Liputan6.com, Nancy - Cambridge Analytica telah mengambil dan mengolah 87 juta data pengguna Facebook. Sekitar satu juta di antaranya adalah data pengguna Facebook di Indonesia.
Terungkap Facebook tidak hanya mampu mengintip data kontak telepon penggunanya, tetapi juga melihat isi percakapan pada Messenger.
Sontak, kemampuan "mengintip" ini menjadi kekhawatiran bagi pengguna Facebook. Dengan begitu, muncul pertanyaan terkait keamanan dan jaminan privasi Facebook.
Advertisement
Terlebih, perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckerberg itu juga merupakan perusahaan induk dari aplikasi perpesanan WhatsApp dan jejaring sosial berbasis foto dan video pendek Instagram.
Baca Juga
Pakar keamanan siber dan kriptografi, Pratama Persadha, dalam pernyataannya kepada Tekno Liputan6.com, menyebut ini merupakan momen tepat bagi pemerintah untuk bersikap tegas terhadap Facebook.
Menurut Pratama, Facebook sudah melanggar UU ITE dan ia berharap pemerintah mampu bersikap tegas melindungi data pengguna Facebook di Indonesia.
“Satu juta data pengguna Tanah Air yang diambil bukan angka yang kecil. Ini adalah fenomena gunung es, saat masyarakat kita banyak menggunakan layanan asing dan datanya disalahgunakan,” terang chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) itu.
Jadi Momentum untuk Desak Facebook dkk
Isu keamanan data pengguna telah menjadi objek kritik pakar dan pegiat keamanan. Pratama menyarankan pemerintah untuk menggunakan momentum ini guna mendesak Facebook membuka peladen (server) di Tanah Air, sebab ini berkaitan erat dengan keamanan data pengguna.
“Membangun server di Tanah Air adalah kewajiban bagi perusahaan teknologi besar seperti Facebook dan Google, apalagi mereka memanen begitu banyak data dari masyarakat,” tegas Pratama.
Terkait kasus Facebook, lanjut Pratama, sebenarnya pengambilan data dilakukan secara sistematis. Salah satu celahnya adalah para pengguna Facebook yang menggunakan aplikasi pihak ketiga untuk bermain kuis dan gim.
“Sering kali kita temui di Facebook ada aplikasi, kuis dan gim. Dari sanalah Cambridge Analytica masuk dan mengambil data."
"Karena itu settings privasi relatif tidak efektif saat pengguna masih terhubung dengan layanan pihak ketiga di Facebook. Pengguna bisa masuk ke Settings dan menghapus semua layanan pihak ketiga tersebut agar lebih aman,” pungkas pria asal Cepu, Jawa Tengah ini.
(Why/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement