Liputan6.com, Jakarta - Operator jaringan bioskop Cinema XXI, PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk bakal segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam rangka penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), perseroan menawarkan 8,33 miliar saham baru atau setara 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.
Harga penawaran awal atau book building Rp 270-Rp 288 per saham. Sehingga perseroan bakal mengantongi dana IPO maksimal sekitar Rp 2,4 triliun. Cinema XXI akan memakai sekitar 65 persen untuk pendanaan belanja modal pengembangan jejaring bioskop di Indonesia. Sisanya sekitar 15 persen akan dipakai untuk modal kerja, dan sekitar 20 persen untuk pembayaran kewajiban jangka pendek perseroan.
Baca Juga
Cinema XXI merupakan perusahaan yang fokus dalam pemutaran film dan penyediaan F&B untuk memberikan pengalaman hiburan yang berkualitas tinggi. Cinema XXI berada di bawah naungan PT Nusantara Sejahtera Raya, merupakan kelompok bioskop terbesar di Indonesia yang berdiri sejak 1987.
Advertisement
Dengan pengalaman lebih dari 35 tahun di industri hiburan, Cinema XXI berkomitmen untuk senantiasa memberikan pengalaman dan kenyamanan menonton terbaik untuk masyarakat Indonesia. Sampai dengan Maret 2023, Cinema XXI telah menghadirkan 1.235 layar di 230 lokasi bioskop yang tersebar di 71 kota di seluruh Indonesia, dan akan terus berkembang untuk mencapai target 2.000 layar dalam lima tahun ke depan.
Cinema XXI merupakan operator jejaring bioskop terbesar di Indonesia dalam hal pendapatan gross box office, jumlah penonton dan jumlah layar dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 69,7 persen, 68,8 persen dan 57,7 persen per tanggal 31 Desember 2021, menurut Euromonitor. Cinema XXI memiliki dan mengoperasikan 225 bioskop dengan total 1.216 layar di 55 kota di seluruh Indonesia per 31 Desember 2022.
Sejarah Cinema XXI
Cinema XXI memulai debut di industri pemutaran film pada akhir tahun 1980-an dan telah berhasil memposisikan diri sebagai operator bioskop yang melayani para penggemar film di berbagai kota di Indonesia, dengan secara konsisten menambah jumlah layar dan bioskop baru.
Sebagian besar bioskop Cinema XXI adalah bioskop multipleks yang merupakan kompleks bioskop dengan beberapa layar yang berada di dalam pusat perbelanjaan.
Salah satu pendiri Cinema XXI, Benny Suherman, merupakan pelopor dalam memperkenalkan bioskop modern di Indonesia dengan membuka Studio 21 pada 1987.
Cinema XXI selanjutnya pertama kali membuka teater bioskop dengan konsep premium di Indonesia dengan kursi yang bisa direbahkan, dengan merek “The Premiere” pada 2002. Saat ini, teater berkonsep premium tersebut telah mencapai 7,6 persen dari total layar yang dimiliki Cinema XXI per 31 Desember 2022.
Pada 2006, Cinema XXI merilis aplikasi reservasi tiket berbasis seluler, yaitu m.tix yang digunakan secara luas dan eksklusif hanya untuk Cinema XXI. Aplikasi ini memungkinkan Cinema XXI untuk memberikan layanan yang disesuaikan dengan preferensi penonton Cinema XXI dalam hal pembelian tiket dan penawaran F&B.
Cinema XXI juga menjalin kerjasama dengan mitra eksternal untuk pengembangan dan penggunaan TIX.ID, aplikasi reservasi tiket digital Cinema XXI yang melayani operator bioskop lainnya selain Cinema XXI. Penjualan tiket digital untuk bioskop Cinema XXI hanya tersedia di m.tix dan TIX.ID.
Advertisement
Kinerja Cinema XXI
Cinema XXI telah menunjukkan kinerja keuangan yang kuat dan tangguh meskipun terdampak pandemi COVID-19 yang berlangsung dalam beberapa tahun terakhir.
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2019, Cinema XXI mencatatkan sekitar 112 juta penonton dan menghasilkan total pendapatan sebesar Rp 6,89 triliun. Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2022, Cinema XXI mencatatkan sekitar 67 juta penonton, sedangkan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2021, Cinema XXI mencatat sekitar 22 juta penonton atau sekitar 68,8 persen dari total penonton di Indonesia menurut Euromonitor.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2022, Cinema XXI menghasilkan total pendapatan sebesar Rp 4,4 triliun dengan marjin laba bersih sebesar 11,5 persen dan marjin EBITDA sebesar 32,6 persen. Total pendapatan Cinema XXI menurun pada tahun 2020 dan 2021 akibat pandemi COVID-19 dan PPKM terkait COVID-19 yang diterapkan oleh Pemerintah.
Meski mengalami penurunan total pendapatan pada 2020 dan 2021, Cinema XXI tidak melakukan penutupan satu pun lokasi bioskop secara permanen karena pandemi COVID-19 dan menunjukkan kegiatan operasi yang tangguh.
Cetak Laba pada 2022
Cinema XXI kembali beroperasi secara penuh pada Mei 2022 dengan dilonggarkannya PPKM yang mendorong pemulihan industri film secara umum. Jumlah penonton Cinema XXI selama 2022 telah mencapai 60,0 persen dari jumlah penonton pada 2019 (sebelum COVID-19), dan pendapatan Cinema XXI pada 2022 mencapai 60,7 persen dari pendapatan 2019.
Jumlah penonton antara Mei hingga Desember 2022 adalah 54,1 juta dibandingkan dengan 76,8 juta antara bulan Mei hingga Desember 2019, dan pendapatan bioskop Cinema XXI untuk periode Mei hingga Desember 2022 adalah sebesar Rp 2,43 triliun dibandingkan dengan Rp 3,39 triliun untuk periode Mei hingga Desember 2019.
Secara keseluruhan, Cinema XXI mencatat pendapatan sebesar Rp 4,4 triliun atau naik dari tahun sebelumnya Rp 1,28 triliun. Pendapatan pada 2022 terutama didukung oleh penjualan tiket bioskop 61 persen, penjualan makanan dan minuman 33 persen, iklan 3 persen dan digital platform 3 persen.
Dari raihan itu, perseroan mencetak laba bersih Rp 506 miliar pada 2022 dari sebelumnya rugi Rp 354 miliar pada 2021. Perseroan mencatat EBITDA RP 1,44 triliun pada 2022 dari sebelumnya Rp 329 miliar pada 2021.
Cinema XXI berkeyakinan bahwa meskipun terdampak pandemi COVID-19, Cinema XXI tetap memiliki kinerja keuangan yang kuat dan tangguh karena didukung oleh kinerja film lokal dalam tiga tahun terakhir dan kedisiplinan perusahaan dalam memonitor kinerja operasi dan memanfaatkan peluang pertumbuhan.
Advertisement