Lola Amaria: Banyak Film Indonesia Layak Masuk Pasar Film Dunia

Namun menurut Lola, pemerintah Indonesia kurang membantu kemajuan film Tanah Air.

oleh Aditia Saputra diperbarui 13 Des 2015, 10:00 WIB
Diterbitkan 13 Des 2015, 10:00 WIB
Ketua KPK Puji Film Lola Amaria, Negeri Tanpa Telinga
Menurut Abraham, film yang dibuat Lola ini mengangkat fenomena sosial yang ada di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak film Indonesia yang layak masuk ke pasar film dunia. Hal ini disampaikan oleh Sineas Indonesia Lola Amaria di acara pemutaran dan diskusi filmnya, Negeri Tanpa Telinga (2014), di Technische Univertistät Berlin (Tba), Berlin Jerman, Sabtu (12/12) ini.

"Sinema Indonesia termasuk sinema tertua di Asia dan kita dari dulu punya sineas-sineas hebat. Dari mereka lahir banyak film hebat yang layak mendapat apresiasi pasar film dunia," kata Lola dalam diskusi yang bertitel Road to Indonesia on Screen 2017 untuk memperingati Hari Anti Korupsi yang digelar atas prakarsa PPI Jerman bekerjasama dengan PPI Berlin.

Menurut Abraham, film yang dibuat Lola ini mengangkat fenomena sosial yang ada di Indonesia.

Namun, Lola melanjutkan, banyak aspek yang akhirnya menyebabkan film Indonesia kalah bersaing dengan film negeri Asia lainnya. "Pemerintah belum berperan optimal untuk membantu film Indonesia masuk ke pasar dunia. Mengirimkan film ke festival dunia itu satu hal, hal lainnya diperlukan direct selling kepada negara-negara yang dituju," ujar perempuan yang sudah menghasilkan lebih dari lima film layar lebar ini.

Lola menilai wajar jika banyak sineas Indonesia yang berusaha sendiri untuk hadir di festival-festival dunia, roadshow ke berbagai negara dan melakukan direct selling.

Salah satu adegan dalam film Negeri Tanpa Telinga.

"Makanya saya sangat menghargai usaha teman-teman PPI di Jerman ini yang turut membantu mengenalkan terus film Indonesia. Kalau semua PPI di tiap negara melakukan hal yang sama, saya yakin film Indonesia akan cepat masuk pasar dunia," harapnya.

Negeri Tanpa Telinga bercerita tentang seorang penduduk biasa yang secara tidak langsung ikut membongkar mega korupsi yang dilakukan oleh mafia anggaran. Film yang dibintangi antara lain oleh Ray Sahetapy, Rifnu Wikana, Kelly Tandiono, Jenny Zhang, Lukman Sardi, Tanta Ginting, Gary Iskak, Eko Supriyanto, Landung Simatupang dan Rukman Rosadi ini mendapatkan nominasi FFI 2014. (Adt/fei)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya