Bursa Saham Asia Menguat Ikuti Wall Street, Investor Cermati Data Ekonomi Jepang

Mengikuti wall street, bursa saham Asia Pasifik menghijau pada perdagangan Jumat pagi, 29 September 2023. Investor cermati data ekonomi Jepang.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Sep 2023, 09:16 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2023, 09:16 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Jumat (29/9/2023). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Jumat (29/9/2023). Pergerakan bursa saham Asia Pasifik melejit mengikuti wall street.

Dikutip dari CNBC, pelaku pasar menilai data ekonomi utama dari Jepang termasuk tingkat inflasi September di Tokyo. Data ibu kota dipandang sebagai indikator utama tren nasional.

Indeks harga konsumen Tokyo bertambah 2,8 persen pada September dibandingkan tahun lalu. Namun, indeks harga konsumen itu melemah dari posisi Agustus di kisaran 2,9 persen. Tingkat inflasi inti yang tidak mencakup harga makanan segar mencapai 2,5 persen, lebih rendah dari perkiraan jajak pendapat Reuters 2,6 persen.

Jepang juga rilis data pengangguran, output industri dan penjualan ritel pada Agustus 2023. Indeks Nikkei 225 naik 0,1 persen pada awal perdagangan. Sedangkan indeks Topix melemah 0,2 persen.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,31 persen. Indeks Hang Seng bertamabh 1,6 persen, dan catat penguatan di Asia. Sementara itu, bursa saham Korea Selatan dan China libur.

Di wall street, tiga indeks acuan menguat jelang pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi Amerika Serikat yang akan rilis pada Jumat pekan ini. Pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi adalah metrik inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed).

Wall street juga mengawasi Washington, seiring negosiasi anggota parlemen mengenai rancangan undang-undang belanja AS berlanjut sebelum batas waktu penutupan pemerintah pada 1 Oktober 2023. Indeks Dow Jones bertambah 0,35 persen, indeks S&P 500 naik 0,59 persen dan indeks Nasdaq melonjak 0,83 persen.


Penutupan Wall Street pada 28 September 2023

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 28 September 2023. Wall street mencoba mengurangi koreksi pada September dan pelaku pasar terus memantau imbal hasil obligasi AS.

Dikutip dari CNBC, Jumat (29/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 116,07 poin atau 0,35 persen menjadi 33.666,34. Indeks S&P 500 mendaki 0,59 persen ke posisi 4.299,70. Indeks Nasdaq melambung 0,83 persen ke posisi 13.201,28.

Tiga indeks acuan di wall street cenderung lesu pada September 2023. Indeks Dow Jones melemah 3 persen pada September 2023, dan lebih rendah 2 persen pada kuartal ini. Indeks S&P 500 terpangkas 4,6 persen dan sepanjang kuartal ini tergelincir 3,4 persen. Indeks Nasdaq turun 5,9 persen pada September 2023, dan melemah 4,3 persen pada kuartal ini.

Sektor jasa komunikasi melompat 1,2 persen dan memimpin di S&P 500. Kenaikan sektor jasa komunikasi itu didorong saham Meta Platforms sebesar 2 persen, Intel dan Cisco Systems naik masing-masing 1,6 persen dan 1,3 persen.

“Anda hanya mendapatkan sedikit penangguhan dari tekanan jual. Tanpa katalis yang besar, biasanya sulit untuk mempertahankan pergerakan tersebut ke satu arah,” ujar Investment Strategy Analyst Baird, Ross Mayfield.

 


Imbal Hasil Obligasi Melonjak

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Rata-rata saham utama mendapatkan dorongan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS turun dari level tertinggi dalam beberapa tahun. Saham mengalami kesulitan akhir-akhir ini dengan kenaikan imbal hasil dan prospek suku bunga lebih tinggi lebih lama dari perkiraan.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat bertenor 10 tahun yang menjadi acuan telah mencapai level tertinggi baru dalam 15 tahun. Hal ini karena data yang dirilis pada Kamis pekan ini menunjukkan pasar tenaga kerja masih tangguh dengan klaim pengangguran lebih rendah dari perkiraan. Suku bunga acuan turun level itu pada hari berikutnya.

Pasar saham telah mengambil isyarat dari pasar obligasi akhir-akhir ini dengan lonjakan suku bunga yang meningkatkan kekhawatiran terhadap resesi dan mengirim saham ke posisi terendah baru. Sementara itu, indeks S&P 500 mencapai level terendah sejak Juni pada pekan ini karena imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak 2007.


Menanti Data Ekonomi AS

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Investor akan mengalihkan perhatian mereka ke pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi terbaru yang akan dirilis pada Jumat pekan ini. Rilis personal consumption expenditure (PCE) merupakan metrik inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS.

Wall street juga awasi Washington seiring negosiasi anggota parlemen mengenai rancangan undang-undang belanja AS berlanjut sebelum batas waktu 1 Oktober. Ketua DPR Kevin McCarthy yakin Kongres akan hindari penutupan atau shutdown pada akhir pekan ini meski dia kritik rancangan undang-undang yang diusulkan oleh Senat karena tidak menangangi keamanan perbatasan. Pelaku pasar ragu McCarthy dapat menyelaraskan partainya di DPR sesuai tenggat waktu.

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya