Aplikasi LGBT Gonta-ganti DNS, Menkominfo: Kami Blokir Terus!

Aplikasi kencan kaum LGBT Blued sering bergonta-ganti DNS sehingga masih bisa diakses.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 18 Jan 2018, 13:12 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2018, 13:12 WIB
Menkominfo Rudiantara
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara ditemui di acara silaturahmi Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (APNATEL) di Jakarta, Kamis (18/1/2018). (Liputan6.com/Agustin Setyo W)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pihaknya telah berulang kali memblokir aplikasi kencan khusus kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) Blued. Kendati begitu, aplikasi asal Tiongkok tersebut masih bisa diakses oleh penggunanya.

"Blued dari 2016 sudah diblokir, tetapi aplikasi ini pindah DNS. Tahun 2017 diblokir lagi, pindah DNS lagi, sekarang pindah lagi DNS-nya, tetapi kita sudah minta blokir lagi (kepada Google)," kata Rudiantara ditemui di Kantor Kemkominfo, Kamis (18/1/2018).

Rudiantara mengatakan, total Blued telah lebih dari enam kali berpindah DNS sehingga masih bisa diakses. Kendati demikian, pihak Kemkominfo tidak pernah berhenti membersihkan internet dari konten-konten berbau LGBT dan negatif.

"Blued pindah-pindah DNS terus, sudah lebih dari enam kali (pindah DNS). Kami enggak pernah berhenti membersihkan itu," tuturnya.

Kemkominfo, kata Rudiantara tidak bisa memblokir aplikasi yang ada di Google Play Store tetapi harus meminta kepada penyedia platform, yakni Google.

"Ini kan ada dua, situs dan aplikasi, yang aplikasi memang kami harus kerja sama dengan platform (Google) kita terus memantau, kalau masih muncul ya blokir lagi. Kalau yang situs kan kejaring sama AIS (mesin sensor konten negatif Kemkominfo), ada berapa puluh situs berkaitan dengan LGBT yang tersaring oleh mesin sensor," kata Rudiantara menjelaskan.

Kemkominfo menemukan setidaknya 70 aplikasi di Google Play Store yang mengandung konten LGBT dan pihaknya meminta kepada Google agar tidak bisa lagi diakses.

"Dari Senin lalu kami sudah minta blokir, ada 70 aplikasi. Kami tidak pernah berhenti membersihkan itu," ucap Rudiantara.

Kaum Gay Gunakan Aplikasi Blued untuk Kencan

Aksi Tandingan Warnai Parade Kaum Penyuka Sesama Jenis di Korea Selatan
Seorang warga membentangkan poster anti-gay saat acara parade 'Gay Pride' di Seoul, Korea Selatan (15/7). Selain mereka yang merayakan parade LGBT, ada juga kelompok anti-gay yang menggelar aksi tandingan. (AP Photo / Ahn Young-joon)

Aplikasi kencan maupun jejaring khusus LGBT kembali menjadi perhatian. Hal ini karena baru-baru ini Kepolisian Resor Cianjur, Jawa Barat, menangkap lima orang yang diduga melakukan pesta seks sesama jenis di sebuah vila kawasan Cipanas, Puncak pada Minggu (14/1/2018).

Menurut keterangan salah satu pelaku, pesta seks yang dilakukan tersebut awalnya bermula dari perkenalan via Blued, yakni aplikasi kencan gay yang cukup populer di Indonesia. Faktanya, aplikasi tersebut juga digunakan 200 pengguna yang berasal dari wilayah Cianjur.

Menurut keterangan yang dilansir Blued.cn, Senin (15/1/2018), aplikasi Blued ternyata memang mirip dengan Grindr. Blued dikembangkan oleh Blue City Holdings di Tiongkok pada 2012.

Aplikasi diciptakan oleh seorang pria bernama Geng Le. Kini, Blued sudah mengantongi jutaan pengguna. Tercatat, sudah ada lebih dari 27 juta pengguna (dengan usia 18 tahun ke atas) bergabung dengan aplikasi yang identik dengan warna biru ini.

Sama halnya dengan Grindr dan aplikasi kencan gay lainnya, Blued juga tersedia di toko aplikasi iOS dan Android, App Store dan Google Play Store.

Sepak terjang Blued sendiri bisa dibilang agresif. Bahkan, perusahaan juga sempat mengantongi kucuran dana US$ 4,6 juta (setara dengan Rp 60,4 miliar) dari investor yang enggan disebutkan namanya.

Blued sendiri mengukuhkan sebagai perusahaan teknologi yang menyediakan layanan untuk komunitas LGBT.

(Tin/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya