Kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang mulai membaik akan mendorong emiten menerbitkan obligasi pada kuartal IV-2013.
Hal itu dilihat dari kekhawatiran inflasi tinggi mulai mereda dan nilai tukar rupiah yang berada di level keseimbangan baru di kisaran Rp 11 ribu.
Analis obligasi PT Sucorinvest Gani, Ariawan menuturkan, kemungkinan emiten akan ramai menerbitkan obligasi pada kuartal keempat 2013.
Faktor fundamental ekonomi Indonesia relatif membaik mendorong penerbitan obligasi korporasi itu. Apalagi imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) juga sudah mulai turun. Sehingga biaya penerbitan obligasi korporasi akan lebih rendah.
"Beberapa waktu lalu penerbitan obligasi korporasi tidak banyak karena yield SUN tinggi akibat inflasi tinggi dan rupiah melemah sehingga membuat biaya penerbitan obligasi korporasi swasta akan lebih besar," tutur Ariawan, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (7/11/2013).
Selain itu, permintaan obligasi korporasi juga akan lebih besar. Mengingat imbal hasil yang ditawarkan akan lebih tinggi dari SUN. Menurut Ariawan, imbal hasil SUN bertenor 10 tahun saja sekitar 7,8%-7,9%.
"Inflasi mereda dan rupiah stabil akan banyak mendorong penerbitan obligasi korporasi. Yield SUN pun lebih rendah sehingga investor akan masuk ke obligasi korporasi" kata Ariawan.
Ariawan memperkirakan penerbitan obligasi korporasi dapat mencapai Rp 5 triliun pada kuartal keempat 2013.Â
Sementara itu, Analis PT NC Securities, I Made Saputra melihat emiten cenderung menerbitkan obligasi korporasi pada kuartal keempat 2013 untuk memanfaatkan penerbitan SUN yang relatif sepi.
"Dengan tidak banyaknya pesaing emiten akan lebih mampu memberikan struktur penawaran paling optimum bagi investor dan emiten," ujar Made.
Menurut dia, penerbitan obligasi korporasi pada kuartal keempat 2013 ini memang belum cukup baik. Akan tetapi gejolak di pasar SUN mulai mereda dibandingkan kuartal kedua dan ketiga.
Sementara itu, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), obligasi korporasi jatuh tempo outstanding termasuk efek beragun aset senilai Rp 5,32 triliun hingga 25 Oktober 2013.
Kemarin PT CIMB Niaga Tbk merilis penerbitan obligasi berkelanjutan I tahun 2013 senilai Rp 1,45 triliun. Obligasi ini terdiri dari tiga seri antara lain pertama, seri A senilai Rp 285 miliar bertenor 2 tahun dengan kupon bunga 8,75%.
Kedua, seri B senilai Rp 315 miliar bertenor 3 tahun dengan kupon bunga 9,15%. Ketiga, seri C senilai Rp 850 miliar bertenor 5 tahun dengan kupon bunga 9,75%.
Lalu PT Summarecon Agung Tbk juga menerbitkan obligasi dan suku berkelanjutan I untuk tahap pertama masing-masing senilai Rp 450 miliar dan Rp 150 miliar. Kupon obligasi yang ditawarkan 10%-11%. (Ahm)
Hal itu dilihat dari kekhawatiran inflasi tinggi mulai mereda dan nilai tukar rupiah yang berada di level keseimbangan baru di kisaran Rp 11 ribu.
Analis obligasi PT Sucorinvest Gani, Ariawan menuturkan, kemungkinan emiten akan ramai menerbitkan obligasi pada kuartal keempat 2013.
Faktor fundamental ekonomi Indonesia relatif membaik mendorong penerbitan obligasi korporasi itu. Apalagi imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) juga sudah mulai turun. Sehingga biaya penerbitan obligasi korporasi akan lebih rendah.
"Beberapa waktu lalu penerbitan obligasi korporasi tidak banyak karena yield SUN tinggi akibat inflasi tinggi dan rupiah melemah sehingga membuat biaya penerbitan obligasi korporasi swasta akan lebih besar," tutur Ariawan, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (7/11/2013).
Selain itu, permintaan obligasi korporasi juga akan lebih besar. Mengingat imbal hasil yang ditawarkan akan lebih tinggi dari SUN. Menurut Ariawan, imbal hasil SUN bertenor 10 tahun saja sekitar 7,8%-7,9%.
"Inflasi mereda dan rupiah stabil akan banyak mendorong penerbitan obligasi korporasi. Yield SUN pun lebih rendah sehingga investor akan masuk ke obligasi korporasi" kata Ariawan.
Ariawan memperkirakan penerbitan obligasi korporasi dapat mencapai Rp 5 triliun pada kuartal keempat 2013.Â
Sementara itu, Analis PT NC Securities, I Made Saputra melihat emiten cenderung menerbitkan obligasi korporasi pada kuartal keempat 2013 untuk memanfaatkan penerbitan SUN yang relatif sepi.
"Dengan tidak banyaknya pesaing emiten akan lebih mampu memberikan struktur penawaran paling optimum bagi investor dan emiten," ujar Made.
Menurut dia, penerbitan obligasi korporasi pada kuartal keempat 2013 ini memang belum cukup baik. Akan tetapi gejolak di pasar SUN mulai mereda dibandingkan kuartal kedua dan ketiga.
Sementara itu, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), obligasi korporasi jatuh tempo outstanding termasuk efek beragun aset senilai Rp 5,32 triliun hingga 25 Oktober 2013.
Kemarin PT CIMB Niaga Tbk merilis penerbitan obligasi berkelanjutan I tahun 2013 senilai Rp 1,45 triliun. Obligasi ini terdiri dari tiga seri antara lain pertama, seri A senilai Rp 285 miliar bertenor 2 tahun dengan kupon bunga 8,75%.
Kedua, seri B senilai Rp 315 miliar bertenor 3 tahun dengan kupon bunga 9,15%. Ketiga, seri C senilai Rp 850 miliar bertenor 5 tahun dengan kupon bunga 9,75%.
Lalu PT Summarecon Agung Tbk juga menerbitkan obligasi dan suku berkelanjutan I untuk tahap pertama masing-masing senilai Rp 450 miliar dan Rp 150 miliar. Kupon obligasi yang ditawarkan 10%-11%. (Ahm)