Liputan6.com, Jakarta - Peran wanita, khususnya seorang ibu, terhadap perkembangan anak-anaknya tak dimungkiri termasuk sangat penting. Terlebih, pada era digital saat ini yang memungkinkan anak-anak mengakses beragam informasi di internet, membuat peran ibu kian vital.
Melihat tren tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bekerja sama dengan Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (LPER), Komunitas Kebaya, Kopi, Buku (KKB), Gerakan Kopi Persahabatan, Komunitas Tata Kelola Internet (ID-IGF), dan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi menyelenggarakan seminar publik bertajuk "Ibu Cerdas di Era Digital".
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang membuka seminar itu menuturkan, wanita harus mempunyai peran lebih banyak pada masa yang akan datang dalam konteks atau konten digital. Karenanya, seorang ibu harus memiliki kemampuan penggunaan teknologi yang lebih maju dari anak-anaknya.
Advertisement
Baca Juga
"Sebab, teknologi tidak bisa disetop. Tapi ini harus kita manfaatkan dengan positif. Untuk itu, ibu harus mengerti cara memakai sebuah teknologi, terlebih sebelum mengajarkan atau berinteraksi dengan anak. Jadi, ibu tak ketinggalan dan dapat menghindarkan anak dari konten negatif," ujarnya di Kantor Kemkominfo di Jakarta, Sabtu (16/12/2017).
Adapun pembicara yang berpartisipasi dalam diskusi ini adalah Marcella Zalianty, Shafiq Pontoh, Tantri Relatami, dan Nenden Esty Nurhayati. Penggagas Komunitas Kebaya, Kopi, Buku, Kristin Samah, diadakan untuk menjembatani para orang tua dengan anaknya yang dikenal sebagai generasi tanggap teknologi (digital native).
"Latar belakang diskusi ini dibuat karena sekarang konten negatif dan tak akurat banyak di internet, tapi tak dibarengi dengan kecakapan orangtua di bidang digital. Padahal, generasi saat ini dikenal sebagai digital native. Karena tak mungkin menghindari kemajuan digital, jadi kesenjangan itu yang harus dipertemukan," ujarnya.
Lebih lanjut, Kristin menuturkan berencana menggelar program serupa di beberapa kota mulai tahun depan. Ia beralasan, saat ini perkotaan memang merupakan wilayah yang mengalami kesenjangan semacam ini, tapi lambat laun seluruh wilayah Indonesia akan merasakan internet sehingga masalah serupa dapat saja terjadi.
"Nah, kita mempersiapkan masyarakat menghadapi digitalisasi ini. Jadi, diskusi serupa akan diselenggarakan di beberapa daerah tahun depan. Sebab, kita yakin dari ibu yang cerdas dan menguasai teknologi akan melahirkan generasi yang cerdas pula," tuturnya mengakhiri pembicaraan.
Â
Tips bagi Orangtua dalam Menghadapi Era Digital
Salah seorang pembicara, Shafiq Pontoh, pun sempat berbagi tips bagi para orangtua untuk menghadapi era digital saat ini. Menurutnya, orangtua harus mengetahui ketertarikan anaknya saat sedang mengakses media sosial internet atau internet.
"Jadi, orangtua harus mengenal ketertarikan anaknya dan membantu mengarahkannya untuk mengakses konten-konten tersebut. Semisal, kelihatan anak itu suka sepak bola, orangtua harus menyesuaikan konten yang dikonsumsi dengan minat tersebut," ujarnya.
Ia juga mengaku telah menyiapkan satu akun khusus yang memang digunakan oleh keluarga. Dengan demikian, ia dapat memantau konten yang ditonton oleh anak-anaknya. Jika ternyata ada konten yang tak sesuai, orangtua dapat berkomunikasi dengan anak membahas itu.
"Jadi, kita harus tahu alasannya ketika membuka konten semacam itu. Dari situ kita bisa tahu, dan kemudian dapat kita blokir," tuturnya menjelaskan. Ia juga meminta para orang tak perlu panik saat seorang anak mengakses sebuah konten yang mungkin tak patut disaksikan di internet.
Pria yang juga CSO dari salah satu perusahaan analis data ini mengatakan, komunikasi merupakan bagian penting saat melakukan kegiatan digital dengan anak. Melalui cara ini, orangtua dapat mengetahui alasan anak mengakses sebuah konten sekaligus memberikan umpan balik.
Selain dapat belajar mengenai akses internet atau perangkat pintar, para orangtua bisa bertukar pengalaman. Dari situ, orangtua dapat memperoleh pengetahuan dan informasi dengan lebih cepat.
"Sebenarnya, anak-anak yang dirasa lebih pintar saat menavigasikan perangkat pintar itu mitos. Mereka sebenarnya juga tak mengerti, tapi rasa penasaran mereka lebih tinggi, sedangkan orangtua mungkin sudah banyak pikiran sehingga tak tertarik mencoba hal semacam itu," tuturnya mengakhiri pembicaraan.
(Dam/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Advertisement