Morgan Stanley Nilai Underweight ke Saham di Indonesia, Begini Tanggapan BEI

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy melihat dua hal yang disorot Morgan Stanley.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Jun 2024, 21:26 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2024, 21:26 WIB
Morgan Stanley Nilai Underweight ke Saham di Indonesia, Begini Tanggapan BEI
Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) menanggapi langkah Morgan Stanley yang menurunkan rekomendasi saham-saham di Indonesia menjadi underweight. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) menanggapi langkah Morgan Stanley yang menurunkan rekomendasi saham-saham di Indonesia menjadi underweight.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy melihat dua hal yang disorot Morgan Stanley. Pertama, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah. Kedua, masalah kebijakan fiskal merupakan faktor utama penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), meski IHSG hanya turun 0,08 persen pada perdagangan Rabu, 12 Juni 2024.

“Penguatan dolar Amerika Serikat tidak hanya terjadi terhadap rupiah saja, beberapa mata uang negara lain juga mengalami penurunan,” ujar Irvan, Kamis (13/6/2024).

Ia menambahkan, dari segi masalah kebijakan fiskal, menurut Kementerian Keuangan hingga akhir April 2024, posisi utang Indonesia mencapai Rp 8.338,43 triliun dibandingkan dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 38,64 persen.

“Rasio utang ini mengalami penurunan dibandingkan akhir 2023 yaitu sebesar 38,98 persen serta masih di bawah ambang batas yaitu 60 persen dari PDB sesuai undang-undang,” ujar dia.

Untuk mendorong pasar modal Indonesia makin menarik, Irvan menuturkan, pihaknya sedang dalam proses siapkan beberapa hal baru yang akan diluncurkan pada 2024. Hal itu antara lain short selling, single stock futures, dan put warrant atau waran terstruktur. “Kami berharap ini bisa menambah pilihan instrument trading bagi investor,” ujar dia.

Sebelumnya, Morgan Stanley melihat kebijakan fiskal Indonesia dan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) menimbulkan risiko terhadap investasi saham di Indonesia.

Seiring hal itu, Morgan Stanley menurunkan rekomendasi saham-saham Indonesia menjadi underweight dalam portofolio di pasar Asia dan negara berkembang.

 

 

 

Langkah Morgan Stanley

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

“Kami melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa kelemahan di pasar valuta asing di tengah masih tingginya suku bunga Amerika Serikat dan prospek dolar AS yang menguat,” tulis Analis Morgan Stanley Daniel Blake dalam catatannya, 10 Juni 2024 seperti dikutip dari Yahoo Finance, Rabu, 12 Juni 2024.

"Sementara prospek pendapatan Indonesia juga memburuk," Morgan Stanley menambahkan.

Perubahan sikap Morgan Stanley terjadi ketika dolar AS mulai menunjukkan tren lebih tinggi menjelang keputusan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat pada Rabu pekan ini dan keputusan Bank Indonesia pada pekan depan.

Adapun jika suatu saham dinilai sebagai underweight, diprediksi pengembalian saham tersebut lebih rendah dari saham lain di sektor industrinya.

“Peringkat saham underweight adalah opini analis keuangan, saham tersebut akan berkinerja buruk di antara sektornya atau dalam indeks, biasanya selama 6 bulan hingga 12 bulan ke depan,” demikian mengutip dari yahoo finance.

Selain itu, underweight juga berarti manajer investasi tidak bullish pada aset saham di wilayah tersebut.

Apa Itu Underweight di Saham?

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mengutip laman Stockbit, underweight merupakan kebalikan dari overweight yang mana saham diprediksi akan mengalami penurunan di bawah rata-rata saham lainnya.

Sementara itu, overweight adalah sebuah indikator peringkat atau rating yang diberikan oleh analis kepada suatu saham.

Istilah overweight saham ini muncul ketika kondisi saham akan mengalami kenaikan melebihi saham lainnya dari sektor yang saham. Overweight diukur berdasarkan sekumpulan saham dari industri yang sama.

Jika rating overweight diberikan kepada saham, hal itu berarti kinerja harga saham itu akan lebih baik pada masa depan dibandingkan saham lain pada sektor industri yang sama.

Penutupan IHSG pada 13 Juni 2024

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada perdagangan Kamis (13/6/2024). Koreksi IHSG terjadi di tengah penguatan sektor saham energi dan teknologi.

Mengutip data RTI, IHSG melemah 0,27 persen ke posisi 6.831,56. Indeks saham LQ45 merosot 0,49 persen ke posisi 858,62. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.896,65 dan terendah 6.831,56. Sebanyak 285 saham melemah sehingga menekan IHSG. 251 saham menguat dan 235 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 812.419 kali dengan volume perdagangan 42,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 14,2 triliun. Transaksi harian saham mencapai Rp 14,2 triliun itu seiring di pasar negosiasi tercatat lonjakan saham PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). Transaksi saham SILO mencapai Rp 3,9 triliun.

Di pasar negosiasi, harga saham SILO tercatat naik 12,65 persen ke posisi Rp 2.850 per saham. Harga saham SILO berada di level tertinggi dan terendah Rp 2.850 per saham.

Di pasar regular, harga saham SILO naik 1,94 persen ke posisi Rp 2.630 per saham. Saham SILO dibuka stagnan di posisi Rp 2.580 per saham. Harga saham SILO berada di level tertinggi Rp 2.630 dan terendah Rp 2.580 per saham. Total frekuensi perdagangan 681 kali dengan volume perdagangan 13.544.751 saham. Nilai transaksi Rp 3,9 triliun.

 

Sektor Saham

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham GOTO stagnan di posisi Rp 52 per saham. Harga saham GOTO dibuka naik tipis ke posisi Rp 53 per saham. Harga saham GOTO berada di level tertinggi Rp 54 dan terendah Rp 51 per saham. Total frekuensi perdagangan 21.628 kali dengan volume perdagangan 63.133.264 saham. Nilai transaksi Rp 326,3 miliar.

Saham CAMP melambung 24,78 persen ke posisi Rp 282 per saham. Harga saham CAMP dibuka turun 32 poin ke posisi Rp 194 per saham. Harga saham CAMP berada di level tertinggi Rp 282 dan terendah Rp 170 per saham. Total frekuensi perdagangan 13.941 kali dengan volume perdagangan 25.785.416 saham. Nilai transaksi Rp 462,1 miliar.

Mayoritas sektor saham menghijau yang dipimpin sektor saham teknologi. Sektor saham teknologi melambung 1,42 persen. Lalu sektor saham energi mendkai 1,18 persen. Selain itu, sektor saham industri menguat 0,11 persen, sektor saham siklikal bertambah 0,29 persen.

Selain itu, sektor saham kesehatan menanjak 0,21 persen, sektor saham infrastruktur menguat 0,03 persen.

Sementara itu, sektor saham basic melemah 0,73 persen, sektor saham nonsiklikal tergelincir 0,03 persen, sektor saham properti susut 0,23 persen dan sektor saham transportasi merosot 0,26 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya