Djaduk Ferianto Dimakamkan, Ribuan Pelayat Mengiringi

Ribuan pelayat mengiringi prosesi misa hingga pemakaman Djaduk Ferianto di Padepokan Bagong Kussudiardja Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta, pada Rabu (13/11/2019).

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Nov 2019, 09:30 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2019, 09:30 WIB
Suasana Rumah Duka Djaduk Ferianto di Bantul.
Seniman musik dan teater Indonesia asal Yogyakarta, Djaduk Ferianto, meninggal dunia Rabu, 13 November 2019 pukul 02.30 WIB. (Liputan6.com/Wisnu Wardhana)

Liputan6.com, Jakarta Ribuan pelayat mengiringi prosesi misa hingga pemakaman Djaduk Ferianto di Padepokan Bagong Kussudiardja Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta, pada Rabu (13/11/2019).

Misa rekuiem (misa untuk arwah orang yang meninggal) dipimpin Romo Gregorius Budi Subanar, SJ. Romo Banar yang juga akrab dengan Djaduk Ferianto punya banyak kenangan dengan sang seniman.

Di sela khotbah, Romo Banar mengaku sangat sulit menahan kesedihan karena kepergian Djaduk Ferianto.

"Tapi saya sudah janji sama Petra (istri Djaduk Ferianto -red.) untuk tidak sedih," ungkap Romo Banar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Djaduk Sangat Toleran

Suasana permakaman. (Foto: Wisnu Wardhana)
Suasana permakaman. (Foto: Wisnu Wardhana)

Romo Banar menceritakan pengalaman bersama Djaduk. Sehari-hari, Djaduk mengingat Tuhan sekaligus sangat toleran. Djaduk dikenal peduli pada sesama, namun tak melupakan kebahagiaan keluarganya.

"Telah banyak yang diberikan Mas Djaduk. Kalau biasanya Mas Djaduk membuat orang banyak datang berkumpul, kini orang datang berkumpul untuk Mas Djaduk," ujarnya.

 


Sederhana dan Peduli Pada Sesama

Istri Djaduk Ferianto tak kuasa menahan duka selama proses  pemakaman.
Istri Djaduk Ferianto tak kuasa menahan duka selama proses pemakaman. (Liputan6.com/Wisnu Wardhana)

Usai rekuiem, perwakilan keluarga besar, yakni mantan Kapolda DIY, Irjenpol (Purn) Hakka Astana, membagikan pengalaman dan masa kecil Djaduk Ferianto, termasuk saat ia lahir.

Saat Djaduk Ferianto lahir, keluarga Bagong Kussudiarjo masih dalam keadaan sederhana dan prihatin. Keadaan politik dan ekonomi Indonesia saat itu yang masih belum stabil.

"Djaduk Ferianto lahir dalam keadaan sederhana, menjalani hidup dengan sederhana dan selalu peduli pada sesama," ucap Hakka.


Kenangan Mantan Menteri Agama

Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saiffudin menyampaikan pidato. (Liputan6.com/Wisnu Wardhana)
Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saiffudin menyampaikan pidato. (Liputan6.com/Wisnu Wardhana)

Pidato pelepasan Djaduk disampaikan mantan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. Dalam kesempatan itu, Lukman menyebut toleransi adalah hal utama yang dipetiknya dari Djaduk.

"Dia bahkan tak mau melanjutkan lagu saat berkumandang azan, meski saat itu diminta meneruskan. Bagi Djaduk tak mungkin lagunya bersaing dengan lantunan azan meski dia non-Muslim," Lukman mengenang.


Permakaman Keluarga

Aktif sebagai anggota teater
Djaduk Ferianto (Sumber: Instagram/@djaduk)

Jenazah diberangkatkan ke permakaman keluarga di Sembungan Kasihan Bantul, yang berjarak sekitar satu kilometer dari Padepokan Bagong Kussudiarjo. Ratusan pelayat tetap mengikuti pemakaman.

Di antara ribuan pelayat, tampak hadir sejumlah artis di antaranya gitaris Gigi Dewa Budjana, penyanyi jaz Syaharani, dan penyanyi rap Marjuki Kill the DJ.

(Wisnu Wardhana)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya