Liputan6.com, Jakarta Hari itu, Selasa, 1 Juli lalu, jadi hari yang sibuk buat Ichwan Persada. Sehari-hari ia sudah sibuk wara-wiri melakukan pekerjaan menyiapkan film baru yang turut diproduserinya, Hijabers in Love untuk tayang di bioskop sesuai jadwal tanpa kendala. Namun, hari itu, Ichwan lebih sibuk dari biasanya.
Di dunia maya, pemilik akun Twitter sama sesuai namanya itu mendadak mendapat puluhan mention dari berbagai akun Twitter lain.
Pangkal soalnya adalah sebuah akun Twitter dakwah yang mengunggah poster (tepatnya sampul adaptasi novel) film Hijabers in Love sambil bilang begini, "Ya Allah.. Kenapa hijabers dicitrakan seperti ini? Kami hijabers tidak murahan, mengobral cinta..."
Advertisement
Akun itu memiliki lebih dari dua puluh ribu follower. Maka, kontan followers-nya segera bereaksi.
Puluhan di antaranya me-mention Ichwan, sang produser yang juga pemilik cerita asli, dan penulis skenario sekaligus penulis novelnya, Oka Aurora.
Ichwan dan Oka menanggapi sebagian mention orang yang memprotes film `Hijabers in Love`. "Nonton dulu filmnya ya. Setelah itu silakan dinilai," tulis Ichwan menanggapi mention padanya. Oka menulis, "Maaf jika tak berkenan. Poster adalah konteks. Konten ada di isi film. Moga tak surutkan niat menonton."
Ichwan dan Oka antara lain mendapat balasan seperti ini: "Maaf ya, tapi kami sebelum nonton sudah risih dengan poster itu. Kami, hijabers, tidak mungkin seperti itu."
Poster Hijabers in Love
Baiklah kita mulai bicarakan dari posternya dahulu. Di poster terdapat judul "Hijabers in Love" dengan font warna-warni khas remaja lengkap dengan tanda hati pengganti titik di huruf "i" kecil pada kata "Hijabers".
Kemudian, ada potret tiga sosok di poster itu, remaja SMA terlihat dari seragam putih abu-abu yang mereka kenakan. Dua remaja cewek berhijab duduk di kursi. Seorang remaja pria berdiri di belakang kursi.
Menarik memperhatikan ke mana arah pandang ketiga sosok di poster itu. Remaja putri berhijab di sebelah kiri tampak melirik cowok di belakang kursi yang berada di tengah. Sedang remaja putri berhijab satunya lagi, yang di sebelah kanan, tampak memandang ke kejauhan. Si remaja pria yang di tengah terlihat menatap dengan wajah dingin ke depan, tak melihat dua cewek berhjijab di kanan kirinya. Jika diperhatikan pula, tak ada persentuhan cowok dan cewek di poster itu.
Dalam satu kesempatan di sela peluncuran novel `Hijabers in Love` di toko buku Kinokuniya, Plaza Senayan, Rabu (16/7/2014), Ichwan Persada bilang poster tersebut sebetulnya sudah menjaga untuk tidak melanggar pagar-pagar norma agama. "Kalau dilihat lebih detil, poster itu tidak bermasalah," katanya.
Next page: Kisah Cinta Cewek Berhijab?Â
Kisah Cinta Cewek Berhijab?
Kisah cinta cewek berhijab?
Selain poster, yang juga sudah ramai beredar di dunia maya adalah juga sinopsis filmnya. Di punggung novelnya, tertulis kisah begini:
"Annisa gadis remaja yang baru pertama kali jatuh cinta. Tapi ia jatuh cinta pada Ketua ROHIS sekolah, Ananda namanya. Annisa yang tomboi dan senang main basket tiba-tiba memutuskan berhijab dan ikut ROHIS demi Ananda.
"Namun, Ananda seperti tak menyadari perhatian Annisa padanya. Pemuda itu malah bersikap lebih ramah pada Jelita, sahabat karib Annisa, gadis berhijab yang pendiam, lembut, dan senang membaca. Dalam bayangan Annisa, gadis salihah seperti Jelita-lah yang akan disukai oleh Ananda.
"Suatu hari, tanpa sengaja Annisa membaca puisi buatan Jelita dan mendapati bahwa diam-diam Jelita juga mencintai Ananda. Annisa pun dilema. Apakah ia harus menjaga persahabatannya dengan Jelita, atau mengungkapkan perasaannya kepada Ananda?"
Membaca sinopsisnya saja di atas wajar bila ada prasangka atas film `Hijabers in Love`, yakni filmnya utamanya mengangkat kisah cinta cewek SMA berhijab dan pemuda alim ketua ROHIS (kependekan dari Kerohanian Islam, sebuah ektra kurikuler di SMA, wadah organisasi bagi yang ingin mendalami Islam).
Tapi, benarkah film yang disutradarai Ario Rubbik ini bercerita tentang kisah cinta segitiga antara anak remaja berhijab dan seorang pemuda alim?
Membuka Ruang Diskusi
Memang mudah muncul prasangka macam-macam bila hanya membaca sinopsisnya. Paling baik ya memang harus membaca novel dan kemudian juga filmnya. Baru kemudian menilai filmnya melanggar pagar-pagar norma agama atau tidak.
Yang jelas, Ichwan kemarin menegaskan, "Hijabers in Love bukan film religi, ini film remaja." Namun, karena kisah remaja yang diangkat adalah mereka yang berhijab, tak ayal segala tanya dan dugaan filmnya bakal mengundang kontroversi mengemuka.
Liputan6.com yang belum nonton filmnya bertanya, apa misalnya di film bakal ada adegan cewek berhijab dan cowok yang bukan muhrim berdua-duaan atau bahkan sambil pegangan tangan segala?
Ichwan bilang, ia dan timnya menjaga sekali filmnya berada di track, tidak meloncati pagar. Artinya, adegan macam itu dipastikan tak ada. "Kami menjaga betul hal seperti itu," katanya.
`Hijabers in Love` baru akan rilis 4 September nanti. Hingga filmnya edar, segala keberatan sejatinya tak adil bila filmnya sendiri belum ditelaah sungguh-sungguh. Ichwan meyakini, karya yang yang baik adalah karya yang membuka ruang diskusi.
Namun, sebelum ruang diskusi dibuka, pertama karyanya harus baik dulu, tidak memiliki cacat atau kekurangan dari segi sinematik. Dengan kata lain, filmnya harus bagus dulu. Jadi, mari kita tunggu hingga filmnya edar dan bilang bagus atau tidak. Baru setelah itu kita diskusi soal muatan dan pesannya. (Ade)
Advertisement