Liputan6.com, Jakarta - Alih-alih menggunakan radio atau gelombang mikro untuk mengirimkan data secara nirkabel, Facebook telah membangun detektor laser yang mampu menghantarkan koneksi berkecepatan tinggi hingga 2.1Gbps.
Connectivity Lab di internet.org--inisiatif Facebook yang bertujuan untuk membuat akses internet tersedia bagi mereka yang belum terhubung ke internet--berkeyakinan bahwa bersama dengan teknologi drone miliknya, pendekatan laser dapat membantu menghubungkan empat miliar orang lainnya di berbagai belahan dunia, utamanya mereka yang tinggal di daerah terpencil dan pedesaan.
Para peneliti di Connectivity Lab menjelaskan teknik bernama free-space optical (FSO) communication tersebut dalam sebuah makalah. Teknik tersebut diklaim mampu mengatasi kendala radio dan spektrum gelombang mikro dengan cara memperluas spektrum yang tersedia.
Berbekal kolektor cahaya berbentuk lampu pijar, yang dipadukan dengan orthogonal frequency division multiplexing, mereka mengklaim mampu mengirimkan data berkecepatan 2Gbps hanya dengan memanfaatkan bandwith 100 MHz.
Baca Juga
Detektor tersebut tidak mengatasi hambatan-hambatan yang ada di atmosfer, melainkan tantangan yang berkaitan dengan pengarahan sinar laser kecil secara presisi pada detektor kecil dari jarak jauh. Hal ini dapat dicapai dengan sistem mekanis atau meningkatkan ukuran detektor.
Facebook Gunakan Laser untuk Hantarkan Kecepatan 2.1 Gbps
Sebagai gantinya, tim Facebook meminjam sebuah teknik yang digunakan untuk meraup cahaya matahari dan menerapkannya untuk transmisi data, yang kemudian menghasilkan sebuah kolektor cahaya omnidirectional terbuat dari serat optik plastik. Kolektor yang memiliki permukaan 126 sentimeter persegi tersebut kemudian memfokuskan sinar ke sensor cahaya yang lebih kecil.
Kolektor itu selanjutnya menyerap cahaya biru dan memancarkan cahaya hijau. Facebook mencatat kecepatan cepat itu dimungkinkan dalam jeda waktu kurang dari dua nanodetik antara penyerapan dan pemancaran cahaya.
"Kami mendemonstrasikan penggunaan serat optik neon yang menyerap satu warna cahaya dan memancarkan warna lain," ujar Tobias Tiecke, pemimpin proyek penelitian.
Pendekatan ini, kata Tobias, telah digunakan dalam konsentrator luminescent untuk meraup cahaya matahari, di mana kecepatan konversi warna tidak menjadi masalah. Tobias menuturkan, konsep yang sama dapat digunakan untuk teknologi komunikasi demi menghindari masalah yang biasanya ditemukan saat mencapai kecepatan sangat tinggi.
Menurut Tiecke, Facebook tengah menggarap purwarupa untuk mengujinya di alam liar serta menyelidiki kelayakannya secara komersial.
(Why/Isk)
Advertisement