Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat pada perdagangan Kamis (6/6/2024) usai alami koreksi tajam pada perdagangan Rabu, 5 Juni 2024. Penguatan IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang menghijau.
Mengutip data RTI, IHSG dibuka naik tipis ke posisi 6.947,80. Pada pukul 09.04 WIB, IHSG menguat 0,80 persen ke posisi 7.002. Indeks LQ45 bertambah 1,21 persen ke posisi 892,64. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.
Baca Juga
Pada awal sesi perdagangan, IHSG berada di level tertinggi 7.011,11 dan level terendah 6.986,37. Sebanyak 218 saham menguat sehingga angkat IHSG. 99 saham melemah dan 184 saham diam di tempat.
Advertisement
Total frekuensi perdagangan 48.670 kali dengan volume perdagangan 1,5 miliar saham. Nilai transaksi Rp 537,7 miliar.
Mayoritas sektor saham (IDX-IC) menghijau kecuali sektor saham industri turun 0,33 persen. Sektor saham basic melonjak 1,75 persen, dan catat penguatan terbesar. Sektor saham energi menguat 0,24 persen, sektor saham nonsiklikal mendaki 0,46 persen, sektor saham siklikal naik 0,07 persen.
Selain itu, sektor saham kesehatan melesat 0,77 persen, sektor saham keuangan mendaki 0,44 persen, sektor saham properti bertambah 0,28 persen. Kemudian sektor saham teknologi naik 0,64 persen, sektor saham infrastruktur mendaki 0,30 persen dan sektor saham transportasi bertambah 0,69 persen.
Saham BBRI naik 1,59 persen ke posisi Rp 4.470 per saham pada awal sesi perdagangan. Saham BBRI dibuka naik 50 poin ke posisi Rp 4.450 per saham. Harga saham BBRI berada di level tertinggi Rp 4.490 dan terendah Rp 4.440 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.861 kali dengan volume perdagangan 352.485 saham. Nilai transaksi Rp 157,5 miliar.
Review IHSG
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, IHSG melemah di bawah level 7.000 pada perdagangan Rabu, 5 Juni 2024. Hal ini didorong saham BREN batal masuk indeks FTSE sehingga mendorong saham BREN turun 10 persen. Selain itu, bursa juga telah memasukkan saham BREN di dalam daftar pemantauan khusus.
Di sisi lain, saham BBCA naik 1,1 persen. Kemudian saham BMRI merosot 2,4 persen, saham BBRI tergelincir 1,1 persen dan saham BBNI turun 0,4 persen. Sedangkan saham BBTN menguat 0,4 persen.
Selain itu, nilai tukar rupiah melemah ke level terendah baru dalam empat tahun terakhir.
Top Gainers-Losers
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
- Saham BOBA melonjak 14,10 persen
- Saham GHON melonjak 11,24 persen
- Saham SOUL melonjak 11,24 persen
- Saham AKSI melonjak 10,62 persen
- Saham SOHO melonjak 8,67 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
- Saham OLIV merosot 16,67 persen
- Saham DMMX merosot 15 persen
- Saham IFSH merosot 11,45 persen
- Saham NANO merosot 7,69 persen
- Saham SOFA merosot 7,14 persen
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
- Saham BBRI senilai Rp 200,8 miliar
- Saham GOTO senilai Rp 81,2 miliar
- Saham BBCA senilai Rp 47,1 miliar
- Saham AMMN senilai Rp 44,4 miliar
- Saham BMRI senilai Rp 42,3 miliar
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
- Saham ATLA tercatat 7.569 kali
- Saham BBRI tercatat 3.829 kali
- Saham SURI tercatat 3.438 kali
- Saham WIFI tercatat 3.106 kali
- Saham BDKR tercatat 2.726 kali
Advertisement
Prediksi IHSG dan Saham Pilihan dari BNI Sekuritas
Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas Fanny Suherman mengatakan, IHSG berpotensi rebound terbatas setelah BoC cut suku bunga 25 bps dan ECB bersiap untuk kemungkinan cut rate pertama Kamis, 6 Juni 2024.
“Level support IHSG di 6.870-6.950, sedangkan level resistance berada di 6.980-7.050,” ujar Fanny.
Berikut saham pilihan BNI Sekuritas untuk Kamis (6/6/2024):
1. BBRI: Buy on Weakness
Beli di 4400, cutloss jika break di bawah 4300.
Jika tidak break di bawah 4300, potensi naik ke 4500-4640 short term.
2. WIFI: Spec Buy
Beli di 164, cutloss jika break di bawah 161.
Jika tidak break di bawah 161, potensi naik ke 168-171 short term.
3. GOTO: Sell on High
Jual di 61-64 short term.
Hati-hati jika belum break di atas 64, potensi koreksi lagi dengan support di 56-59.
4. MEDC: Spec Buy
Beli di 1320, cutloss jika break di bawah 1300.
Jika tidak break di bawah 1300, potensi naik ke 1345-1365 short term.
5. BBNI: Buy on Weakness
Beli di 4570, cutloss jika break di bawah 4530.
Jika tidak break di bawah 4570, potensi naik ke 4680-4780 short term.
6. NCKL: Spec Buy
Beli di 895, cutloss jika break di bawah 870.
Jika tidak break di bawah 895, potensi naik ke 930-945 short term.
Bursa Saham Asia Pasifik
Sebelumnya, bursa saham di kawasan Asia dan Pasifik atau sering disebut Bursa Asia menguat pada perdagangan Kamis pagi ini. Penguatan bursa Asia ini terjadi karena ada harapan penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa.
Selain itu, pendorong lain kenaikan Bursa Asia di Kamis pagi ini adalah sentimen dari bursa Amerika Serikat (AS). Indeks bursa S&P dan Nasdaq mencapai level tertinggi baru semalam.
Bank Sentral Eropa pada minggu ini tampaknya akan memangkas biaya pinjaman untuk kawasan euro untuk pertama kalinya sejak September 2019.
Mengutip CNBC, Kamis (6/6/2024), indeks saham Nikkei 225 Jepang naik 1,12% menjadi 100 poin setelah melewati angka 39.000 untuk pertama kalinya dalam dua minggu. Sementara indeks Topix berbasis luas naik 0,65%.
Di Australia, Indeks S&P/ASX 200 naik tipis 0,12%, menjelang data perdagangan untuk bulan April.
Kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong berada di 18,396, menunjukkan pembukaan yang lebih lemah dibandingkan dengan penutupan HSI di 18,424.96.
Sedangkan pasar Korea Selatan tutup karena hari libur umum.
Wall StreetSemalam di bursa AS, saham Nvidia mendorong saham-saham teknologi utama lainnya menguat dan data pasar tenaga kerja yang sedikit lemah memberi investor harapan bahwa Federal Reserve mungkin akan menurunkan suku bunganya pada akhir tahun ini.
S&P500 naik 1,18% menjadi ditutup pada 5.354,03, sebuah rekor baru,. Untuk Nasdaq Composite naik 1,96% menjadi 17.187,90, juga merupakan rekor baru.
pendorong kenaikan indeks saham di AS ini karena saham Nvidia melonjak menjadikannya perusahaan paling bernilai kedua di dunia.
Dow Jones Industrial Average sedikit melemah karena saham-saham di luar teknologi berkinerja buruk, hanya bertambah 0,25%.
Advertisement