Bursa Saham Asia Loyo Usai Rilis Data Ekonomi China dan Jepang

Awal pekan ini, tepatnya Senin, 23 September 2024, bursa saham Asia Pasifik melemah setelah keluar data ekonomi China dan Jepang.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Sep 2024, 08:55 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2024, 08:55 WIB
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)
Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Senin (23/9/2024) di tengah investor menilai keputusan kebijakan moneter dari Jepang dan China.(Foto by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Senin (23/9/2024) di tengah investor menilai keputusan kebijakan moneter dari Jepang dan China pada Jumat, 20 September 2024. Hal ini setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga sehingga mendorong pasar melambung pekan lalu.

Mengutip CNBC, pada pekan lalu, data menunjukkan tingkat pengangguran muda di China naik untuk dua bulan berturut-turut ke level tertinggi pada 2024, menurut Biro Statistik Nasional seiring pasar tenaga kerja mendingin di tengah melemahnya ekonomi.

Meski ada seruan untuk menurunkan suku bunga, Bank Sentral China atau the People’s Bank of China secara tak terduga mempertahankan suku bunga acuan utama pada Jumat pekan ini.

Reserve Bank of Australia memulai pertemuan kebijakan dua hari pada Senin pekan ini. Pejabat bank sentral akan memutuskan jalur kebijakan moneter pada Selasa pekan ini.

Di sisi lain, Singapura akan merilis indeks harga konsumen pada Agustus, dengan consumer price index (CPI) Inti diperkirakan naik 2,6 persen year on year (YoY), menurut jajak pendapat Reuters dibandingkan 2,5 persen pada Juli 2024.

CPI year on year secara keseluruhan diperkirakan telah mendingin menjadi 2,15 persen dibandingkan 2,4 persen bulan sebelumnya.

Adapun bursa saham Jepang libur. Sementara itu, indeks ASX 200 melemah 0,43 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi susut 0,15 persen dan indeks Kosdaq sedikit berubah. Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 18.199, lebih rendah dari penutupan sebelumnya 18.258,57. Selain itu, indeks CSI 300 berada di posisi 3.183,8, lebih rendah dari penutupan sebelumnya 3.201,05.

Di sisi lain, tiga indeks saham acuan utama di wall street bervariasi pada pekan lalu. Indeks Dow Jones menguat 0,09 persen hingga sentuh rekor tertinggi di 42.063,36. Indeks S&P 500 berada di posisi 5.702,55. Indeks Nasdaq melemah 0,36 persen ke posisi 17.948,32.

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 20 September 2024

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, saham Asia Pasifik melesat pada perdagangan Jumat, 20 September 2024. Penguatan dipimpin indeks Nikkei 225 di Jepang setelah wall street melonjak seiring bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan.

Mengutip CNBC, Bank of Japan mempertahankan suku bunga acuan di 0,25 persen, suku bunga tertinggi sejak 2008.

Di sisi lain, indeks harga konsumen inti Jepang naik 2,8 persen year on year (YoY), sesuai prediksi Reuters. Adapun indeks harga konsumen inti ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 2,7 persen. Tidak termasuk makanan segar dan energi, inflasi mencapai 2 persen dibandingkan 1,9 persen pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, yen Jepang juga menguat 0,30 persen terhadap dolar AS menjadi 142,20.

Selain itu, China juga mempertahankan suku bunga pinjaman utamanya. Suku bunga pinjaman utama bertenor satu tahun yang pengaruhi pinjaman perusahaan dan rumah tangga tercatat 3,35 persen. Sementara itu, suku bunga pinjaman bertenor lima tahun, yang merupakan acuan untuk suku bunga hipotek tercatat 3,85 persen.

Indeks Nikkei 225 di Jepang bertambah 1,53 persen ke posisi 37.723,91. Indeks Nikkei melesat lebih dari 3 persen secara mingguan. Indeks Topix menguat 0,97 persen ke posisi 2.642,35.

Indeks Hang Seng naik 1,27 persen. Di sisi lain, indeks CSI 300 mendaki 0,16 persen ke posisi 3.201,05. Indeks Kospi di Korea Selatan bertambah 0,49 persen ke posisi 2.593,37. Indeks Kosdaq melejit 1,19 persen ke posisi 748,33. Indeks ASX 200 di Australia menguat 0,21 persen ke posisi 8.209,5.

Kinerja Wall Street Pekan Lalu

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya, Wall Street cerah pada perdagangan Jumat. Indeks acuan Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatat kenaikan tipis dan ditutup pada rekor terbaru.

kenaikan Dow Jones pada perdagangan jumat ini mengakhiri reli besar untuk minggu dimana terjadi pelonggaran besar kebijakan suku bunga untuk pertama kalinya oleh Federal Reserve dalam empat tahun.

Mengutip CNBC, Sabtu (21/9/2024), indeks saham Dow Jones naik tipis 38,17 poin atau 0,09% dan menutup pekan ini pada level tertinggi baru di 42.063,36.

Indeks S&P 500 turun 0,19% dan berakhir pada 5.702,55. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,36% dan berakhir pada 17.948,32.

Pada hari Kamis, Dow mencapai rekor di atas 42.000, dan S&P 500 naik di atas 5.700 untuk pertama kalinya.

Tiga indeks utama di Wall Street ini mencatat kenaikan mingguan. S&P 500 naik 1,36%, mencatat minggu positif kelimanya selama enam minggu terakhir. Indeks tersebut naik lebih dari 19% pada tahun 2024.

Dow Jones mengakhiri minggu ini dengan kenaikan 1,62%, sementara Nasdaq yang didominasi teknologi naik 1,49%.

Pada Rabu sore, Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) memangkas suku bunga sebesar setengah poin, pemangkasan pertama sejak 2020.

 

 

Reaksi Tertunda

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Dalam reaksi yang tertunda, pasar naik lebih tinggi pada Kamis karena investor memburu saham-saham teknologi seperti Nvidiadan saham-saham yang akan diuntungkan dari suku bunga yang lebih rendah seperti Home Depot.

Gubernur Fed Christopher Waller, dalam komentar pertama oleh anggota Fed sejak konferensi pers Ketua Fed Jerome Powell, mengatakan, inflasi turun lebih cepat dari yang diharapkannya, menyebabkan dia mendukung pemangkasan setengah poin.

"Investor memandang pemangkasan suku bunga yang agresif sebagai katalis positif," kata kepala analis investasi Nationwide Mark Hackett.

Hackett melanjutkan, The Fed berhasil meyakinkan investor bahwa pemangkasan besar-besaran tersebut merupakan langkah proaktif untuk mempertahankan momentum ekonomi, bukan langkah reaktif untuk menstabilkannya.

Reaksi pasar yang kuat menunjukkan investor memiliki kepercayaan pada The Fed dan memiliki mentalitas 'gelas setengah penuh'," imbuhnya

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya