Potensi Kesepakatan Bisnis Fesyar di Surabaya Meningkat pada 2019

Di kegiatan Fesyar Indonesia 2019 di Surabaya dilaksanakan pula kegiatan business matching yang merupakan ajang pertemuan bisnis antara pelaku UMKM/pemilik project dengan calon investor.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 10 Nov 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2019, 15:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Indonesia 2019 selesai digelar pada 9 November 2019. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Potensi transaksi bisnis antara pelaku UMKM dan calon investor serta lembaga keuangan pada Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Indonesia 2019 tembus Rp 19,26 triliun. Angka ini melebihi pada 2018 sebesar Rp 7,01 triliun.

Di kegiatan Festival Ekonomi Syariah Indonesia 2019 dilaksanakan pula kegiatan business matching yang merupakan ajang pertemuan bisnis antara pelaku UMKM/pemilik project dengan calon investor atau lembaga keuangan bank maupun non bank yang potensial dengan pencapaian sebesar Rp 19,26 triliun. 

"Capaian tersebut tercatat meningkat dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 7,01 triliun," ujar Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Harmanta, ditulis Minggu (10/11/2019).

Ia menuturkan, capaian Fesyar Indonesia di Surabaya juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan Fesyar Regional Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal ini terlihat dari transaksi business matching masing-masing sebesar Rp 2,11 triliun dan Rp 2,6 triliun.

Hingga penutupan penyelenggaraan Fesyar Indonesia animo pengunjung meningkat signifikan. Ini tercermin dari jumlah pengunjung yang mencapai 31.935 orang, dengan jumlah transaksi booth sebesar Rp 100,86 miliar yang terdiri dari transaksi booth perbankan sebesar Rp 98,69 miliar dan booth non Perbankan sebesar Rp 2,17 miliar. 

Besarnya peran perbankan syariah dalam pencapaian transaksi booth dan business matching menunjukkan menguatnya peran perbankan syariah dalam mendukung bergeraknya roda perekonomian. 

"Persiapan penyelenggaraan Fesyar yang telah dimulai sejak tiga bulan sebelumnya, memungkinkan terjadinya komitmen bisnis yang bersifat jangka panjang," tutur dia. 

Pelaksanaan beberapa kegiatan di Festival Ekonomi Syariah kali ini pun diharapkan dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dalam mendorong perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, khususnya Jawa Timur. 

Selain itu, beberapa pihak pun telah berkomitmen untuk terus bersinergi dan berkolaborasi dalam terus mengawal pengembangan ekonomi syariah ke depan. 

"Dalam hal ini, target jangka pendeknya adalah meningkatkan kesiapan pelaku industri halal di Jawa Timur, khususnya dalam acara Halal Summit 2020 agar mampu diterima di pasar global," ujar dia. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Babak Baru

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Pembukaan acara Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) bertema sinergi membangun ekonomi syariah Indonesia di Indonesia pada Rabu malam, 6 November 2019. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Festival Ekonomi Syariah Indonesia merupakan rangkaian pembuka kegiatan Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF). ISEF yang menginjak kali ke-6 pada tahun ini tengah memasuki babak baru. 

Penyelenggaraan ISEF yang selama ini dihelat di Surabaya, kini dialihkan ke Jakarta guna meningkatkan level sektor ekonomi syariah nasional ke level global untuk mewujudkan Indonesia sebagai rujukan (Center of Excellence) ekonomi syariah dunia.

Sebagai bagian dari perjalanan menuju perhelatan ISEF 2019 tersebut, rangkaian kegiatan Festival Ekonomi Syariah Indonesia 2019 telah selesai digelar dengan tema Sinergi Membangun Ekonomi Syariah Indonesia. 

Rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan sejak tanggal 6 hingga penutupan pada malam hari ini, terdiri dari Sharia Fair yang diantaranya mencakup fair, edukasi, lomba dan bussiness matching, dan Sharia Forum yang mencakup workshop, seminar dan forum bisnis, serta Gerakan elektronifikasi Rumah Ibadah.

Harmanta menyampaikan, perlu dipahami bersama konsep ekonomi dan keuangan Syariah tidak hanya fokus pada perolehan keuntungan, tetapi juga ada semacam kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tercermin dari basis transaksi riil yang mengedepankan keadilan dan keseimbangan bagi semua pihak. 

"Selain itu, kami pun terus mendorong kemudahan-kemudahan bertransaksi melalui pemanfaatan teknologi di sistem pembayaran, seperti QR Code. Dalam hal ini, langkah nyata yang telah kami lakukan adalah melakukan sinergi dengan 16 Perbankan dalam rangka elektronifikasi 1.651 Rumah Ibadah," tutur Harmanta. 

"Harapannya perluasan pemanfaatan teknologi ini pun dapat mendorong transparansi dan optimalisasi sektor keuangan sosial seperti zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) sesuai dengan prinsip penggunaannya," kata dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya