Peringati Hari Pohon Sedunia, Yuk Mengenal Tabebuya dan Jakaranda

Hari Pohon Sedunia ini untuk mengingatkan manusia akan pentingnya pohon bagi kehidupan mahluk hidup lainnya, memerangi pemanasan global, dan mencegah bencana alam.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Nov 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2019, 08:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Pohon Tabebuya di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap 21 November diperingati sebagai Hari Pohon Sedunia.  21 November ditetapkan sebagai Hari Pohon Sedunia untuk menghormati jasa-jasa J.Sterling Morton, pecinta alam asal Amerika yang giat mengampanyekan gerakan menanam pohon.

Hari Pohon Sedunia ini untuk mengingatkan manusia akan pentingnya pohon bagi kehidupan mahluk hidup lainnya, memerangi pemanasan global, mencegah bencana alam, dan melindungi tempat hidup mahhluk hidup di dunia. Demikian mengutip berbagai sumber, Kamis (21/11/2019).

Pohon menjadi sumber kehidupan bagi manusia dan berperan sangat penting untuk alam. Oleh karena itu, tugas manusia untuk menjaga pohon.

Berbicara soal pohon, jelang akhir November, Surabaya berwarna karena mekarnya Bunga Tabebuya. Bunga Pohon Tabebuya biasanya mekar pada Oktober-November. Bunga Tabebuya diperkirakan mekar hanya seminggu.

Saat ini, Bunga Tabebuya yang mekar menghiasi jalan protokol di Surabaya. Pemkot Surabaya menanam Pohon Tabebuya di pinggir jalan sejak 10 tahun lalu. Hingga kini, sekitar 7.000 Pohon Tabebuya berdiri di sepanjang ruas jalan protokol.

Pohon Tabebuya ini memiliki nama latin Tabebuia Chrysotricha. Pohon Tabebuya merupakan tanaman asli hutan hujan Amazon, wilayah tropis Meksiko dan Benua Amerika Bagian Tengah dan Selatan. Pohon ini disebut tipe amarela di Brazil, Tajibo di Bolivia, dan Guayacan di Kolombia dan Ekuador.

Pohon Tabebuya ini menjadi pohon pelindung sehingga membuat udara lebih bersih yang juga dapat menjadi pupuk dan sekaligus menjadi tanaman hias. Daun yang tidak mudah rontok, ramah lingkungan dan terlihat indah karena lebat ketika berbunga juga menjadi kelebihan dari pohon ini.

Selain Pohon Tabebuya, Pemkot Surabaya juga menanam Pohon Jakaranda. Pohon ini berbeda dengan Tabebuya.  Daun Pohon Jakaranda lebih lebar dan rindang serta berwarna ungu. 

Pohon Jacaranda merupakan tanaman sub-tropis Amerika Selatan. Pohon ini biasanya berbunga setiap Agustus-Desember. Tanaman ini bisa tumbuh hingga ketinggian 5-15 meter. Kulit yang tipis dan abu-abu kecoklatan halus ketika pohon masih muda meski akhirnya menjadi halus bersisik. Rantingnya ramping dan sedikit zigzag. Panjang bunganya sekitar 5 cm. Pohon ini juga cocok untuk daerah tropis dan diharapkan dapat mengurangi polusi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Surabaya Makin Berwarna Berkat Bunga Tabebuya

(Foto: Instagram @Surabaya)
Pohon Tabebuya di Surabaya, Jawa Timur (Foto:Instagram @Surabaya)

Sebelumnya, sepanjang November panorama Surabaya terlihat begitu cantik. Suasana kota semakin indah, seiring mulai bermekarannya Bunga Tabebuya yang berada di sepanjang ruas jalan protokol. Ada tiga warna Bunga Tabebuya yang ditanam di pinggir jalan, yakni berwarna putih, kuning dan pink.

Kepala Bidang Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Penerangan Jalan Umum (PJU) Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya, Hendri Setianto mengatakan, biasanya Bunga Tabebuya bermekaran sejak Oktober. Namun, 2019, Bunga Tabebuya baru nampak pada November.

"Tahun ini agak  mundur, karena cuaca yang kurang bersahabat. Kemarin Oktober sudah mekar semua,” kata Hendri, Senin, 18 November 2019.

Hendri mengungkapkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menanam Pohon Tabebuya di pinggir-pinggir jalan sejak 10 tahun lalu. Tiap tahun jumlahnya diperbanyak, dan hingga kini sedikitnya 7.000 tanaman Tabebuya berdiri di sepanjang ruas jalan protokol.

Dia menuturkan, alasan Pemkot Surabaya memilih tanaman Tabebuya di tanam di pinggir jalan, karena dari segi kualitas bunganya menarik, dan pohonnya cepat tumbuh besar. Di sisi lain, tanaman tersebut tetap tumbuh dengan baik terhadap iklim apapun.

"Untuk perawatan, tidak ada kesulitan. Empat bulan sekali kita kasih pupuk,” ujarnya.

Untuk kegiatan perawatan, Hendri mengaku hanya menyiram dan memberikan pupuk secara reguler. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang dihasilkan dari proses pengomposan sampah.

"Dari  kegiatan perantingan pohon, kita manfaatkan untuk kompos. Untuk tanaman-tanaman yang ada di taman, kita sudah kurangi penggunaan pupuk kimia, beralih ke organik,” terang Hendri.

Ia menyebut, pada 2020, Pemkot Surabaya menambah sekitar 500 Pohon Tabebuya. Tanaman Tabebuya yang ditanam, berdiameter 8-10 centimeter dengan ketinggian 3 meter. Pohon yang ditanam rata-rata sudah berusia 4 tahun ke atas.

"Begitu kita tanam, setahun sudah berbunga," tutur dia.

Ratusan Tanaman Tabebuya yang dialokasikan di APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) 2020, penanamannya akan difokuskan di wilayah Surabaya Barat. Di antaranya, Mayjend Sungkono, HR Muhammad dan Wiyung.

"Rata-rata tanaman yang kita tanam Tabebuya yang berwarna pink, karena bunganya menarik dari warna lainnya,” kata Hendri.

 

Menarik Perhatian Masyarakat

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Pohon Tabebuya di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Keindahan Pohon Tabebuya menarik perhatian masyarakat. Beberapa orang tak melewatkan begitu saja panorama tersebut dengan mengabadikan mekarnya Bunga Tabebuya. Di Jembatan Penyeberangan Orang, Wonokromo, nampak dua orang tengah berswafoto dengan latar belakang Pohon Tabebuya. Maria Dolorosa, asal Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku senang Bunga Tabebuya bermekaran.

"Bunganya sangat bagus dan cantik, seperti Bunga Sakura. Saya suka pemandangannya. Di sini (Surabaya) beda dengan kota-kota lainnya," ujarnya.

Pendapat senada juga disampaikan, Ligata, Perempuan 21 tahun asal Banyuwangi. Dia menuturkan, kalau Bunga Tabebuya tak setiap saat terlihat. Bunga ini setahun hanya terlihat sekali mekarnya.

"Karena hanya setahun sekali, makanya begitu ada kesempatan, saya ingin melihat bunganya dari dekat. Foto-foto bunga yang saya abadikan ini nanti saya share ke medsos, seperti instagram,” kata Mahasiswa Komunikasi Unair.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya