Liputan6.com, Jakarta PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE) mengumumkan kinerja tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan berhasil mengantongi pendapatan Rp 430,28 miliar. Pendapatan Itu naik hampir dua kali lipat atau 90,54 persen dari Rp 225,82 miliar yang diperoleh pada 2022.
Seiring dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan pada 2023 ikut naik menjadi hingga Rp 385,42 miliar dari Rp 191,41 miliar. Meski begitu, laba kotor perseroan masih naik 30,37 persen menjadi RP 44,86 miliar pada 2023 dibanding Rp 34,41 miliar pada 2022.
Baca Juga
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, Kamis (14/3/2024), beban penjualan dan pemasaran pada 2023 bengkak menjadi Rp 5,98 miliar dari RP 1,31 miliar pada 2022. Beban umum dan administrasi naik signifikan menjadi Rp 11,02 miliar dari Rp 4,92 miliar pada 2022.
Advertisement
Kemudian rugi selisih kurs pada 2023 naik menjadi RP 310,47 juta dari RP 101,46 juta pada 2022. Pada 2023, perseroan membukukan beban operasi lain sebesar Rp 4,04 juta, berbalik dari pendapatan operasi lain yang berhasil dibukukan pada 2022 sebesar Rp 6,12 juta.
Sepanjang 2023, perseroan membukukan biaya keuangan Rp 918,04 juta, naik dari Rp 685,98 miliar pada 2022. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 19,26 miliar, turun 9,23 persen dari laba tahun berjalan 2022 sebesar Rp 21,22 miliar.
Aset perseroan pada 2023 naik menjadi Rp 257,22 miliar dari Rp 148,58 miliar pada 2022. Liabilitas naik menjadi Rp 128,49 miliar pada 2023 dibanding Rp 28,47 miliar pada 2022. Sementara ekuitas naik menjadi Rp 128,72 miliar pada 2023 dari Rp 120,1 miliar pada 2022.
IHSG Sentuh Rekor Tertinggi Baru, Pasar Saham Indonesia Masih Menarik?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sentuh rekor tertinggi baru. Laju IHSG ditutup naik 0,16 persen ke posisi 7.433,31 pada perdagangan Kamis, 14 Maret 2024.
Head of Institutional Research PT Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy menuturkan, saat ini pasar saham dalam negeri masih diminati investor asing. Meski diakui ada sinyal turbulensi ekonomi, tetapi hal itu belum terjadi sehingga investor masih mempertahankan investasinya di Indonesia.
"Kita lihat bahwa IHSG minggu kemarin itu break sampai 7.400 di hari Jumat. Terus juga melanjutkan lagi ke 7.440an. Kami melihat bahwa memang investor seakan melihat ini belum saatnya untuk keluar dari equity dan masih membiarkan cloud gathering ini. Ketika nanti guncangan mulai terasa, baru orang mulai panik, mulai fasten the seatbelt," kata dia dalam webinar SimInvest - Bond Market Update, Kamis (14/3/2024).
"Jadi kami melihat bahwa masih ada distance antara kita punya cruising altitude sekarang sampai ke nanti kita menuju turbulence," Isfhan menambahkan.
Sebagai gambaran, Isfhan mengatakan investor menanti data PDB domestik untuk kuartal I 2024. Lantaran, kendati neraca perdagangan pada Januari disebut turun signifikan, investor masih bertahan. Menurut Isfhan, investor menilai kondisi itu sebagai sentimen temporer di pasar ekuitas.
"Data kuartalan menurut kita ini sangat penting untuk melihat arah ekonomi. Data ekonomi termasuk DFP (PDB) kuartal I biasanya itu akan keluar di bulan April. Nanti kita lihat, itu akan menjadi sebuah turning point apakah investor masih akan terus pumping money ke Indonesian equity atau tidak," kata Isfhan.
Advertisement
Target IHSG
- Isfhan menjabarkan, sebelum pandemi Covid-19 investor asing lebih menyukai pasar ekuitas ketimbang pasar obligasi dalam negeri. Itu tercermin dari angka kumulatif foreign buy di equity sejak 2021 hingga Februari 2024, tercatat foreign net buy mencapai Rp 120 triliun.
Sementara terjadi net sell Rp 97 triliun terhadap obligasi pemerintah pada periode yang sama. "Jadi kita lihat appetite memang sudah sedikit membaik untuk foreign investor di tahun 2023. Tapi masuk ke 2024, ini terlihat foreign buying itu slow down," imbuh Isfhan.
Sinarmas Sekuritas prediksi IHSG berpotensi sentuh level 8.150 pada 2024. Isfhan menjelaskan, ada dua garis waktu yang dibutuhkan untuk mencapai level tersebut.
"Kita memasang target itu 7.800 sampai 8.150. Cuma untuk mencapai itu kita mungkin butuh dua timeline. Jadi kami tidak melihat ini terjadi dalam waktu cukup cepat," kata dia.
Adapun garis waktu atau time frame yang dimaksud adalah Februari-Juli dan Juli-Desember. Untuk Februari-Juli, IHSG diperkirakan berada pada posisi 7.400, dengan skenario pemilu satu putaran. Sementara untuk Juli sampai Desember itu targetnya bisa 7.800 sampai 8.150.