Liputan6.com, Jakarta - GoPro telah memberhetikan 7 persen dari total karyawannya, dan mengatakan kepada investor bahwa penjualan kamera aksi mereka tengah merosot. Informasi ini mencuat beberapa minggu sebelum GoPro berencana mengumumkan pendapatan kuartal keempat 2015.
Langkah ini, menurut GoPro, terpaksa ditempuh seiring pergerakan menuju kategori produk baru yang akan menjadi tujuan pengembangan perusahaan yaitu produk virtual reality dan quadcopter, yang rencananya akan dirilis pada akhir tahun ini
Perusahaan yang go public pada 2014 ini juga terlihat kurang percaya diri, di mana GoPro menurunkan prediksi pendapatan untuk kuartal keempat, yang sebelumnya sekitar US$ 500 - US$ 550 juta menjadi US$ 435 juta.
Baca Juga
Mengutip laman The Verge, Jumat (15/1/2016), GoPro memperoleh pendapatan lebih rendah dari yang ditargetkan pada kuartal akhir 2015. Mereka hanya memperoleh sekitar 70 persen dari pendapatan perusahaan di kuartal keempat 2014, yaitu sebesar US$ 633,9 juta.
Padahal, analis memproyeksikan pendapatan GoPro di kuartal keempat 2015 akan mendekati angka US$ 690 juta. Di sisi lain, ada sejumlah alasan mengapa pendapat GoPro merosot tajam.
Ada spekulasi yang menyebutkan, mungkin GoPro belum merilis produk andalan sejak Oktober 2014. Kamera andalan terakhir yang dirilis pada saat itu adalah dua kamera aksi Hero 4 Black dan Hero 4 Silver.
Kedua kamera itu memang terbilang cukup laris di pasaran pada momen liburan 2014, terjual 2,4 juta unit. Kemudian pada 2015, GoPro meluncurkan kamera aksi mungil dengan banderol yang dinilai masih terlalu mahal, Hero 4 Session.
(Isk/Cas)
Ā
Advertisement
Ā