Bursa Saham Asia Bervariasi, Investor Menanti Pertemuan Bank Sentral Jepang

Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Selasa, 23 Januari 2024. Indeks Nikkei menyentuh level tertinggi dalam 33 tahun di tengah menanti pertemuan Bank of Japan.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Jan 2024, 08:49 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2024, 08:48 WIB
Bursa Saham Asia Bervariasi, Investor Menanti Pertemuan Bank Sentral Jepang
Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Selasa (23/1/2024).(AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Selasa (23/1/2024). Indeks Nikkei 225 menguat di tengah investor menanti hasil pertemuan Bank of Japan (BoJ) untuk memutuskan kebijakan moneter pertama pada 2024.

Dikutip dari CNBC, analis dari Bank of America, Barclays, dan ING prediksi BoJ tidak akan mengubah sikapnya terhadap kebijakan suku bunga negatif pada pertemuan ini. Bank of America dan Barclays prediksi pertumbuhan kebijakan moneter Jepang hanya terjadi pada pertemuan April 2024.

Indeks Nikkei 225 menguat 0,66 persen sehingga mencapai puncak dalam 33 tahun. Indeks Topix bertambah 0,72 persen pada pembukaan perdagangan. Indeks Nikkei akan sentuh level tertinggi sepanjang masa jika meraih 38.915,87 pada 29 Desember 1989.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat dalam tiga hari berturut-turut. Indeks ASX 200 naik 0,58 persen.

Di Korea Selatan, indeks Kospi bertambah 0,3 persen. Sedangkan indeks Kosdaq melemah 0,2 persen pada pembukaan perdagangan. Indeks Hang Seng berjangka menyentuh 15.141, pembukaan menguat dari penutupan sebelumnya anjlok 2,27 persen dan sentuh level terendah sejak 31 Oktober 2022.

Di bursa saham Amerika Serikat atau wall street, indeks Dow Jones dan S&P 500 menyentuh level tertinggi sepanjang masa. Indeks Dow Jones bertambah 0,36 persen ke posisi 38.000 untuk pertama kali. Sedangkan indeks S&P 500 menguat 0,22 persen. Indeks Nasdaq melompat 0,32 persen.

Pergerakan indeks saham acuan itu mengisyaratkan wall street berada dalam kondisi bullish yang dimulai pada Oktober 2022 setelah saham anjlok pada awal tahun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penutupan Bursa Saham Asia 22 Januari 2024

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan saham Senin, 22 Januari 2024 seiring China tetap pertahankan suku bunga pinjaman.

Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 menyentuh posisi tertinggi dalam 34 tahun. Indeks Nikkei naik 1,62 persen ke posisi 36.546,95. Indeks Topix bertambah 1,39 persen ke posisi 2.544,92.

Sementara itu, bank sentral Jepang sudah mulai melakukan pertemuan, dan akan umumkan kebijakannya pada Selasa waktu setempat. Selain itu, Jepang juga akan rilis data neraca perdagangan pada Desember pada Selasa pekan dan inflasi Tokyo pada Jumat pekan ini.

Selain itu, indeks ASX 200 di Australia menguat 0,75 persen ke posisi 7.476,60. Indeks Kospi Korea Selatan terpangkas 0,34 persen ke posisi 2.464,35. Indeks Kosdang susut 0,35 persen ke posisi 839,69. Korea Selatan akan merilis data produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV 2023 pada Rabu pekan ini.

Di sisi lain, indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 2,52 persen yang dipimpin saham real estate usai bank sentral China pertahankan suku bunga pinjaman satu tahun dan lima tahun tetapi 3,45 persen dan 4,2 persen. Indeks CSI 300 melemah 1,56 persen ke posisi 3.218,90.


Penutupan Wall Street pada 22 Januari 2024

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Senin, 22 Januari 2024 seiring investor mendorong indeks saham melanjutkan ke rekor tertinggi dalam sejarah.

Dikutip dari CNBC, Selasa (23/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 138,01 poin atau 0,36 persen ke posisi 38.001,81. Kenaikan indeks saham acuan tersebut mendorong ke posisi rekor terbaru dan di atas level 38.000 untuk pertama kalinya.

Indeks S&P 500 menguat 0,22 persen ke posisi 4.850,43 dan menyentuh level tertinggi baru dalam sejarah. Indeks Nasdaq bertambah 0,32 persen menjadi 15.360,29.

Saham Macy’s menguat lebih dari 3 persen setelah menolah proposasi senilai USD 5,8 miliar untuk menjadikan peritel itu private. Saham SolarEdge melompat 4 persen seiring Perseroan mengumumkan akan memberhentikan 16 persen tenaga kerjanya.

Saham Archer-Daniels-Midland anjlok lebih dari 24 persen setelah mengeluarkan panduan laba yang lemah dan menempatkan CFO Vikram Luthar cuti di tengah penyelidikan terhadap praktik akuntansi.

Di sisi lain, saham B Riley Financial merosot 2,5 persen setelah Bloomberg melaporkan regulator sedang menyelidiki kesepakatan dengan klien yang terkait dengan penipuan sekuritas.

Kenaikan pada perdagangan Senin pekan ini, indeks S&P 500 menembus di atas rekor intraday pada Jumat pekan lalu dan penutupan tertinggi dari Januari 2022.

Pergerakan ini menandakan wall street berada dalam tren bullish yang dimulai pada Oktober 2022 setelah saham anjlok pada awal tahun.

“Ini hampir seperti ketakutan akan ketinggalan. Kami mengalami sedikit volatilitas pada awal tahun karena investor mungkin menyeimbangkan kembali portofolionya dan beberapa merealisasikan beberapa keuntungan,” ujar Head of Investment Management Commonwealth Financial, Brian Price.

Ia menilai saat ini pasar melanjutkan tren yang sudah terjadi pada kuartal IV.


Prospek Saham Bakal Membaik

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Kekuatan wall street mungkin bergantung pada apakah bank sentral AS berhasil melakukan soft landing, mendinginkan ekonomi untuk menurunkan inflasi sekaligus menghindari resesi.

Pelaku pasar saat ini perkirakan sekitar 40 persen kemungkinan penurunan suku bunga the Federal Reserve pada Maret, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Ada kemungkinan hampir 58 persen, bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap stabil, naik dari sekitar 19 persen pada minggu sebelumnya.

Investor akan mencermati serangkaian laporan ekonomi yang akan dirilis pekan ini, termasuk produk domestik bruto (PDB) kuartal IV pada Kamis pekan ini dan ukuran inflasi favorit the Fed, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi pada Desember 2023 pada Jumat pekan ini. Kedua laporan itu akan membantu membentuk cara pejabat the Fed memandang kebijakan moneter ke depan.

Sementara itu, Chief Investment Officer BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma menuturkan, saham dapat turun dari level tertinggi sebelum naik pada paruh kedua 2024. Ma menuturkan, pasar menggantungkan harapannya pada sejumlah kecil saham antara lain Apple dan Tesla.

“Istilah du jour dapat beralih ke Fab 5 dari Magnificent 7,” ujar dia.

 


Pasar Bakal Hati-Hati

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Dalam kondisi ini, ia menuturkan, pasar kemungkinan besar akan kembali ke kondisi normal setelah reli pada Jumat pekan ini ke level tertinggi baru sepanjang masa untuk indeks S&P 500 dari pada terus naik.

“Pasar yang lebih luas tampaknya lebih cenderung mengkonsolidasikan keuntungannya dari November dan Desember daripada naik ke level tertinggi baru,” tutur Ma.

Ia menuturkan meski ada kekuatan tambahan seperti kecerdasan buatan dan semikonduktor, peningkatan yang lebih luas di sektor tambahan akan disambut baik.

Namun, ia menuturkan, prospek saham akan membaik membaik pada paruh kedua 2024 seiring dengan dimulainya penurunan suku bunga dan kondisi belanja yang membaik.  Akan tetapi, ia memperingatkan hal ini akan menjadi jalan yang sulit untuk mencapai tujuan itu.

“Antara sekarang dan musim semi, kami perkirakan pasar akan bersikap hati-hati. Prospek peningkatan paruh kedua 2024 kemungkinan akan suram sebelum menjadi lebih jelas,” tutur dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya