Liputan6.com, Jakarta - Permainan otak yang disebut Go sejatinya adalah catur klasik dari China. Sejak 2500 tahun lalu hingga sekarang, Go berkembang hingga tingkat tertinggi dengan diperkenalkannya sebuah kecerdasan buatan milik Google yang mampu memainkan permainan kuno ini.
Setelah beberapa waktu lalu juara dunia Go bernama Lee Sedol dibuat bertekuk lutut oleh Google's DeepMind, Sedol yang sudah kalah tiga kali kalah berturut-turut bangkit dan berhasil mengalahkan sang program kecerdasan buatan ini.
Baca Juga
Seperti yang dilansir dari laman, Endgadget, Selasa (15/3/2016), program kecerdasan buatan yang bernama AlphaGo ini akhirnya tunduk pada babak ke empat dari lima rangkaian babak yang dipertandingkan.
Menanggapi kekalahan tersebut, Demis Hassabis selaku penemu DeepMind menyebutkan kalau keterlambatan reaksi yang berakibat panjang, dia melakukan kesalahan yang tidak disadari sehingga menyebabkan gerakannya dapat diantisipasi oleh Lee.
Meskipun demikian, hasil tersebut tidak merubah nominal hadiah dari tantangan yang akan Google donasikan yaitu sebesar Rp. 13 miliar.
Kekalahan AlphaGo tidak lantas membuat umat manusia boleh bersantai. Hassabis menambahkan bahwa kekalahan AlphaGo (yang sampai saat ini hanya kalah dari pemain pro) akan membantu Google untuk mengatasi kelemahan pada program kecerdasan buatan tersebut.
Ada kemungkinan nanti program serupa akan muncul dan tidak bisa dikalahkan ketika berhadapan dengan manusia. Hal tersebut bisa jadi sangat membantu manusia yang nanti nya akan mengandalkan keputusan berdasarkan logika rumit dibandingkan dengan perhitungan mentah.
Advertisement
(Tia/Ysl)
Advertisement