Liputan6.com, Jakarta - Southeast Asia Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Center for Food and Nutrition (RECFON) menegaskan perlunya pembaruan strategi kampanye dan edukasi mengenai stunting.
Hal ini dikarenakan literasi masyarakat dan organisasi perangkat daerah (OPD) mengenai stunting belum komprehensif dan mencakup faktor penyebab stunting sampai ke akar masalahnya. Termasuk dalam hal ini, permasalahan konsumsi tembakau keluarga yang memengaruhi angka kejadian stunting di Indonesia.
“Berbagai penelitian membuktikan bahwa, keluarga dengan konsumsi rokok mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk anaknya mengalami stunting dan masalah gizi lainnya”, ujar Direktur SEAMEO RECFON Muchtaruddin Mansyur, Kamis (27/1/2022).
Advertisement
Menurutnya, pengendalian prevalensi kebiasaan merokok ini sangat penting melalui pendekatan kebijakan yang perlu menjadi perhatian semua pihak.
Perhatian dari para pemangku kebijakan terhadap stunting dan pengendalian tembakau ini juga menjadi sorotan studi SEAMEO RECFON.
Stunting dan Tembakau
Peneliti senior SEAMEO Grace Wangge menambahkan, pengetahuan para pemangku kebijakan di daerah mengenai hubungan stunting dan pengendalian tembakau, masih berbanding lurus dengan pengetahuan masyarakat pada umumnya.
Sementara, pengetahuan masyarakat sangat dipengaruhi arus informasi yang digelontorkan pemerintah lewat Kominfo.
"Rendahnya literasi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) mengenai stunting dan tembakau, dapat terjadi karena narasi kampanye nasional kesehatan dengan fokus pada penurunan stunting yang dikomandani Kementerian Kominfo sejak 2018 lebih menyasar lebih pada kaum muda, yaitu kaum milenial dan generasi Z, terutama para ibu dan remaja putri," ujarnya.
Padahal, peningkatan pengetahuan anggota keluarga yang lain, terutama bapak dan remaja putra juga dibutuhkan, terutama jika melihatkaitan erat Stunting dan pola konsumsi tembakau dalam keluarga.
Advertisement