Menakjubkan, Ilmuwan Temukan Permen Karet Purba Berusia 10.000 Tahun

Penemuan mengungkap kalau permen karet tersebut memiliki hubungan signifikan antara material purba dengan genetik manusia.

oleh Jeko I. R. diperbarui 22 Mei 2019, 05:00 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2019, 05:00 WIB
Permen Karet
Permen karet purba berusia 10.000 tahun. (Foto: Geek.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan baru saja menemukan permen karet purba berusia 10.000 tahun. Permen karet tersebut, setelah diteliti, mengandung DNA dari manusia Skandinavia pertama yang ada di dunia pada zaman Mesolitikum.

Dilansir Geek pada Rabu (22/5/2019), DNA ini diketahui berasal dari manusia purba Skandinavia wanita dan pria.

Penemuan ini, seperti yang dipublikasikan ilmuwan Universitas Stockholm di jurnal Communications Biology, mengungkap kalau permen karet tersebut memiliki hubungan signifikan antara material purba dengan genetik manusia.

"Ada beberapa fosil tulang manusia purba di Skandinavia yang usianya juga mendekati 10.000 tahun. Namun, tidak semua dari fosil tersebut memiliki DNA yang cukup untuk dipelajari," kata Natalija Kashuba, peneliti dari Museum of Cultural History di Oslo.

"Dengan ditemukannya permen karet ini, tentu bisa menjadi sumber alternatif bagi DNA manusia untuk kami pelajari," lanjutnya.

Permen karet ini sebetulnya merupakan getah karet yang sempat dimakan oleh manusia purba.

Ia ditemukan di wilayah pesisir pantai Swedia yang telah menjadi wilayah penggalian sejak era 1990an.

"DNA dari permen karet ini memiliki potensi besar untuk mempelajari asal usul dan pergerakan manusia purba di utara Bumi. Tak cuma itu, kami juga berharap permen karet ini juga menjadi salah satu alat untuk kami meneliti bagaimana hubungan sosial manusia purba berlangsung," pungkas Natalija.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Ilmuwan Rakit Mesin Untuk Lihat Masa Depan

Ilustrasi fisika kuantum. Sumber: Science Daily
Ilustrasi fisika kuantum. Sumber: Science Daily

Di dalam fillm Avengers: Infinity War, adegan Dr Strange yang melihat 14 juta kemungkinan masa depan menarik perhatian sebagian orang.

Mungkin saja, jika manusia memiliki komputer kuantum, manusia bisa melihat masa depannya.

Hal itulah yang sedang diuji coba oleh kelompok peneliti dari Nanyang Technological University (NTU) dari Singapura dan Griffith University dari Australia.

Kelompok peneliti ini tengah mengkonstruksi perangkat prototip kuantum yang bisa menghasilkan beragam kemungkinan masa depan dalam superposisi kuantum simultan.

Dunia kuantum adalah dunia probabilitias, tempat di mana banyak kemungkinan dan berbagai paradoks yang bisa terjadi. Demikian menurut yang dilansir Science Daily, Sabtu (18/5/2019).

"Ketika kita berpikir tentang masa depan, kita dihadapkan dengan berbagai kemungkinan," ungkap asisten Profesor Mile Gu dari NTU, yang memimpin penelitian dan pengembangan mesin.

Dirinya mengatakan, kemungkinan ini tumbuh secara eksponensial saat manusia melangkah lebih jauh ke masa depan.

Misalnya, jika manusia hanya memiliki 2 kemungkinan untuk memilih dari setiap menit, dalam waktu kurang dari setengah jam ada 14 juta kemungkinan berjangka.

Dalam waktu kurang dari sehari, jumlah kemungkinannya melebihi jumlah atom di alam semesta.

Superposisi Kuantum

Ilustrasi Mesin Waktu
Ilustrasi Mesin Waktu. (Doc: Deccanchronicle)

Komputer kuantum dapat memeriksa semua masa depan yang mungkin dengan menempatkan diri mereka dalam superposisi kuantum.

Kejadian terkenal tentang superposisi adalah paradoks kucing schrodinger, yang dicetuskan oleh Erwin Schrodinger, dimana kucing (perumpamaan) yang diletakkan di suatu kotak dengan racun ada dalam posisi hidup "dan" mati.

Hanya dengan membuka kotaknya, kita bisa tahu apakah kucing itu hidup atau mati.

Cara kerja mesin ini terinspirasi dari peraih nobel Richard Feynman.

Ketika Feynman mempelajari fisika kuantum, dirinya sadar bahwa ketika suatu partikel menyusuri jalan dari titik A ke B, partikel itu tidak mengikuti satu arah, namun dia menggabungkan semua jalur yang memungkinkan untuk menghubungkan titik-titik dari A hingga B.

Masa depan juga demikian, kemungkinan awal hidup dan apa yang terjadi ke depan dapat diproyeksikan dengan mengkoneksikan titik-titik kemungkinan arah yang ada.

Jika teknologi ini berhasil dikembangkan dan disempurnakan, bukan tidak mungkin manusia bisa mengetahui masa depannya kelak.

(Jek/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya