Liputan6.com, Jakarta - Uber telah mencapai kesepakatan untuk menjual bisnis ride-hailing di pasar Asia Tenggara kepada Grab. Kesepakatan resmi kabarnya akan diumumkan pada Senin pagi di Singapura.
Kesepakatan ini membuat Uber memiliki saham antara 25 persen dan 30 persen dalam unit bisnis gabungan bersama Grab. Demikian menurut seorang sumber terpercaya sebagaimana dilansir Bloomberg, Minggu (25/3/2018).
Advertisement
Baca Juga
Dengan menyerahnya Uber dalam persaingan bisnis berbagi tumpangan di Asia Tenggara, berarti hanya ada dua nama layanan yang tersisa di kawasan itu, yaitu Go-Jek dan Grab.
Masih menurut sumber tersebut proses akuisisi ini akan diinisiasi oleh SoftBank Group Corp. Untuk diketahui, perusahaan teknologi dan investor itu merupakan penanam modal terbesar di Grab dan juga pemegang saham mayoritas di Uber.
Proses konsolidasi ini akan dipercepat SoftBank untuk menyeimbangkan neraca keuangan Uber yang rata-rata 'membakar' miliaran dolar setiap tahunnya. Hal serupa juga sudah dilakukan oleh SoftBank dalam akusisi operasional Uber di Tiongkok oleh Didi Chuxing.
Kesepakatan itu merupakan kemunduran besar lainnya di pasar internasional untuk Uber. Travis Kalanick, mantan CEO Uber, menjual bisnis Uber di Tiongkok pada 2016 dengan imbalan 17,5 persen saham di Didi Chuxing.
Bantahan Bos Uber
Sebelumnya, CEO Uber Dara Khosrowshahi dengan tegas membantah rumor yang menyatakan perusahaan akan keluar dari pasar Asia Tenggara dan India. Uber juga dilaporkan berencana menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada Grab.
Saat berkunjung ke India--lawatan pertamanya ke Asia sebagai bos Uber--Khosrowshahi mengatakan kepada audiensi bahwa perusahaan berencana untuk terus berinvestasi di Asia Tenggara, di mana Uber telah tergelincir di belakang Grab dan Go-Jek yang berbasis di Indonesia.
"Kami sudah ekspektasi akan kehilangan uang di Asia Tenggara dan berharap untuk berinvestasi secara agresif dalam hal pemasaran, subsidi, dan lain-lain," kata Khosrowshahi sebagaimana dikutip dari Reuters.
Khosrowshahi bahkan optimistis Uber akan bisa maju dan bersaing dengan kompetitor di Asia Tenggara. Pihaknya bahkan akan terus berinvestasi di pasar tersebut.
"Dari sudut pandang kompetitif, kami akan bisa memperbaiki diri. Saat ini rencana untuk Asia Tenggara adalah maju, melihat ke depan, dan berinvestasi," ia menjelaskan.
Sebagai informasi, rumor tak sedap itu berasal dari dua orang sumber yang mengklaim mengetahui rencana Uber tersebut. Namun, sejauh ini belum ada kesepakatan yang dicapai.
Advertisement
Grab di Asia Tenggara
Grab sendiri memiliki bisnis yang cukup kuat di Asia Tenggara. Layanannya termasuk penyewaan mobil pribadi, motor, taksi, dan carpooling di lebih dari 100 kota di Asia Tenggara.
Grab pada pertengahan tahun lalu mengatakan telah menguasai 95 persen pangsa pasar di Asia Tenggara untuk layanan pihak ketiga penyewaan taksi,dan 71 persen untuk kendaraan pribadi.
Di sisi lain, sepak terjang Uber justru tidak begitu mulus di wilayah Asia. Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu kesulitan mengalahkan para pemain lokal.
Dikutip dari Fortune, Uber sudah menyerah di Tiongkok dengan mengalihkan operasionalnya untuk kepemilikan saham di kompetitornya, Didi Chuxing, pada 2016.
Di India, layanan taksi Ola malah berhasil mengambil 3 persen pasar dari Uber pada semester II 2017. Kini, Ola memimpin India dengan lebih dari 15 persen pangsa pasar.
Peran Besar SoftBank
Mengutip laporan dari Fortune, Didi, Ola dan Grab memiliki satu kesamaan, yaitu mendapatkan suntikan dana besar dari konglomerat multinasional asal Jepang, SoftBank.
SoftBank pada bulan lalu juga berinvestasi di Uber sebesar US$ 1,25 miliar dan menjadi pemegang saham terbesar.
Berdasarkan hubungan Softbank dan empat perusahaan tersebut, SoftBank disebut sebagai "raja sesungguhnya dari layanan ride-sharing".
Kesepakatan Asia Tenggara antara Uber dan Grab ini dapat mendorong SoftBank untuk merampingkan lingkungan kompetisi layanan ride-sharing.
Rajeev Misra yang bergabung di dewan direksi Uber sebagai bagian dari investasi SoftBank, berpendapat perusahaan yang didirikan Travis Kalanick tersebut harus fokus, terutama di wialayah AS dan Eropa. Uber juga masih memiliki posisi kuat di Amerika Latin dan Timur Tengah.
Kesepakatan di Asia Tenggara dinilai dapat membantu Uber menyeimbangkan bisnisnya ke arah yang benar.
Uber yang dulu pernah berambisi menguasai dunia, langkahnya terganjal berbagai hal termasuk hambatan dari regulasi dan kompetisi kuat di banyak pasar, serta berbagai isu internal.
(Isk/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Advertisement