Liputan6.com, Jakarta Sutradara Kim Won Suk kembali dalam karya terbarunya, drakor When Life Gives You Tangerines, membawa pemirsa dalam sebuah mesin waktu yang mendarat di Pulau Jeju pada tahun 1960-an.
Penonton dipertemukan dengan Ae Sun (IU) ; seorang gadis cilik dengan emosi yang meletup-letup, dan Gam Sik (Park Bo Gum), bocah pendiam yang selalu nempel dengannya. Gadis kecil dengan rambut bob itu punya mimpi tinggi, ingin menjadi penyair, sukses, lalu membelikan ibunya (Yum Hye Ran) kalung mutiara dan mengajaknya naik pesawat.
Advertisement
Baca Juga
Mimpinya tinggi sekali, jauh melampaui atap bilik rumahnya yang begitu sederhana. Di sisi lain, mimpi Ae Sun membawa sang ibu yang berprofesi sebagai penyelam wanita atau haenyeo, untuk menyelam lebih dalam. "Ae Sun, Ibulah yang miskin, bukan dirimu. Jangan gentar. Gapailah hidup dengan maksimal," begitu isi nasihat sang ibu.
Advertisement
Profesi haenyeo dari Pulau Jeju, menjadi bagian tak terpisahkan dari drakor ini. Perjuangan ibu Ae Sun untuk mencari pauhi menghidupi anaknya--sementara sang suami digambarkan sebagai benalu--digambarkan dengan apik dalam film ini.
Bagaimana napasnya terimpit di dalam air dan kesehatannya memburuk, menjadi refleksi pengorbanannya untuk perjuangan menghidupi keluarga.
Dalam konferensi pers drakor When Live Gives You Tangerines secara daring yang digelar Netflix baru-baru ini, diungkap pula beberapa alasan mengapa menjadikan Pulau Jeju setting drakor ini. Ternyata, jawabannya penuh makna mendalam.
Jeju dan Perjalanan Hidup Ibunda Ae Sun
Salah satu alasan memilih Pulau Jeju sebagai latar cerita, adalah sejarah yang ada di sana. Sutradara Kim Won Suk menjelaskan bahwa ibunda Ae Sun mengungsi dari kota untuk menetap di Jeju.
"Pada tahun 50-an dan 60-an, banyak orang yang mengungsi karena peperangan di kamping halamannya," kata Kim Won Suk. ia menambahkan, Jadi sang ibu adalah seorang yatim piatu dari peperangan. Ia adalah seseorang yang sudahh mengalami banyak kesulitan sejak usianya 18 atau 19 tahun," kata dia.
Di Pulau Jeju pula, ibunda Ae Sun belajar menyelam dan menjadi haenyeo, satu-satunya cara untuknya bertahan hidup.
Advertisement
Hidup Ae Sun dan Ibunya yang Bertolak Belakang
Bila ibunda Ae Sun melihat Jeju sebagai tempat berlindung, putrinya justru ingin kabur dari tempat ini, dalam usia yang sama, sekitar 18-19 tahun. Laut yang mengelilingi Jeju, bahkan "bertindak" tantangan yang mesti dihadapi Ae Sun dalam meraih mimpi yang ia cita-citakan.
"Jadi bisa dibilang, hubungan ibu-anak ini hampir terasa seperti bertolak belakang antara satu sama lain. Kurasa penulis ingin memperlihatkan kisah yang seperti ini. Dan menurutku ini adalah serial yang bisa disaksikan bersama sekeluarga," kata dia.
Dialek Jeju
Sutradara Kim Won Suk juga mengungkap satu fakta unik dalam drakor ini. Ia menceritakan bahwa banyak pengungsi yang masuk ke Jeju, ada beragam dialek berbeda yang bercampur baur di sana.
"Dan aku baru mengetahui bahwa dialek Jeju berasal dari percampuran itu. Kami dan penulis ingin ceritanya menjadi lebih universal, jadi dalam drakornya, para karakter bicara dengan dialek Jeju," tuturnya.
Advertisement
