Khofifah Janji Bertemu Jokowi, Petani Garam Doa Bersama

Petani Garam Madura Membatalkan Rencana Demo di Suramadu

oleh Musthofa Aldo diperbarui 24 Jul 2019, 17:11 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2019, 17:11 WIB
demo petani garam
petani garam di Sampang membatalkan aksi demo di Suramadu, mereka menggantinya dengan doa bersama. (liputan6.com/MUsthofa Aldo)

Liputan6.com, Sampang Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa memberi contoh bagaimana semestinya menjadi pejabat. Saat petani garam di Madura sedang jengkel karena harga garam terjun bebas, Gubernur Jawa Timur itu turun ke Madura menemui mereka pada Senin, 23 Juli 2019.

Setelah mendengarkan langsung keluhan para petani dan mengecek sendiri ladang-ladang garam mereka. Mantan Menteri sosial itu minta waktu 10 hari untuk bertemu Presiden Joko Widodo dan menyampaikan aspirasi mereka.

Maka, rencana demo di pintu tol Suramadu yang telah lama dirancang petani garam Kabupaten Sampang, berubah menjadi acara doa bersama mendoakan Khofifah agar diberi kemudahan dan kelancaran saat negoisasi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Kami disuruh menunggu selama 10 hari oleh ibu Khofifah. sebetulnya hari ini kita siap berangkat menggelar aksi di Suramadu, karena itu kita doa bersama sebagai pengganti rasa kekecewaan," kata Ketua Asosiasi Petani Garam Sampang Moh Yanto, Rabu, 24 Juli 2019.

Sebelum doa bersama, mereka menggelar aneka spanduk di Pangarengan, Desa Centra Garam Terbesar di Sampang. Salah spanduk menyindir Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. "Bu Susi, Kenapa Kami dibina??? Kalau akhirnya Dibinasakan".

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Stop Impor dan Beli Garam Petani

demo petani garam
sejumlah petani di Kabupaten Sampang memajang spanduk berisi permintaan agar pemerintah menghentikan impor garam. (liputan6.com/MUsthofa Aldo)

Keinginan petani garam saat ini sederhana. Pemerintah menyetop impor garam dan pemerintah juga harus membeli puluhan ribu ton garam petani yang menumpuk di gudang karena tak laku dengan harga layak.

"Kenapa pemerintah yang harus beli? Karena garam kami tidak laku. Kenapa tidak laku? Karena ada garam impor. Yang membuat kebijakan impor adalah pemerintah," kata Yanto.

Salah satu alasan pemerintah memerlukan garam impor karena garam petani dianggap tidak layak untuk kebutuhan dunia industri karena mengandung busa.

Pada Januari lalu, ketika sejumlah deputi lintas kementerian bertandang ke Sampang untuk mengecek stok garam. Yanto dan kawan-kawan memanfaatkan momen itu untuk memrotes statement Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

Dihadapan para deputi, petani memasukkan garam ke air dalam ember. Setelah diaduk-aduk tak muncul busa sedikit pun.

Khofifah menilai garam lokal layak untuk industri karena kandungan NaCI (Natrium Klorida) mencapai 97 persen. Kandungan sebesar itu tidak hanya cocok untuk konsumsi tapi juga pengawet makanan yang dibutuhkan dunia industri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya