Wall Street Terbenam Setelah The Fed Pertahankan Suku Bunga

Sesuai prediksi, bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) pertahankan suku bunga acuan dan beri sinyal kenaikan suku bunga lagi. Di tengah keputusan the Fed, wall street lesu.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Sep 2023, 07:12 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2023, 07:12 WIB
Wall Street
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 20 September 2023. (AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 20 September 2023. Koreksi wall street terjadi setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mempertahankan suku bunga tetapi indikasikan kenaikan lagi dalam waktu dekat.

Mengutip CNBC, Kamis (21/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,94 persen menjadi 4.402,20. Indeks Nasdaq tergelincir 1,53 persen ke posisi 13.469,13. Koreksi indeks Nasdaq itu seiring saham Microsoft yang merosot lebih dari 2 persen. Selain itu, saham Nvidia dan induk usaha Google Alphabet merosot 3 persen.

Di sisi lain, indeks Dow Jones tergelincir 76,85 poin atau 0,22 persen ke posisi 34.440,88. Tiga indeks saham acuan merosot.

The Fed mempertahankan suku bunga yang telah diantisipasi secara luas. Namun, bank sentral mengindikasikan kenaikan suku bunga satu kali lagi sebelum akhir tahun ini.

Selain itu, bank sentral juga mengisyaratkan akan mengakhiri kenaikan suku bunga dan mulai menurunkan suku bunga tahun depan. Hal ini di tengah suku bunga tetap bertahan dengan tingkat lebih tinggi pada 2023 dibandingkan yang diisyaratkan pada Juni.

Adapun saham bergejolak seiring pelaku pasar mendengarkan ketua the Fed Jerome Powell memberikan pandangannya mengenai suku bunga. Powell menuturkan, bank sentral akan melakukan tindakan dengan hati-hati dalam menaikkan suku bunga lebih lanjut. Namun, ketua the Fed juga mencatat masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk meredam inflasi.

Jerome Powell juga berkomentar kalau soft landing terhadap perekonomian masih mungkin terjadi dan merupakan tujuan utamanya, tetapi bukan skenario dasarnya.

Saham Teknologi Tertekan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Tiga indeks acuan di wall street turun saat Powell berbicara dan terus tertekan selama 30 menit terakhir perdagangan.

“Perekonomian AS terlalu kuat dan siklus kenaikan suku bunga ini akan berlangsung lebih lama dari yang diinginkan wall street,” ujar Analis Oanda, Edward Moya.

Di sisi lain, saham-saham teknologi terseret dalam sesi perdagangan dengan teknologi informasi dan layanan komunikasi merupakan dua sektor dengan kinerja terburuk di S&P 500. Investor telah membeli saham-saham teknologi dan growth stock dengan harapan the Fed sudah memperketat kebijakan moneternya.

Sementara itu, obligasi pemerintah AS bertenor dua tahun mencatat kenaikan imbal hasil ke level tertinggi sejak Juli 2006, sedangkan imbal hasil bertenor 10 tahun mencapai angka tertinggi yang belum pernah terjadi sejak November 2007.

Pergerakan tersebut menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak kenaikan suku bunga dan kemungkinan memberikan tekanan pada saham-saham teknologi.

Adapun saham pendatang baru antara lain Instacart dan Arm Holding tertekan pada perdagangan Rabu pekan ini. Kedua saham itu diperdagangkan mendekati harga IPO.

Saham Instacart turun lebih dari 10 persen, dan sempat menembus di bawah harga IPO sebesar USD 30 per saham. Sedangkan saham Arm Holdings susut lebih dari 3 persen menjadi USD 53 per saham. Harga IPO Arm mencapai USD 51 per saham.

Wall Street Tergelincir, Investor Menanti Keputusan The Fed

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Selasa, 19 September 2023. Hal ini seiring wall street menanti hasil pertemuan kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Rabu (20/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street merosot 106,57 poin atau 0,31 persen ke posisi 34.517,73. Indeks S&P 500 susut 0,22 persen menjadi 4.443,95. Indeks Nasdaq tergelincir 0,23 persen ke posisi 13.678,19.

11 sektor saham di S&P 500 melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Sektor saham konsumsi, energi dan industri mencatat kinerja terburuk. Tiga sektor saham itu susut lebih dari 1 persen. Sedangkan sektor saham utilitas dan perawatan kesehatan melemah terbatas.

Saham Disney turun lebih dari 3 persen setelah mengumumkan rencana menggandakan investasi dalam bisnis kapal pesiar dan taman. Saham Deere merosot hampir 3 persen setelah bank investasi Evercore ISI menurunkan peringkat sahamnya karena kekhawatiran produksi pertanian.Saham perusahaan pengiriman bahan makanan Instacart naik lebih dari 12 persen telah debut di pasar.

Di sisi lain, pertemuan dua hari bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mulai pada Selasa pekan ini. The Fed diprediksi tidak akan menaikkan suku bunga ketika mengumumkan keputusannya pada Rabu pekan ini seiring pelaku pasar perkirakan 99 persen the Fed tetap pertahankan suku bunga, menurut alat FedWatch dari CME Group. Pelaku pasar hanya prediksi peluang kenaikan 29 persen pada November.

The Fed juga akan menyampaikan prediksi ekonomi pada Rabu pekan ini. Investor akan mengamati komentar seputar jalur inflasi dan masa depan kebijakan moneter.

“Sekarang kita berhadap langsung dengan pertemuan The Fed, pasar hanya mengambil sedikit nafas dan menanti untuk melihat apa yang akan mereka katakan sebagai isyarat selanjutnya,” ujar Portfolio Manager Commonwealth Financial Network, Chris Fasciano.

 

Harga Minyak Global Merosot

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Sementara itu, Senior Investment Strategist Charles Schwab, Kevin Gordon menuturkan, saat ini lebih dekat ke akhir siklus kenaikan suku bunga dibandingkan awalnya. “Cara mereka memandang tahun depan atau setidaknya perubahan pada 2024, jauh lebih penting,” ujar dia.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dan Brent merosot setelah mencapai level tertinggi yang belum pernah terlihat sejak November. Langkah ini tampaknya meningkatkan sentimen pasar dan mengangkat saham dari posisi terendahnya.

Sedangkan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun mencapai titik tertinggi yang belum pernah terlihat sejak November 2007.

Adapun pimpinan serikat pekerja United Auto Workers yang melakukan aksi mogok mengatakan lebih banyak anggota dapat diminta untuk menahan pekerja jika kemajuan tidak dicapai dalam tenggat waktu pada Jumat pekan ini. Saham Stellantis naik lebih dari 2 persen. Sedangkan saham Ford dan General Motors masing-masing naik lebih dari 1 persen.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya