Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa pekan terakhir, Apple tengah menjadi sorotan publik setelah perusahaan tersebut menolak permintaan FBI untuk membuka akses backdoor iPhone milik pelaku penembakan SanBernardino.
Apple beralasan pembukaan sistem yang dilakukan dapat mengancam keamanan dari pengguna perangkat besutannya. Keputusan Apple tersebut yang kemudian mengundang polemik publik Amerika Serikat.
Di satu sisi, Apple berusaha meyakinkan bahwa pembukaan keamanan tersebut dapat berakibat fatal, sedangkan, di sisi lain permintaan FBI ini merupakan bagian dari penyelidikan kasus hukum.
Tak hanya itu, penolakan Apple tersebut lantas membuat pihak Gedung Putih pun turun tangan. Melalui Departemen Kehakiman, pihak gedung putih menjelaskan bahwa pihaknya hanya meminta bantuan Apple untuk membuka satu perangkat saja dan bukannya memberikan akses backdoor untuk iPhone 5c yang digunakan pelaku.
Baca Juga
Kendati demikian, keputusan Apple tersebut juga mendapat dukungan dari beberapa petinggi perusahaan teknologi lain. Salah satunya adalah CEO Google Sundar Pichai yang menuturkan bahwa pemaksaaan terhadap pembukaan sebuah informasi dapat mengancam privasi pengguna.
Tak hanya Pichai, pendiri Twitter Jack Dorsey dan CEO Facebook Mark Zuckerberg juga mengatakan hal serupa. Kedua petinggi tersebut mendukung pilihan Cook untuk tidak memberikan akses backdoor pada FBI. Bahkan, Dorsey dengan tegas menuturkan sangat berterima kasih dengan kepemimpinan Cook.
Di sisi lain, kandidat presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan boikot terhadap produk-produk Apple. Dalam sebuah kampanye, Trump menuturkan bahwa iPhone itu tak lagi milik pelaku penembakan, melainkan pemerintah.
Trump beralasan iPhone yang digunakan oleh pelaku yang juga petugas medis, merupakan pemberian dari tempat kerja pelaku, dan bukannya ponsel pribadi.
Selanjutnya
Sementara pendiri Microsoft Bill Gates memilih untuk netral. Menurutnya, dalam kasus ini dibutuhkan diskusi lebih lanjut mengenai masalah tersebut. Untuk itu, kelanjutan kasus ini masih harus menunggu keputusan dari pengadilan dan Kongres.
Kabar terbaru bahkan menyebutkan bahwa Apple memilih untuk memperkuat fitur keamanan di perangkatnya. Perusahaan asal Cupertino itu memiliki rencana untuk membuat iPhone yang tidak dapat diretas, termasuk oleh pihak Apple sendiri.
Sampai saat ini kisruh tentang akses backdoor ke perangkat iPhone antara Apple dan FBI memang belum menemui titik terang. Namun, kabar terbaru menyebutkan bahwa Apple melalui Penasehat Umum Bruce Sewell telah membuat pernyataan terbuka di depan Komite Kehakiman.
Dalam pernyatan tersebut, Sewell menuturkan Apple membuka diri pada diskusi yang sehat terkait kasus ini. Selain itu, Apple juga berusaha untuk melindungi pengguna perangkat dari pencuri dan teroris, dengan menawarkan perlindung terbaik untuk data mereka.
Sebagai informasi, kisruh antara Apple dan FBI sendiri dimulai pada awal bulan ini. Setelah kasus penembakan yang terjadi di San Bernardino pada Desember lalu dan menewaskan 14 orang, penyelidikan FBI mengarah pada perangkat iPhone yang digunakan oleh pelaku.
Oleh sebab itu, FBI kemudian meminta bantuan Apple untuk membantu pembukaan akses terhadap ponsel tersebut. Permintaan tersebut juga didukung dengan perintah pengadilan California untuk memberikan akses pada perangkat tersebut. Namun, Apple dengan tegas menolak permintaan tersebut.
(Dam/Cas)
Advertisement