Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten rumah sakit telah merilis laporan keuangan sepanjang 2022. Mayoritas emiten rumah sakit membukukan kinerja negatif baik pendapatan dan laba hingga akhir 2022.
Berikut ini merupakan rekap kinerja emiten rumah sakit sepanjang tahun lalu yang dihimpun Liputan6.com pada Jumat, (21/4/2023).
Baca Juga
1.PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL)
PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) telah mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku 2022 yang berakhir pada 31 Desember 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan penurunan baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Advertisement
Melansir laporan keuangan Medikaloka Hermina dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan HEAL pada tahun lalu turun 16,52 persen menjadi Rp 5,87 triliun dari Rp 4,9 triliun pada 2021.
Sementara, beban pokok pendapatan pada periode yang sama naik menjadi Rp 3,19 triliun dari sebelumnya Rp 2,91 triliun. Alhasil. laba bruto tergerus menjadi Rp 1,71 triliun pada 2022 dibanding 2021 sebesar Rp 2,96 triliun.
Sepanjang 2022, perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp 587,37 miliar, turun 67 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Tp 1,77 triliun. Biaya keuangan dan administrasi bank tercatat sebesar Rp 139,83 miliar dna penghasilan keuangan Rp 32,55 miliar.
Setelah dikurangi beban pajak, perseroan membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 278,77 miliar. Laba itu turun 193,48 persen dibandingkan laba 2021 sebesar Rp 1,29 triliun.
Laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 70,02 persen menjadi Rp 298,6 miliar dari Rp 995,97 miliar pada 2021. Sehingga laba per saham dasar pada 2022 ikut turun menjadi Rp 20,64 dari sebelumnya Rp 68,22.
Aset perseroan sampai dengan Desember 2022 naik tipis menjadi Rp 7,59 triliun dari Rp 7,53 triliun pada Desember 2021. Liabilitas turun menjadi Rp 2,91 triliun pada 2022 dari tahun sebelumnya Rp 3,14 triliun. Sementaraa ekuitas hingga Desember 2022 naik menjadi Rp 4,67 triliun dibandingkan posisi Desember 2021 sebesar Rp 4,43 triliun.
2 PT Bundamedik Tbk (BMHS)
PT Bundamedik Tbk (BMHS) membukukan pendapatan neto Rp 1,65 triliun, menurun 12,69 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,89 triliun.
Mengutip laporan keuangan BMHS, beban pokok pendapatan hingga akhir 2022 mencapai Rp 894,13 miliar atau turun 2,46 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 916,77 miliar.
Dengan demikian, laba bruto BMHS susut 21,50 persen menjadi Rp 764,55 miliar pada 2022 dari Rp 974,02 miliar pada 2021. Perseroan juga mencatatkan penurunan laba sebelum pajak 61,32 persen menjadi Rp 176,79 miliar pada 2022 dari tahun sebelumnya Rp 457,13 miliar.
Hingga akhir 2022, BMHS mengantongi laba bersih sebesar Rp 83,22 miliar. Laba bersih perseroan turun 61,19 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 214,48 miliar.
Sementara itu, aset perseroan senilai Rp 2,93 triliun hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu sebesar Rp 2,81 triliun. Kemudian, liabilitas BMHS Rp 1,13 triliun hingga akhir 2022 naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,01 triliun.
Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 1,80 triliun hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu Rp 1,79 triliun.
Advertisement
3.PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA)
PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) membukukan pendapatan bersih Rp 4,04 triliun, menurun 7,12 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,35 triliun.
Mengutip laporan keuangan MIKA, ditulis Selasa (11/4/2023), beban pokok pendapatan hingga akhir 2022 mencapai Rp 1,97 triliun atau turun 5,74 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 2,09 triliun.
Dengan demikian, laba bruto MIKA susut 8,40 persen menjadi Rp 2,07 triliun pada 2022 dari Rp 2,26 triliun pada 2021. Perseroan juga mencatatkan penurunan laba usaha 19,27 persen menjadi Rp 1,34 triliun pada 2022 dari tahun sebelumnya Rp 1,66 triliun.
Hingga akhir 2022, MIKA mengantongi laba bersih sebesar Rp 1,00 triliun. Laba bersih perseroan turun 18,03 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,22 triliun.
Sementara itu, aset perseroan senilai Rp 6,91 triliun hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu sebesar Rp 6,86 triliun. Kemudian, liabilitas MIKA Rp 786,20 miliar hingga akhir 2022 turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 935,82 miliar.
Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 6,13 triliun hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu Rp 5,92 triliun.
4.PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO)
PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) mengumumkan pemulihan pendapatan non-COVID selama 2022. Di tahun lalu, SILO membukukan 98 persen pendapatan yang berasal dari base case, sementara pendapatan dari COVID mencapai level terendah sebesar 2 persen.
"Adapun dalam membukukan Pendapatan, EBITDA dan Laba Bersih pada Kuartal IV 2022 sebesar Rp 2,01 triliun, Rp572 miliar, dan Rp 253 miliar atau tumbuh masing-masing sebesar 15,0 persen, 39,8 persen, dan 71,4 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ungkap Presiden Direktur PT Siloam International Hospitals Tbk, Darjoto Setyawan, dalam siaran tertulisnya, Kamis (30/3/2023).
Pada 2022, pendapatan tercatat sebesar Rp 7,39 triliun, hanya 3,2 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2021. EBITDA dan Laba Bersih pada 2022 tercatat sebesar Rp 1,98 triliun dan Rp 710 miliar atau tumbuh 1,1 persen dan 1,5 persen dari tahun sebelumnya.
Perusahaan mencatat ekspansi EBITDA dan Marjin Laba Bersih pada 2022 Marjin EBITDA meningkat menjadi 26,8 persen pada tahun 2022. Dari 25,7 persen pada 2021. Marjin Laba Bersih pada 2022 juga meningkat menjadi 9,6 persen dari 9,2 persen pada 2021.
"Posisi arus kas perusahaan tetap sehat dan kuat. Perseroan membukukan Arus Kas Operasional sebesar Rp 1,69 triliun dan Posisi Kas Bersih sebesar Rp 1,05 triliun pada akhir 2022,"ujarnya.
Siloam terus mencapai efisiensi biaya sepanjang tahun 2022. Biaya material semakin membaik akibat berbagai inisiatif seperti rasionalisasi formula, re-negosiasi, dan perubahan pada patient mix. Hal ini juga dipengaruhi oleh biaya APD dan testing karyawan akibat pandemi.
Melalui berbagai inisiatif dalam pengadaan peralatan dan biaya material yang dijalankan selama tahun 2022, Perseoran dapat menghemat hingga Rp 800 miliar selama 5 tahun ke depan.
Advertisement