Karena Lahan, Foxconn Batal Bangun Pabrik di Indonesia

Foxconn batal membangun pabrik di Indonesia karena pemerintah menolak permintaan Foxconn untuk mendapat lahan gratis.

oleh Corry Anestia diperbarui 01 Sep 2015, 16:25 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2015, 16:25 WIB
Karena Lahan, Foxconn Batal Bangun Pabrik di Indonesia
Foxconn batal membangun pabrik di Indonesia karena pemerintah Indonesia menolak permintaan Foxconn untuk mendapat lahan secara gratis

Liputan6.com, Jakarta - Manufaktur raksasa asal Taiwan batal membangun pabrik ponsel di Indonesia karena alasan permintaan lahan yang tidak bisa dipenuhi oleh pemerintah Indonesia. Padahal, Foxconn sudah berjanji akan menginvestasikan US$ 1 miliar untuk membangun pabrik.

"Foxconn batal bangun pabrik karena persoalan lahan. Ini memunculkan keraguan dari pihak Foxconn untuk melanjutkan rencananya tersebut," ujar Suryo Bambang Sulistio, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) seperti dilaporkan Reuters, Selasa (1/9/2015).

Foxconn, manufaktur yang berbasis di Hon Hai Precision Indsutry Co Ltd, sebelumnya mengungkapkan rencana untuk memulai pembangunan pabrik ponselnya pada Oktober 2014.

Menurut sumber, Foxconn meminta lahan secara gratis, namun ditolak pemerintah. Padahal, jika terealisasi, Foxconn tadinya akan membangun pabrik untuk memproduksi smartphone, tablet, dan televisi, serta menjadikannya sebagai basis pabrik untuk ekspor ke seluruh kawasan di Asia Tenggara.

Selain itu, kehadiran Foxconn akan berperngaruh terhadap aturan baru di Indonesia yang mewajibkan smartphone dan tablet yang masuk ke Indonesia agar memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40 persen.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian, Saleh Husin, telah menyebutkan bahwa permintaan lahan tidak bisa dipenuhi pemerintah Indonesia. Menurut dia, Foxcon meminta kepada pemerintah untuk menyediakan lahan secara gratis minimal 100 hektare (ha).

Permintaan tersebut secara tegas langsung ditolak mentah-mentah oleh pemerintah, apalagi Foxconn meminta lahan tersebut di Pulau Jawa. "Jadi ya tidak mungkin, jumlah itu terlalu besar. Kalau di Sulawesi, Kalimantan atau Papua, itu mungkin, tapi kalau di Jawa ya tidak mungkin lah," tegas dia.

(cas/dew)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya