Takjub, Lukisan Besutan Kecerdasan Buatan Dijual Rp 6,5 Miliar

Pada pekan lalu, balai lelang asal Inggris, Christie, menjual lukisan bernama Portrait of Edmond Belamy yang dibuat oleh kecerdasan buatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Nov 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2018, 19:00 WIB
Robot
Lukisan besutan robot yang dijual Rp 6 miliar. (Foto: Dream.co.id)

Liputan6.com, Jakarta - Robot memang dilibatkan di banyak bidang pembuatan produk-produk manusia. Mulai parfum, minuman, hingga peralatan kecantikan, semua merupakan beberapa di antara produk yang pembuatannya dipengaruhi komputer.

Industri terakhir yang mungkin akan disentuh oleh teknologi robotik tersebut yaitu seni.

Pada pekan lalu, balai lelang asal Inggris, Christie, menjual lukisan bernama Portrait of Edmond Belamy yang dibuat oleh kecerdasan buatan.

Dikutip dari Vox, Rabu (7/11/2018), lukisan yang dibuat secara kolektif oleh komunitas seni asal Prancis bernama Obvius itu dijual dengan harga US$ 432.500, setara Rp 6,5 miliar.

Dengan terjualnya lukisan ini, banyak orang percaya kemampuan kecerdasan buatan akan menggeser kehidupan seni sesungguhnya.

Lantas bagaimana cara kecerdasan buatan membuat lukisan wajah itu? Kecerdasan buatan yang muncul tersebut, berasal dari algoritma yang menyisir koleksi potret bersejarah.

Kemudian, dia memadupadankan dan menghasilkan lukisan tersendiri yang tercetak di atas selembar kanvas.

Dalam laman blog-nya, balai lelang Christie menyebut kemampuan kecerdasan buatan ini mampu menjadi seni masa depan.

Kecerdasan buatan itu dapat memodelkan perjalanan sejarah seni dan membuktikan seluruh kisah budaya visual manusia merupakan keniscayaan matematis.

Ada tiga orang penting di balik terciptanya Potrait of Edmond Belamy, yaitu, Hugo Caselles-Dupre, Pierre Fautrel, dan Gauthier Vernier.

Kelompok Obvius ini menamai kecerdasan buatan mereka dengan GAN, kependekan dari Generatif Adversarial Network.

Meski dipuji karena penetrasi algoritma ke dunia seni, persoalan lain malah mengemuka. Banyak pihak yang bertanya mengenai hak cipta atas karya tersebut.

Seniman dengan basis kecerdasan buatan, Robbie Barrat, 19 tahun, membagikan model penyisiran data kecerdasan buatan miliknya.

Dia kemudian membandingkan hasil karya dari kecerdasan buatan miliknya dengan milik Obvius.

"Apakah orang-orang percaya tentang ini? Apakah aku gila ketika hanya menggunakan jaringan dan menjual karya itu?" tulis Barrat di Twitter.

Kecerdasan Buatan Kini Bisa Ciptakan Parfum

Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) tak cuma merambah ke ranah aplikasi dan solusi teknologi.

Buktinya, industri fashion dan kecantikan pun mulai megadopsi kecerdasan buatan. IBM salah satunya.

Perusahaan teknologi asal Negeri Paman Sam tersebut menciptakan aroma parfum berbasis kecerdasan buatan

Seperti dilansir Geek, Rabu (31/10/2018), IBM bekerjasama dengan produsen parfum Symrise.

Kecerdasan buatan ini, dinamai Philyra. Ia merupakan sekumpulan algoritma yang bekerja untuk menciptakan formula wewangian baru.

“Menciptakan aroma parfum yang baik adalah seni dan sains yang membutuhkan ketelitian. Oleh karena itu, adanya perubahan kecil dalam jumlah material bisa menciptakan, atau menghancurkan parfum baru,” tutur Ilmuwan Pimpinan IBM Research Richard Goodwin.

Baginya, ia menciptakan Philyra untuk menghasilkan kombinasi baru dari formulasi aroma khusus.

Nantinya, Symrise akan mengujicoba dua parfum baru yang diperkirakan meluncur tahun depan, dengan perusahaan kecantikan global yaitu O Boticario.

 

Kecerdasan Buatan Kalahkan Dokter Saat Diagnosis Tumor Otak

ROSS
Ternyata, selain pekerja seks komersial, robot dengan kecerdasan buatan juga mulai mengambil peran sebagai ahli hukum. (Sumber techinsider.io)

Sistem kecerdasan buatan kembali menunjukkan tajinya di bidang kesehatan.

Kali ini, kecerdasan buatan asal Tiongkok yang dilaporkan berhasil mengungguli kemampuan diagnosis dokter.

Dilaporkan Xinhua, sebuah sistem kecerdasan buatan berhasil mengalahkan tim yang terdiri dari 15 doktor kenamaan Tiongkok dalam hal mendiagnosis tumor otak dan memprediksi hematoma.

Dari uji coba yang dilakukan, kecerdasan buatan ini berhasil mengunguli kemampuan dokter saat melakukan diagnosis dua penyakit tersebut. Dikutip dari The Next Web, Rabu (4/7/2018), kecerdasan buatan ini diberi nama BioMind.

Sistem ini dikembangkan oleh Artificial Intelligence Research Centre for Neurological Disorders dari Rumah Sakit Tiantan Beijing. Saat uji coba, kemampuan BioMind ternyata berada di atas rata-rata kemampuan para dokter.

Saat menelaah sejumlah kasus tumor otak, BioMind berhasil memprediksi benar sekitar 87 persen. Sementara para dokter hanya mampu menjawab benar 66 persen dari kasus yang diberikan.

Kecerdasan buatan ini juga mampu menganalisa kasus dengan lebih cepat. Dalam 15 menit, BioMind berhasil melakukan diagnosis 225 kasus, sedangkan para dokter hanya 30 kasus.

Ketika membahas soal hematoma di otak, BioMind juga berhasil menjawab dengan benar 83 persen kasus yang diajukan. Adapun para dokter hanya dapat melakukan diagonsa yang benar untuk 63 persen kasus.

Reporter: Dream

Sumber: Dream.co.id

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya