Liputan6.com, Jakarta - Saham Nvidia (NVDA) ditutup pada rekor tertinggi pada hari Senin karena Wall Street mengantisipasi laporan pendapatan Big Tech pada bulan November. Saham perusahaan pembuat chip itu naik 4,14% dan ditutup pada harga USD 143,71 per saham, dan sahamnya terus naik dalam perdagangan setelah jam kerja.
Sebelumnya pada hari itu, saham Nvidia mencapai rekor tertinggi intraday sebesar USD 142,46. Saham Nvidia naik 198,34% sepanjang tahun ini (year to date/YTD).
Baca Juga
Melansir Yahoo Finance, Selasa (22/10/2024), Bank of America (BAC) menaikkan target harga untuk pembuat chip tersebut menjadi USD 190 dari USD 165 pada Jumat pekan lalu. BAC mengungkapkan keyakinan pada keunggulan kompetitif NVDA dan peluang generasi.
Advertisement
Analis riset Vivek Arya mengutip peristiwa industri terkini, termasuk hasil pendapatan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) dan acara AI Advanced Micro Devices, sebagai bagian dari alasan kenaikan target harga dalam laporan Bank of America Global Research minggu lalu.
“Kami juga menyoroti semakin berkembangnya kehadiran AI di perusahaan, di mana NVDA adalah mitra pilihan,” kata Arya.
Minggu lalu, Nvidia mencetak rekor intraday tertinggi setelah TSMC mengalahkan ekspektasi laba. Saham produsen chip itu sempat naik lebih dari 3% hingga mencetak rekor intraday USD 140,89 per saham pada hari Kamis. Rekor tertinggi intraday terakhir saham itu terjadi pada tanggal 20 Juni, saat mencapai USD 140,76 per saham.
Sementara itu, TSMC melaporkan pendapatan sebesar NT$ 759,69 miliar, atau USD 23,5 miliar untuk kuartal yang berakhir pada tanggal 30 September. Pendapatan kuartal ketiga naik 36% tahun ke tahun dalam dolar AS, kata TSMC, dan naik 12,9% dari kuartal sebelumnya.
Saham Nvidia sempat anjlok lebih dari 4% Selasa lalu setelah ditutup pada rekor tertinggi USD 138,07 pada hari sebelumnya. Penurunan terjadi menyusul laporan bahwa AS dapat membatasi penjualan chip kecerdasan buatan canggih dari produsen chip yang berbasis di AS ke negara-negara tertentu.
Bursa Asia Anjlok Mengekor Wall Street, Investor Menanti Debut Hyundai di India
Bursa saham di kawasan Asia dan Pasifik bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Bursa Asia merosot mengikuti sesi yang beragam di Wall Street.
Mengutip CNBC, Selasa (22/10/2024), indeks S&P/ASX 200 Australia memulai hari dengan penurunan 1,2%, sementara indeks saham Kospi Korea Selatan tergelincir 0,82% dan Kosdaq berkapitalisasi kecilnya turun 1,40%.
Sebaliknya, indeks acuan Jepang Nikkei 225 naik tipis, sementara Topix yang berbasis luas diperdagangkan mendekati garis datar.
Indeks Hang Seng Hong Kong berada pada 20.386, menunjukkan pembukaan yang lebih lemah dibandingkan dengan penutupan terakhir HSI di 20.478,46.
Investor di Asia tengah menunnggu data-data ekonomi sejumlah negara yang diperkirakan akan membaik. Selain itu, mereka juga tengah mencermati debut perdagangan Hyundai India senilai 278,56 miliar rupee atau kurang lebih USD 3,3 miliar.
Kabarnya melantainya Hyundai di bursa India ini akan menjadi IPO terbesar yang pernah dilakukan India.
Sedangkan selama sesi perdagangan Amerika Serikat (AS), dua pejabat Federal Reserve telah berbicara tentang lintasan suku bunga.
Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari, yang mencatat ekonomi AS yang tangguh dan pasar tenaga kerja yang kuat, mengatakan lintasan jangka panjang untuk suku bunga bisa lebih tinggi daripada sebelumnya.
Sedikit berbeda, Presiden Federal Reserve Dallas Lorie Logan mengatakan bahwa ia mendukung langkah menurunkan suku bunga, tetapi pendekatan yang sabar akan diperlukan.
Advertisement
Gerak Wall Street
Semalam di AS, bursa saham Wall Street berakhir beragam karena imbal hasil Treasury naik dan investor menunggu laporan laba kuartal III sejumlah perusahaan.
Indeks S&P 500 turun 0,18% dan Dow Jones Industrial Average yang terdiri dari 30 saham turun 0,8%, dan mengakhiri tiga hari sesi kenaikan.
Nasdaq Composite menjadi outlier, naik 0,27%.