Upah Terlalu Rendah, Sopir Taksi Online di India Mogok Kerja

Para pengguna taksi online di India harus bersabar, pasalnya para sopir sedang melakukan mogok kerja akibat masalah upah.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Mar 2018, 18:30 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2018, 18:30 WIB
PM Kanada kunjungi Taj Mahal bersama keluarga
Siluet PM Kanada Justin Trudeau bersama sang istri, Sophie Gregoire Trudeau serta tiga anaknya saat memandangi Taj Mahal di Agra, India, Minggu (18/2). PM Kanada mengajak keluarganya ke Taj Mahal di sela-sela kunjungan ke India. (MONEY SHARMA/AFP)

Liputan6.com, Mumbai - Terhitung sejak Minggu (18/3/2018) tengah malam, para sopir taksi online di India memulai aksi mogok mereka sebagai bentuk tuntutan kenaikan upah.

Dilansir dari Reuters, Selasa (20/3/2018), sopir yang ikutan mogok berasal dari Ola, perusahaan transportasi online asal India, serta Uber.

Aksi mogok tersebut berasal dari inisiatif serikat transportasi dari partai Maharshtra Navnirman Sena (MNS), dan terpusat di pusat finansial Mumbai.

Sanjay Naik dari MNS mengungkapkan para sopir taksi online tidak sanggup mendapat penghasilan dari yang diharapkan karena adanya kesalahan manajemen dari Ola dan Uber.

"Ola dan Uber dulu sudah memberikan kepastian pada para sopir taksi online, tapi sekarang mereka tidak bisa menutupi pengeluaran para sopir," ucap Sanjay, seperti yang dilansir dari Times of India. 

"Mereka (para sopir) sudah berinvestasi sebanyak 5-7 lakh rupee (setara Rp 105-147 juta), dan berharap mendapat penghasilan 1,5 lakh rupee (Rp 31 juta) tapi mereka tidak dapat menghasilkan setengah dari uang itu karena kesalahan manajemen dari pihak perusahaan," lanjutnya.

Meski begitu, tidak semua sopir mampu mengikuti aksi mogok. Sebab, bila para sopir ikutan mogok kerja, maka mereka otomatis tidak punya uang.

"Setiap 100 rupee (Rp 21 ribu) amatlah penting bagi para sopir dan kita hanya bisa mendapatkannya lewat menyetir," ucap Tanveer Pasha, seorang sopir di Bengaluru, seperti yang dikutip dari Quartz.

Pasha menyayangkan dirinya tak bisa hadir, apalagi ia presiden dari Asosiasi Pengendara dan Pemilik OTU (Ola, Taxiforsure, dan Uber). "Sekarang kita tidak bisa mencukupi hidup dari Ola dan Uber," ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa setiap selesai bekerja, kebanyakan sopir taksi online mendapat 700 rupee (Rp 147 ribu) setiap harinya, dari jumlah tersebut mereka harus menyisihkan 500 rupee (Rp 105 ribu) untuk bayar pinjaman, sehingga sisanya hanya 200 rupe (Rp 42 ribu). Mau tidak mau, banyak sopir yang harus memiliki banyak pekerjaan.

Pihak kepolisian telah memperingati para pemimpin perserikatan perihal aksi unjuk rasa tanpa izin, sedangkan Reuters mencatat pihak juru bicara Ola terlalu dini untuk menilai efek dari unjuk rasa tersebut. Sementara, pihak Uber belum bisa dihubungi.

Mengenal Ola

Bajaj Ola
Bajaj Ola. Dok: Ola

Ola mulai beroperasi pada 2010, dan didirikan oleh Bhasivh Aggarwal dan Ankit Bhakti. Aggarwal, yang sekarang menjabat sebagai CEO, seorang wirausahawan yang memiliki latar belakang di bidang ilmu komputer dan teknik. Sementara itu, Bhakti menjabat sebagai Chief Technology Officer (CTO).

Ada yang unik dari layanan Ola, selain memberikan pilihan berbagai mobil, mulai dari mobil mewah, prime SUV, dan motor, mereka ternyata menyediakan bajaj online di India.

Bajaj online yang ditawarkan Ola juga bisa melakukan pembayaran nontunai. Selain itu, ada juga e-rickshaw, yang juga memiliki roda tiga, dan bagian depannya memiliki kemudi motor.

Saat ini, Ola sudah mengaspal di 106 kota, tiga di antaranya berada di Australia.

Uber Tersandung Hukum di Tiga Negara

CEO Uber Dara Khosrowshahi
CEO Uber Dara Khosrowshahi. Dok: TechCrunch

Uber menghentikan layanan operasionalnya di Maroko. Sebelumnya, Uber sempat menahan layanannya di Norwegia dan Finlandia demi menunggu perubahan kerangka peraturan di kedua negara tersebut.

Langkah yang diambil Uber menunjukkan perusahaan tersebut sebetulnya sudah mulai mengambil langkah halus dalam berhadapan dengan pemerintahan lokal.

Selama ini, Uber banyak dijegal dengan larangan dan protes karena mengganggu layanan taksi konvensional.

CEO baru Uber Dara Khosrowshahi justru memilih untuk menjauh dari pendekatan agresif yang dilakukan pendahulunya, Travis Kalanick.

"Sejak kami meluncur di Maroko lebih dari dua tahun lalu, sudah ada kekurangan kejelasan tentang platform baru seperti Uber dan bagaimana kami berpadu kepada model transportasi yang ada," kata Uber dalam sebuah pertanyaan, seperti yang dikutip Reuters.

Uber mengaku telah melakukan berbagai cara dan tetap tidak melihat adanya upaya konstruktif untuk mengurus regulasi hal ini.

Akhirnya, perusahaan asal San Franscisco tersebut akan menghentikan pelayanannya di Casablanca pada hari Jumat sampai ada peraturan terbaru.

Khosrowshahi sendiri tidak emosional menanggapi masalah regulasi Uber di berbagai negara, dan ia memaklumi adanya regulasi.

Lebih lanjut, pihak Uber akan memberikan bantuan finansial selama dua minggu ke depan bagi para mantan sopir Uber di Maroko.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya