Indonesia Deflasi 0,03% pada Agustus 2024, IHSG Sentuh 7.704 di Sesi I

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level tertinggi 7.726,18 dan level terendah 7.669,92 pada sesi pertama, Senin, 2 September 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Sep 2024, 16:02 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2024, 12:48 WIB
Indonesia Deflasi 0,03% pada Agustus 2024, IHSG Sentuh 7.704 di Sesi I
Laju Indeks Harga Saham Gabunga (IHSG) bertahan di posisi 7.700 Senin (2/9/2024) usai rilis deflasi Agustus 2024.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabunga (IHSG) bertahan di posisi 7.700 Senin (2/9/2024) usai rilis deflasi Agustus 2024.

Mengutip data RTI, IHSG menguat 0,43 persen ke posisi 7.704,01. Indeks LQ45 bertambah 0,88 persen ke posisi 952,81. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau. Pada sesi pertama perdagangan saham, IHSG berada di level tertinggi 7.726,18 dan level terendah 7.669,92. Sebanyak 344 saham menguat sehingga angkat IHSG. 229 saham melemah dan 213 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 762.513 kali dengan volume perdagangan 10 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,1 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.533.

Pada sesi pertama, saham PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) melonjak 0,74 persen ke posisi Rp 680 per saham. Harga saham POWR dibuka stagnan di posisi Rp 675 per saham. Harga saham POWR berada di level tertinggi Rp 680 dan level terendah Rp 670 per saham. Total frekuensi perdagangan 265 kali dengan volume perdagangan 7.394 kali dengan volume perdagangan 799,7 juta saham.

Saham DOSS merosot 2,8 persen ke posisi Rp 208 per saham. Saham DOSS dibuka stagnan di posisi Rp 214. Harga saham DOSS berada di level tertinggi Rp 222 dan level terendah Rp 204 per saham. Total frekuensi perdagangan 996 kali dengan volume perdagangan 65.672 saham. Nilai transaksi Rp 1,4 miliar.

Mayoritas sektor saham melonjak kecuali sektor saham siklikal susut 1,9 persen. Sektor saham energi bertambah 0,82 persen, sektor saham basic mendaki 0,25 persen, sektor saham industri menguat 0,63 persen dan sektor saham nonsiklikal melesat 0,57 persen.

Selain itu, sektor saham kesehatan mendaki 0,38 persen, sektor saham keuangan melesat 0,60 persen.

Kemudian sektor saham properti naik 0,12 persen, sektor saham teknologi menanjak 0,16 persen, sektor saham infrastruktur melesat 1,43 persen dan sektor saham transportasi melambung 0,82 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Top Gainers-Losers

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

  • Saham PGLI melonjak 34,40 persen
  • Saham LUCK melonjak 25,40 persen
  • Saham ITMA melonjak 20,72 persen
  • Saham WIKA melonjak 20 persen
  • Saham WTON melonjak 17,59 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

  • Saham GULA merosot 20 persen
  • Saham OBMD merosot 15,15 persen
  • Saham HADE merosot 12,50 persen
  • Saham BDKR merosot 11,17 persen
  • Saham PADI merosot 11,11 persen

 

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

  • Saham BBRI senilai Rp 377,8 miliar
  • Saham WIKA senilai Rp 266,5 miliar
  • Saham BREN senilai Rp 263,7 miliar
  • Saham BMRI senilai Rp 222,1 miliar
  • Saham ASII senilai Rp 219,7 miliar

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

  • Saham WIKA tercatat 37.300 kali
  • Saham AYAM tercatat 25.029 kali
  • Saham AGRS tercatat 17.561 kali
  • Saham PTPP tercatat 16.891 kali
  • Saham PPRE tercatat 16.707 kali

Indonesia Deflasi 0,03% pada Agustus 2024, Sudah 4 Bulan sejak Mei

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang menunggu dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Badan Pusat Statistik merilis dari kelompok pengeluaran, bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,07% (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi 0,03 persen secara bulanan atau month on month (MoM) pada Agustus 2024. Ini merupakan deflasi keempat pada tahun ini dan berlangsung berturut-turut.

"Pada Agustus 2024 terjadi deflasi 0,03 persen secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,09 pada Juli 2024 menjadi 106,06 pada Agustus 2024," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers di Gedung BPD Pusat, Jakarta, Senin (2/9/2024).

Jika dihitung secara tahun ke tahun atau year on year (yoy) tercatat masih terjadi inflasi 2,12 persen. Sedangkan, jika dihitung secara tahun kalender atau year to date terjadi inflasi sebesar 0,87 persen.

Deflasi Agustus 2024 ini lebih rendah dibandingkan Juli 2024. Deflasi ini merupakan keempat kalinya pada 2024. Deflasi terjadi sejak Mei hingga Agustus.

Kelompok pengeluaran terbesar pada Agustus 2024 adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,52 persen. Kelompok pengeluaran tersebut memberikan andil deflasi sebesar 0,15 persen.

Di sisi lain,  terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi pada Agustus 2024. Diantaranya adalah bensin dan cabai rawit dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,03 persen.

"Kemudian kopi bubuk dan emas perhiasan dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,02 persen, kemudian juga beras dan sigaret kretek mesin atau SKM dan ketimun memberikan andil inflasi masing-masing 0,01 persen," imbuh Pudji.

BPS mencatat,  kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen atau mengalami inflasi sebesar 0,65 persen. Secara spesifik, biaya sekolah dasar (SD) kemudian biaya kuliah atau perguruan tinggi, biaya Sekolah Menengah Pertama (SMP) memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.


BPS: Indonesia Deflasi 0,18 Persen di Juli 2024

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi secara bulanan dari Juni 2024 ke Juli 2024. Besaran deflasi tercatat sebesar 0,18 persen di Juli 2024.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan deflasi ini diakibatkan oleh penurunan indeks harga konsumen dari bulan sebelumnya.

 "Pada Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024," kata Amalia dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Dia juga mencatat, angka deflasi ini lebih dalam ketimbang deflasi pada Mei dan Juni 2024 lalu. Ini menjadikan deflasi ketiga selama 2024 ini.

"Deflasi bulan Juli 2024 ini lebih dalam dibandingkan Juni 2024 dan merupakan deflasi ketiga pada 2024," ungkapnya.

Sementara itu, jika dilihat secara tahunan, Juli 2024 ini mengalami inflasi 2,13 persen dari Juli 2023 lalu.

"Sementara itu secaya year on year terjadi inflasi 2,13 persen dan secara tahun kalender year to date terjadi inflasi sebesar 0,89 persen," paparnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya