Liputan6.com, Surabaya - Kota Surabaya, Jawa Timur memiliki banyak tempat dan bangunan bersejarah bekas peninggalan Belanda. Bangunan bekas kolonial Belanda tersebut pun menjadi bangunan cagar budaya. Diperkirakan ada ratusan bangunan cagar budaya di Surabaya.
Salah satunya Gedung PTPN XI. Kantor pusat PTPN XI ini merupakan peninggalan Belanda yang dahulu gedung Haandels Vereeniging Amsterdam (HVA) Comidites Straat atau disebut asosiasi pedagang Amsterdam. HVA didirikan saat era kolonial Belanda pada 1878.
Mengutip berbagai sumber, Senin (15/7/2019), HVA memiliki bisnis perkebunan terutama industri gula. Selain itu juga fasilitas kesehatan dengan adanya RS HVA Toelongredjo yang sebelumnya bernama Inlandsch Hospital Toelongredjo.
Advertisement
Baca Juga
Gedung peninggalan HVA ini merupakah salah satu gedung terbesar pada zaman Belanda. Bahkan melambangkan konglomerasi industri gula pada saat itu. Gedung PTPN XI ini dirancang oleh arsitek Hulswit, Fermont dan Ed.Cuypers. Gedung ini dibangun pada 1911 dan selesai dibangun pada 1921. Peresmian gedung dilakukan pada 18 April 1925.
Meski terlihat kuno, gedung berlantai dua ini ternyata anti gempa. Hal itu seperti disampaikan Ketua Love Suroboyo Shandy Setiawan. ”Gedung terbesar di zaman Belanda anti gempa. Konstruksinya kuat sebagian dari baja,” ujar Shandy saat dihubungi Liputan6.com.
Shandy menuturkan, gedung tersebut juga telah mengalami renovasi di bagian belakang. Menariknya, gedung ini juga memiliki bunker atau ruang bawah tanah. Menariknya di gedung ini juga terdapat relief menanam tebu, panen kopi, tebu yang merupakan bagian aktivitas perkebunan saat masa Belanda.
Update
Direktur Utama PTPN XI, Daniyanto menuturkan, gedung PTPN XI sebagai kawasan cagar budaya, perawatan gedung dilakukan oleh PTPN XI dengan mengacu kepada aturan pemerintah terutama Pemerintah Kota Surabaya terhadap kawasan cagar budaya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Jejak Arsitek Belanda Citroen di Balai Kota Surabaya
Sebelumnya, menikmati masa lalu kota Surabaya, Jawa Timur bisa lewat bangunan yang dibangun oleh kolonial Belanda. Sebagian bangunan itu masih bertahan hingga kini. Salah satunya Balai Kota Surabaya yang dahulu dikenal dengan Staadhuis te Surabaya.
Pembangunan Balai Kota Surabaya diwujudkan pada saat pimpinan Wali Kota Surabaya yang kedua G.J Dijkerman. Mengutip berbagai sumber, Balai Kota Surabaya dirancang oleh arsitek Belanda G.Cosman Citroen.
Hasil karya Citroen ini dikabarkan mendominasi bangunan di Surabaya, termasuk Balai Kota Surabaya. Sedangkan pelaksanaan pembangunan dikerjakan oleh H.V Hollandsche Beton Mij.
Citroen memakai gaya arsitektur modern yang melanda Eropa saat itu dalam karyanya. Hal ini ia tuangkan juga dalam pembangunan Balai Kota Surabaya. Bangunan tersebut merupakan hasil menggabungkan gaya arsitektur modern yang menyesuaikan dengan iklim Indonesia yang tropis.
Rancangan gedung Balai Kota ini dilakukan dua tahap. Rancangan tahap pertama pada 1915-1917. Tahap kedua sekitar 1920. Bangunan dua lantai itu pun digunakan resmi pada 1927. Ukuran gedung utama bangunan ini memiliki panjang 102 meter dan lebar 19 meter.
Bangunan dua lantai ini juga ternyata pernah dipakai sebagai kantor DPRD Tingkat II Surabaya. Di bagian belakang gedung utama terdapat bunker. Bunker ini dibuka secara umum sebagai tempat wisata heritage.
Nah, di seberang balai kota ini terdapat taman yang menjadi obyek wisata. Taman ini juga digunakan untuk menerima tamu dan upacara. Anda juga bisa sambil duduk di taman untuk melepas penat.
Advertisement