Liputan6.com, Jakarta - PT RMK Energy Tbk (RMKE) mengumumkan kinerja tahun buku 2024 yang berakhir pada 31 Desember 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan total pendapatan usaha sebesar Rp 2,46 triliun. Pendapatan itu dikontribusi segmen penjualan dan jasa batu bara masing-masing sebesar 69,5 persen dan 30,5 persen.
Pada tahun buku 2024, RMKE berhasil memuat 9 juta ton batu bara atau meningkat sebesar 19,3 persen YoY dan menjual sebanyak 2,8 juta ton batu bara atau meningkat sebesar 18,8 persen YoY. Dengan pertumbuhan volume operasional pada kedua segmen tersebut RMKE dapat mempertahankan pendapatan usaha tetap stabil.
Baca Juga
RMKE juga berhasil meningkatkan efisiensi operasional dengan menjaga ketepatan waktu bongkaran kereta pada level 3:34 jam, serta mengurangi rasio penggunaan bahan bakar turun sebesar 9,5 persen YoY selama tahun 2024. Capaian ini mencerminkan efektivitas strategi operasional yang dijalankan RMKE dalam menghadapi dinamika pasar dan regulasi industri.
Advertisement
Sepanjang 2024, laba bersih RMKE mencapai Rp 274,7 miliar, turun 11,1 persen YoY akibat fluktuasi harga batu bara yang sempat turun sebesar 19,6 persen YoY pada kuartal keempat tahun 2024.
Namun, penurunan laba bersih tersebut lebih kecil dibandingkan dengan penurunan harga batu bara. Hal ini didukung oleh tren kinerja yang membaik terutama pada kuartal keempat dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 3,1 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meski terjadi penurunan harga batu bara karena pengaruh politik global, namun Presiden Direktur PT RMK Energy Tbk, Vincent Saputra menilai industri batu bara masih akan berkembang sebagai sumber energi yang paling handal dan terjangkau untuk pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri maupun global.
“Saat ini, strategi Perseroan adalah tetap meningkatkan kinerja operasional dan melakukan efisiensi pada lingkungan operasional, salah satunya dengan mulai beralih dengan menggunakan energi listrik PLN yang jauh lebih bersih dibandingkan sebelumnya bahan bakar diesel,” kata Vincent dalam konferensi pers kinerja perseroan tahun buku 2024, Selasa (11/3/2025).
Respons Terhadap DHE
Selain itu, dalam menghadapi regulasi terbaru terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mewajibkan eksportir menahan 100 persen DHE di bank dalam negeri selama satu tahun, Vincent menilai bahwa kebijakan ini mungkin akan memberikan tantangan tersendiri bagi industri pertambangan.
“Kami mendukung langkah pemerintah dalam memperkuat cadangan devisa nasional, namun kami juga memahami kekhawatiran para pelaku industri terhadap dampak kebijakan ini terhadap arus kas mereka. Perusahaan yang memiliki rekam jejak baik dan hubungan kuat dengan perbankan lokal akan lebih siap menghadapi perubahan regulasi ini,” jelasnya.
Target Perseroan
Ke depan, RMKE juga menargetkan pertumbuhan yang lebih baik dengan peningkatan volume layanan pemuatan batu bara menjadi 11,2 juta ton dan penjualan batu bara sebesar 3,8 juta ton. Ekspansi infrastruktur juga menjadi fokus utama, termasuk pengembangan jalur hauling di Muara Enim dan Lahat serta peningkatan kapasitas fasilitas logistik untuk mendukung peningkatan volume transportasi batu bara.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, RMKE juga terus berinvestasi dalam teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan, termasuk implementasi teknologi dust suppression untuk mengurangi emisi debu batu bara serta penggunaan energi listrik yang lebih bersih di area operasional Perseroan.
Advertisement
Penjualan RMKE Tumbuh 40,2% di Kuartal III 2024
Sebelumnya, PT RMK Energy Tbk (RMKE) berhasil memuat 121 kapal dengan kapasitas volume sebesar 2,5 juta ton batu bara pada kuartal III 2024 atau meningkat sebesar 27,9% YoY dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan volume jasa angkutan batu bara RMKE pada kuartal III 2024 berhasil menambal penurunan pada semester pertama tahun 2024.
Secara kumulatif, hingga periode September 2024 RMKE telah berhasil membuat 812 kapal dengan kapasitas sebesar 6,4 juta ton batu bara atau meningkat sebesar 2,4% YoY. Dengan volume tersebut, RMKE telah mencapai 64,3% target angkutan batu bara tahun ini. Volume jasa angkutan bulanan tertinggi dicapai pada bulan September 2024 sebesar 970,2 ribu ton batu bara dan merupakan volume angkutan tertinggi selama RMKE beroperasi.
Dari segmen penjualan batu bara, Perseroan berhasil menjual batu bara sebesar 776,6 ribu ton batu bara pada kuartal III 2024 atau tumbuh sebesar 40,2% YoY. Secara kumulatif RMKE telah berhasil menjual 2,1 juta batu bara hingga September 2024 atau meningkat sebesar 14,1% YoY serta mencapai target penjualan tahun ini sebesar 57,7%.
Pertumbuhan volume penjualan batu bara ini ditopang oleh produksi tambang in-house, PT Truba Bara Banyu Enim (TBBE) yang memproduksi 320,1 ribu ton batu bara pada kuartal III 2024 atau tumbuh sebesar 39,8% YoY. Dengan pertumbuhan produksi in-house tersebut, TBBE berkontribusi sebesar 33,4% dari total volume penjualan hingga September 2024. Peningkatan volume jasa angkutan dan penjualan batu bara ini didukung oleh pertumbuhan permintaan batu bara pada semester kedua tahun ini.
"Pertumbuhan kinerja operasional yang baik ini akan berdampak positif bagi kinerja keuangan RMKE pada kuartal III 2024. Dengan kinerja yang terus membaik secara signifikan di setiap kuartal, Perseroan optimistis dapat mencapai target operasional tahun ini," kata Direktur Utama RMK Energy, Vincent Saputra dalam keterangan resmi, Kamis (17/10/2024).
Permintaan Meningkat
Vincent mencermati, permintaan batu bara yang meningkat pada semester kedua tahun ini menjadi katalis positif bagi RMKE. Selain itu, harga penjualan batu bara juga stabil dan cenderung meningkat dengan kondisi geopolitik serta kondisi ekonomi yang saat ini belum stabil.
Pada sisa waktu tahun 2024 dan ke depannya, perseroan semakin optimistis dapat meningkatkan volume jasa angkutan dan penjualan batu bara dengan realisasi penambahan pelanggan baru. Hal itu seiring dengan penyelesaian fasilitas hauling road batu bara yang akan selesai pada tahun ini.
"Dengan penyelesaian jalan tersebut RMKE dapat membuka akses bagi tambang-tambang yang tidak dapat berproduksi karena terkendala infrastruktur di Sumatera Selatan,” tambah Vincent memungkasi.
Advertisement
