Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Kamis (4/4/2024) usai alami aksi jual pada perdagangan sebelumnya. Pergerakan bursa saham Asia Pasifik tersebut terjadi di tengah komentar dari Ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell.
Dikutip dari CNBC, Powell menuturkan, pihaknya membutuhkan waktu untuk evaluasi situasi inflasi terkini. Hal itu juga membuat ketidakpastian mengenai kapan waktu potensi pemangkasan suku bunga.
Baca Juga
Di Asia, investor akan menilai data aktivitas sektor jasa pada Maret dari India serta penjualan ritel dari Hong Kong. Sedangkan bursa saham di Hong Kong, China dan Taiwan libur.
Advertisement
Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,49 persen setelah turun selama dua hari. Indeks Nikkei 225 menguat 1,34 persen. Indeks Topix mendaki 1,05 persen. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 1,22 persen seiring harapan terhadap kinerja Samsung Electronics. Saham Samsung naik 1,55 persen.
Di wall street, indeks Dow Jones melemah 0,11 persen. Indeks S&P 500 menguat 0,11 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,23 persen.
Penutupan Bursa Asia pada 3 April 2024
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Rabu, 3 April 2024 mengikuti wall street. Saham kendaraan listrik tertekan seiring kekhawatiran permintaan.
Dikutip dari CNBC, saham BYD turun 2,5 persen setelah Perseroan mengatakan, penjualan kuartal I 2024 turun 43 persen.Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 1,3 persen setelah naik lebih dari 2 persen pada awal sesi perdagangan.
Saham produsen kendaraan listrik antara lain Nio dan Li Auto masing-masing turun 5,3 persen dan 5,7 persen.Saham Tesla anjlok 5 persen setelah pengiriman kendaraan Tesla turun 8,5 persen pada kuartal I 2024.Indeks CSI 300 merosot 0,36 persen ke posisi 3.567,8 setelah aktivitas sektor jasa meluas lebih cepat sejak Desember.
Indeks Taiwan Merosot
Indeks Taiwan merosot 0,63 persen ke posisi 20.337,6. Hal ini setelah gempa pada awal sesi perdagangan Rabu pekan ini. Indeks Nikkei 225 merosot 0,97 persen ke posisi 39.451,85.
Indeks Topix merosot 0,29 persen ke posisi 2.706,51.Indeks Kospi di Korea Selatan 1,68 persen ke 2.706,97. Indeks Kosdaq susut 1,3 persen ke posisi 879,96. Di Australia, indeks ASX 200 merosot 1,3 persen ke posisi 7.785,4.
Advertisement
Pasar Saham AS Disebut Berada di Posisi Berbahaya, Ada Apa?
Sebelumnya diberitakan, CEO Smead Capital Management, Cole Smead mengatakan pasar saham Amerika Serikat (AS) berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena tingginya angka lapangan kerja dan pertumbuhan upah.
Menurut Smead ini menunjukkan kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS tidak memberikan dampak yang diinginkan. Nonfarm payrolls tumbuh sebesar 353.000 pada Januari, data baru menunjukkan minggu lalu, jauh melampaui perkiraan Dow Jones sebesar 185.000.
Sementara pendapatan rata-rata per jam meningkat 0,6% pada basis bulanan, dua kali lipat perkiraan konsensus. Pengangguran tetap stabil pada level terendah dalam sejarah yaitu 3,7%.
Angka tersebut muncul setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bank sentral kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga pada Maret, seperti yang telah diantisipasi oleh beberapa pelaku pasar.
Smead, yang sejauh ini telah memperkirakan dengan tepat ketahanan konsumen Amerika Serikat dalam menghadapi kebijakan moneter yang lebih ketat.
Smead menuturkan, risiko sebenarnya selama ini adalah seberapa kuat perekonomian meskipun terjadi kenaikan suku bunga sebesar 500 basis poin. Satu basis poin sama dengan 0,01%
"Kami tahu The Fed telah menaikkan suku bunganya, kami tahu hal itu menyebabkan bank bangkrut pada musim semi lalu dan kami tahu hal itu merusak pasar,” kata Smead, dikutip dari CNBC, Selasa (6/2/2024).
Inflasi telah melambat secara signifikan dari puncak era pandemi pada Juni 2022 sebesar 9,1%, namun indeks harga konsumen AS meningkat sebesar 0,3% bulan ke bulan pada Desember sehingga menjadikan tingkat inflasi tahunan menjadi 3,4%, juga di atas perkiraan konsensus dan lebih tinggi dari perkiraan The Fed 2 % sasaran.
Penurunan Suku Bunga Kurang Mendesak
Beberapa ahli strategi menunjukkan keuntungan dari data terbaru berarti upaya The Fed untuk merekayasa “soft landing” bagi perekonomian mulai membuahkan hasil, dan resesi tampaknya tidak akan terjadi lagi, sehingga dapat membatasi pertumbuhan ekonomi. Namun, sisi buruknya bagi pasar yang lebih luas.
Direktur pelaksana di Charles Schwab UK. Richard Flynn pada Jumat mencatat hingga saat ini, laporan pekerjaan yang kuat akan menimbulkan peringatan di pasar.
“Dan walaupun suku bunga yang lebih rendah pasti akan disambut baik, menjadi semakin jelas bahwa pasar dan perekonomian mampu mengatasi dengan baik kondisi suku bunga yang tinggi, sehingga investor mungkin merasa bahwa kebutuhan akan pelonggaran kebijakan moneter tidak terlalu mendesak,” ujarnya dalam sebuah catatan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Daniel Casali, kepala strategi investasi di Evelyn Partners, yang mengatakan intinya adalah investor menjadi sedikit lebih nyaman bank sentral dapat menyeimbangkan pertumbuhan dan inflasi.
Advertisement