menambahkan 235.000 pekerjaan pada Desember 2022, jauh di atas perkiraan ekonom. Upah juga meningkat lebih dari yang diperkirakan, tanda lain pasar tenaga kerja tetap panas

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Data Klaim Pengangguran

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Pada perdagangan Kamis pagi, klaim pengangguran mingguan datang di bawah harapan dan menunjukkan penurunan klaim yang berkelanjutan.

"Sementara kita akan mendapatkan gambaran keseluruhan yang lebih baik dari pasar tenaga kerja, gaji swasta mengalahkan harapan dan klaim pengangguran masuk di bawah indikasi kalau pasar tenaga kerja tetap tangguh,” ujar Mike Loewengart dari Morgan Stanley Global Investment Office seperti dikutip dari CNBC, Jumat (6/1/2023).

"Ini terjadi setelah perusahaan besar mengumumkan PHK yang cukup besar sehingga tidak ada keraguan tekanan pasar membebani perusahaan, tetapi masih harus dilihat kapan perekrutan akan melambat secara nyata,” ia menambahkan.

Pada Jumat, 6 Januari 2023, investor akan meninjau laporan pekerjaan Desember untuk data terbaru tentang pekerjaan dan upah per jam. Ekonom memperkirakan, pemberi kerja di Amerika Serikat menambahkan 200.000 pekerjaan pada Desember 2022 yang mewakili penurunan moderat dari kenaikan pada bulan sebelumnya.

Angka yang lebih tinggi akan menjadi berita buruk selanjutnya kalau bagi the Federal Reserve (the Fed) pasar tenaga kerja masih kuat. Selain itu, investor tidak ingin melihat keuntungan besar dalam pertumbuhan upah yang dapat menandakan inflasi yang lebih tinggi.

 


Sentimen di Pasar

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sentimen bullish pasar saham secara mingguan turun menjadi 20,5 persen dalam survei terbaru oleh American Association of Individual Investors, turun dari 26,5 persen pekan lalu. Di antara 60 pembacaan terendah dalam sejarah survei yang dimulai pada 1987.

Sentimen netral naik menjadi 37,5 persen, tertinggi sejak Maret 2022, dari 25,9 persen dalam survei yang berakhir pada 28 Desember 2022. Sementara sentimen bearish turun menjadi 42 persen. Ini masih jauh di atas rata-rata historis 31 dan dari 47,6 persen.

Awal pekan ini, survei mingguan Investor Intelligence menunjukkan sentimen bullish di 36,6 persen turun dari 37,5 persen minggu sebelumnya dan tertinggi pada Desember 43,3 persen. Pandangan bearish atau  melemah naik menjadi 33,8 persen dari 33,3 persen tetapi masih jauh di bawah puncak baru-baru ini di 44,1 persen yang terlihat pada awal Oktober 2022.


Penutupan Wall Street pada 4 Januari 2023

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Rabu, 4 Januari 2023 sesi perdagangan yang bergejolak.

Penguatan wall street terjadi setelah investor melihat risalah pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang menunjukkan bank sentral akan tetpa agresif dalam kebijakannya untuk menjinakkan inflasi yang tinggi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 133 poin atau 0,40 persen ke posisi 33.269,77. Indeks S&P 500 mendaki 0,75 persen ke posisi 3.825,97. Indeks Nasdaq bertambah 0,69 persen ke posisi 10.458,76.

Sementara itu, imbal hasil obligasi melemah bahkan ketika the Fed menegaskan kembali suku bunga akan bergerak lebih tinggi tahun ini.

Tiga indeks acuan membukukan penutupan positif pertama pada 2023, mematahkan penurunan dua hari berturut-turut setelah reli dari teritori negatif pada perdagangan Rabu sore waktu setempat. Saham dibuka di wilayah positif pada perdagangan Rabu pekan ini setelah awal tahun yang sulit pada perdagangan Selasa pekan ini.

Laporan pembukaan pekerjaan dan perputaran tenaga kerja pada November atau JOLTS, datang sedikit lebih baik dari yang diantisipasi, menandakan berlanjutnya kekuatan pasar tenaga kerja di tengah kenaikan suku bunga bank sentral untuk menjinakkan inflasi.

Indeks  manufaktur ISM menunjukkan kontraksi di sektor ini setelah ekspansi selama 30 bulan menandakan kenaikan suku bunga mungkin bekerja untuk memperlambat perekonomian.

Wall street menguat karena investor mencerna laporan tetapi memangkas keuntungan ketika risalah dari pertemuan the Fed pada Desember 2022 menunjukkan sentimen hawkish dari bank sentral bahkan ketika memberikan kenaikan suku bunga 50 basis poin, kebih kecil dari kenaikan sebelumnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya