Liputan6.com, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil mencatatkan rekor baru pencatatan saham tertinggi tahunan sepanjang sejarah, yaitu sebanyak 68 pencatatan dengan total perolehan dana mencapai Rp49,60 triliun pada Jumat, 6 Oktober.
Adapun salah satu pencatatan saham paling besar sejak tiga tahun terakhir adalah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) sebesar Rp21,9 triliun.
Baca Juga
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman mengatakan, berdasarkan rata-rata dana dihimpun per IPO dari 2021 hingga 2023 meningkat yaitu rerata penghimpunan dana IPO pada 2021 sebesar Rp421,4 miliar per IPO saham, pada 2022 sebesar Rp561,6 miliar per IPO saham dan pada tahun berjalan 2023 sebesar Rp729,3 miliar per IPO saham.
Advertisement
"Pada tahun ini juga telah tercatat 4 perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp 3 trilliun dan free float di atas 15 persen," kata Nyoman kepada awak media, ditulis Minggu (8/10/2023).
Dia bilang, pada 2022 telah tercatat 5 perusahaan dengan kriteria tersebut. Hadirnya perusahaan tercatat ini diharapkan dapat menambah likuditas transaksi saham di pasar sekunder.
"Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari berbagai sektor usaha yang kami harapkan dapat menambah diversifikasi portofolio investasi bagi para investor," kata dia.
Kendati demikian, Nyoman menegaskan BEI tidak hanya eksklusif bagi perusahaan sektor ataupun ukuran tertentu. Bursa senantiasa berupaya memberikan pendekatan yang lebih inklusif sesuai dengan dinamika bisnis Indonesia.
Harapan BEI
Sehingga, BEI pun menyambut kehadiran perusahaan-perusahaan Indonesia dari berbagai ukuran, jenis dan sektor usaha dengan tetap memperhatikan aspek kualitas dan compliance.
Harapannya, Bursa dapat memberikan kesempatan yang lebih luas dan menjadi katalis bagi perusahaan di Indonesia untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan bagi perusahaan dengan skala kecil dan menengah serta semakin memperbesar dan meningkatkan going concern bagi perusahaan dengan skala besar.
Sebagai informasi, 8 dari 10 pencatatan terbesar di BEI juga dilakukan pada 3 tahun terakhir yaitu:
1. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Rp21,9 triliun.
2. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) Rp18,8 triliun.
3. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp13,7 triliun.
4. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) Rp10,7 triliun.
5. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) Rp10,0 triliun.
6. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) Rp9,0 triliun.
7. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) Rp8,7 triliun
8. PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) Rp7,9 triliun.
Advertisement
OJK Yakin Target Penghimpunan Dana di Pasar Modal Rp 200 Triliun Akan Tercapai
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis nilai penghimpunan dana di pasar modal Indonesia bisa mencapai Rp 200 triliun hingga akhir 2023. Ini mengingat ramainya IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, hingga saat ini penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp 168 triliun dari semua instrumen yang ada di BEI.
"Sampai saat ini hasil fund raised Rp168 triliun dari target Rp 200 triliun, InsyaAllah itu tercapai, kita belum ada niat untuk mengubah (target)," kata Inarno kepada awak media, Jumat (18/8/2023).
Di sisi lain, OJK belum membeberkan target resmi penghimpunan dana di pasar modal pada 2024. Walau demikian, tren penghimpunan dana di pasar modal diyakini tetap positif pada tahun depan, terutama setelah momen Pemilu serentak.
OJK akan terus berkomitmen untuk lebih selektif dalam mewujudkan IPO yang berkualitas.
"Time to time akan terus perbaiki terus, sehingga yang ada disini yang berkualitas," kata dia.
Penghimpunan Dana di Pasar Modal
Sebelumnya, penghimpunan dana di pasar modal Indonesia ditargetkan bisa dapat mencapai sebesar Rp200 triliun pada 2023.
Hingga 9 Agustus 2023, pasar modal Indonesia telah berhasil menghimpun dana mencapai Rp165,22 triliun dari semua instrumen yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan upaya penghimpunan dana pada 2023 akan lebih berat, apabila dibandingkan dengan tahun lalu yang mana BEI berhasil menghimpun dana mencapai Rp 233 triliun dari semua instrumen.
Sentimen Ini Bakal Pengaruhi Penghimpunan Dana di Pasar Modal
Dia ungkapkan dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke- 46 pasar modal Indonesia di Main Hall BEI, Jakarta melansir Antara, Jumat, 11 Agutus 2023.
Dikatakan, belum meredanya volatilitas di tingkat global, ditambah momentum menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang akan mempengaruhi penghimpunan dana.
“Dalam target kita, tahun ini Rp200 triliun. Itu melihat kondisi 2023 yang berbeda dengan 2022. Ketidakpastian global belum reda, lalu ada juga election (Pemilu 2024), itu akan mempengaruhi penghimpunan dana,” ujar Inarno.
Dari sisi pencatatan efek, sampai 9 Agustus 2023, BEI telah berhasil menorehkan 62 pencatatan efek saham dengan nilai fund raised sebesar Rp49,15 triliun, 70 emisi obligasi, 2 Exchange-Traded Fund (ETF) baru, 1 Efek Beragun Aset-Surat Partisipasi (EBA-SP), dan 82 Waran Terstruktur sepanjang tahun 2023.
Advertisement