Mobil Listrik Dorong Pemanfaatan Fuel Cell

Menurut Eniya Listiani Dewi, fuel cell merupakan pondasi baru untuk energi ramah lingkungan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 22 Agu 2017, 14:30 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2017, 14:30 WIB
Dr. Eng Eniya Listiani Dewi
Dr. Eng Eniya Listiani Dewi (liputan6.com/Agustinus M.Damar)

Liputan6.com, Jakarta - Dr. Eng Eniya Listiani Dewi merupakan salah satu ilmuwan wanita Indonesia yang dikenal dengan penelitiannya terkait rekayasa teknologi sel bahan bakar (fuel cell). Penelitian itu menarik perhatian karena merupakan sumber energi baru ramah lingkungan.

Atas penelitannya tersebut. Eniya pun masuk dalam daftar 72 ikon prestasi Indonesia dalam Festival Prestasi Indonesia. Festival itu merupakan ajang yang digelar oleh Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-Pancasila).

Saat ditemui di Jakarta, Senin (21/8/2017) kemarin, wanita lulusan Universitas Waseda, Jepang itu menyebut saat ini merupakan momentum tepat untuk mulai menerapkan fuel cell. Alasannya, saat ini sudah mulai banyak wacana terkait penggunaan mobil listrik.

"Dengan isu mobil listrik, saat ini sebenarnya momentum tepat untuk menerapkan teknologi fuel cell. Teknologi ini juga menghasilkan limbah air, sehingga bersih dan juga tidak bising," ujarnya menjelaskan.

Bahkan, ia menyebut teknologi ini merupakan pondasi energi baru yang dapat mempengaruhi ekonomi. Sebab, selama ini minyak masih menjadi poros, tapi ke depannya, dibutuhkan energi yang memiliki kapasitas cukup dan stabil.

Sebagai informasi, prinsip fuel cell sebenarnya mirip dengan baterai Jadi, mengubah gas atau metanol menjadi listrik. Namun pengembangan yang dilakukan Eniya membuat kerapatan penyimpanan energinya lebih besar.

"Hanya karena Indoensia belum masuk ke tahap mobil listrik, saya beralih ke nitrogen. Pada dasarnya, prinsipnya sama, tapi bedanya fuel cell ditampung menjadi baterai, untuk proses ini ditampung menjadi hidrogen," tuturnya.

Lantas, bagaimana dengan pemanfaatan mobil listrik di Indonesia? Menurut wanita penerima Habibie Award 2010 ini, sebelum masuk ke tahap mobil listrik, Indonesia masih harus menyiapkan sejumlah infrastruktur.

Salah satunya adalah stasiun pengisian baterai. Faktor lain yang penting adalah ketersediaan teknologi pengisian fast charging. Hal ini penting untuk menawarkan pengalaman yang lebih baik.

"Selama untuk mobil listrik belum ditemukan teknologi fast charging dan berukuran kompak, mungkin masih butuh waktu. Sebab, mobil listrik saat ini masih memakai Ni-MH dan lithium yang dikenal berat," ujar wanita yang akrab dipanggil Eni ini.

Meski belum diterapkan untuk mobil listrik, teknologi fuel cell sebenarnya sudah digunakan untuk pengisian daya base transceiver station (BTS) operator seluler di Indonesia. Ia bahkan menyebut sudah ada seribu titik BTS yang memakai teknologi itu.

"Indonesia masuk ke dalam pengguna yang terbanyak di dunia. Terlebih, memang ada kebutuhan untuk memakainya," ucapnya. Sebelumnya, BTS itu menggunakan diesel, tapi dianggap kurang efisien karena kerap dicuri. 

(Dam)

Tonton Video Menarik Berikut Ini : 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya