BMKG Juanda Prediksi Musim Hujan di Surabaya pada November

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda prediksi musim hujan di Surabaya terjadi pada November 2019.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Okt 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2019, 18:00 WIB
(Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)
Tugu Pahlawan Merah Putih di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda prediksi musim hujan di Surabaya terjadi pada November 2019.

Berdasarkan data BMKG Juanda Surabaya, potensi hujan terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Timur pada Sabtu, 26 Oktober 2019 antara lain di Madura dan Bojonegoro.

Prakirawan BMKG Juanda, Toni Setiawan menuturkan, potensi hujan terjadi setelah 20 Oktober 2019 di sejumlah daerah di Jawa Timur. Potensi hujan akan terjadi di Malang, kawasan Gunung Bromo dan Semeru, Lumajang daerah barat, Banyuwangi bagian tengah. Sedangkan kalau di Surabaya, Toni perkirakan pada November.

"Surabaya pada November di period III. Namun sedikit hujannya," ujar Toni, saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, 26 Oktober 2019.

Toni menuturkan, saat ini musim kemarau lebih panjang. Oleh karena itu, musim peralihan terjadi pada Oktober hingga November 2019.  Ia mengimbau warga tidak sembarangan membuang sampah sembarangan terutama puntung rokok.

Hal itu karena musim kemarau lebih panjang rawan kebakaran terutama di daerah kering.”Melihat sejumlah indikator dari 13 indikator, bulan depan musim peralihan di Jawa Timur,” Toni menambahkan.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Jawa Timur Bakal Alami Musim Hujan pada November 2019

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Hutan Pakal, Surabaya, Jawa Timur (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memperkirakan musim hujan di Jawa Timur (Jatim) terjadi pada November 2019.

Berdasarkan data BMKG Juanda, musim kemarau dan pancaroba masih terjadi pada Oktober 2019. Sebagian kecil wilayah Jawa Timur sudah memasuki awal musim hujan sekitar lima persen. Di sisi lain, sebagian besar wilayah Jawa Timur atau 95 persen diperkirakan masih kekeringan panjang hingga ekstrem atau tidak ada hujan selama 21-60 hari bahkan lebih.

Jawa Timur diprediksi alami musim hujan pada November 2019. Sebagian besar wilayah Jawa Timur sudah memasuki awal musim hujan sekitar 63 persen. Mengacu pada data tahun lalu, November juga termasuk bulan yang sering terjadi puting beliung mencapai 25 persen.

"Awal musim penghujan hampir merata di Jawa Timur pada November dasarian 1-3," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto, saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Jumat, 18 Oktober 2019.

Dasarian merupakan rentang waktu selama 10 hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi tiga dasarian antara lain dasarian I dari tanggal 1 hingga 10, dasarian II tanggal 11 hingga 20, dan dasarian III tanggal 21 hingga akhir bulan.

Diperkirakan daerah yang awalnya alami musim hujan di Jawa Timur antara lain di Lumajang, Banyuwangi, sekitar Malang, Pacitan dan Trenggalek.

Adapun selama musim penghujan ini diimbau ada puting beliung, hujan deras disertai kilat, hujan deras disertai angin kencang sesaat, dan tanah longsor.

 

Imbauan Musim Kemarau pada Oktober

(Foto: Instagram @Surabaya)
Pohon Tabebuya di Surabaya, Jawa Timur (Foto:Instagram @Surabaya)

Sedangkan selama Oktober ini, Teguh mengingatkan masih terjadi musim kemarau. Pihaknya mengimbau untuk memperbaharui info cuaca di instansi terkait termasuk BMKG, menjaga kondisi tubuh terkait berlangsungnya musim kemarau hingga Oktober, dan merupakan fase akhir kemarau.

"Ini karena perbedaan suhu yang masih sangat terasa di malam dan siang hari dapat ganggu kesehatan," ujar dia.

Selain itu, mewaspadai jalan berdebu dan gangguan potensi angin kencang di siang, sore dan malam hari pada saat berkendara terutama di jalur tol dan jembatan. Pada wilayah perairan diwaspadai peningkatan ketinggian gelombang.

"Karena masih kemarau wilayah-wilayah masih terasa kering waspadai potensi kebakaran hutan dan lahan terutama jika melakukan pembakaran sampah, pembukaan lahan dan tanpa pengawasan," tutur dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya