Liputan6.com, Jakarta - Surabaya, Jawa Timur salah satu wilayah yang terkenal dengan cuaca panasnya. Pada awal Oktober 2019, suhu di Surabaya mencapai 35 derajat celsius.
Prakirawan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Toni Setiawan menuturkan, suhu panas tersebut karena Surabaya masih masuk musim kemarau. Selain itu, kondisi posisi matahari juga berada di sebelah selatan sehingga lebih panas dari biasanya. Posisi ini terjadi hingga Desember 2019. Selain itu, pada Oktober 2019 juga merupakan puncak musim kemarau.
"Sejak September matahari bergerak ke arah selatan. Daerah selatan Pontianak, Jawa, Sulawesi bagian selatan dan Kalimantan bagian selatan," ujar Toni, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (11/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
Toni mengatakan, suhu di Surabaya maksimal 37 derajat celsius. Surabaya juga akan alami hari tanpa bayangan pada 12 Oktober 2019, pukul 11.15.46 WIB. Pada hari tanpa bayangan atau kulminasi itu, matahari tepat berada di atas kita. Hal ini juga membuat suhu di Surabaya akan lebih panas.
"Relatif panas 1-1,5 derajat celsius. Posisi matahari di atas kita, dan tidak ada bayangan," ujar dia.
Toni menuturkan, saat hadapi hari tanpa bayangan waspadai dehidrasi dan air tanah akan turun. “Oleh karena itu waktu tepat untuk penggalian sumur,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Surabaya Alami Hari Tanpa Bayangan pada 12 Oktober, Suhu Udara Bakal Meningkat
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memperkirakan suhu udara di Surabaya, Jawa Timur akan meningkat saat terjadi kulminasi atau hari tanpa bayangan pada 12 Oktober 2019.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto mengatakan, Surabaya akan alami hari tanpa bayangan atau kulminasi pada 12 Oktober 2019 pukul 11.15 WIB. Saat terjadi kulminasi tersebut, suhu udara akan meningkat 0,5-1 derajat celcius dari normalnya terutama di siang hari.
"Kalau suhu tertinggi yang pernah terjadi di Surabaya 36,8 derajat celcius. Kalau sekarang tiga hari terakhir di Surabaya maksimum 35 derajat celcius. Suhu udara di kisaran 35-36 derajat celcius," ujar Teguh saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Selasa, 8 Oktober 2019.
Teguh mengatakan, Surabaya masih alami musim kemarau dan belum masuk pancaroba. Ia pun mengingatkan ketika kulminasi terjadi dengan posisi matahari tepat berada di atas kepala merupakan posisi terdekat sehingga diwaspadai peningkatan suhu. Hal ini berpotensi menyebabkan dehidrasi.
Ia menambahkan, kulminasi merupakan fenomena biasa. Setiap tahun juga alami kulminasi atau hari tanpa bayangan. Kulminasi merupakan fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.
Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat. Fenomena itu disebut sebagai kulimasi utama.Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenith. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang" karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Oleh karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.
Advertisement