NASA Kolaborasi dengan 11 Perusahaan untuk Bawa Manusia ke Bulan

NASA baru saja mengumumkan kerjasama dengan 11 perusahaan swasta untuk pengembangan peralatan membawa manusia ke Bulan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 21 Mei 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2019, 07:00 WIB
Bulan
Pemandangan Bumi dari Bulan. (Doc: NASA)

Liputan6.com, Jakarta - NASA baru saja mengumumkan proyek misi terbaru bersama sejumlah 11 perusahaan luar angkasa swasta. Kolaborasi ini dilakukan menyusul pengumuman program terbaru NASA yang diberi nama Artemis beberapa waktu lalu.

Dikutip dari Engadget, Selasa (20/5/2019), beberapa perusahaan swasta yang ikut berkolaborasi dalam proyek ini adalah SpaceX dan Blue Origin.

Melalui kerja sama ini, NASA ingin melakukan studi sekaligus membangun purwarupa alat pendarat yang dapat digunakan untuk mendukung misi membawa astronot ke permukaan Bulan.

Badan Antariksa Amerika Serikat itu menghibahkan sekitar USD 45,5 juta untuk mengerjakan proyek ini.

Adapun proyek ini digarap selama enam bulan di bawah program Next Space Technologies for Exploration Partnerships.

NASA berharap melalui kerjasama ini pihaknya dapat mengembangkan sebuah sistem pendaratan manusia yang mencakup kendaraan untuk melakukan transfer astronot.

Kendati demikian, masing-masing perusahaan swasta akan melakukan pengembangan untuk modul berbeda. Jadi, pengembangan yang akan dilakukan SpaceX berbeda dari Blue Origin.

Sekadar informasi, NASA beberapa waktu lalu memang baru saja mengumumkan proyek misi bernama Artemis. Proyek ini mengusung misi membawa kru wanita dan pria ke Bulan pada 2024.

AS Minta NASA Terbangkan Manusia ke Bulan Pada 2024

Bulan
Ilustrasi: misi pendaratan ke bulan (sumber: space.com)

Sebelumnya, Mike Pence, Wakil Presiden AS mengatakan, pemerintahan Presiden Trump berkomitmen mengirim kembali manusia ke bulan pada 2024.

Target ini empat tahun lebih cepat ketimbang target NASA sebelumnya yakni mengantarkan manusia ke bulan pada 2028.

Dalam pidatonya di kantor NASA, Alabama, AS, menyebutkan bahwa pemerintah akan mencoba memenuhi target ini dengan cara apapun yang diperlukan.

Mengutip The Verge, Kamis (28/3/2019), Pence meminta NASA mengadopsi kebijakan baru. Ia berpendapat badan antariksa itu "perlu menerapkan pola pikir baru yang dimulai dengan menentapkan tujuan berani dan tetap pada jadwal."

Pence mengatakan, NASA bisa mempertimbangkan untuk membuang beberapa kontraktor kemudian mengembangkan kendaraan baru untuk membawa menusia ke ruang angkasa.

"Jika roket komersial adalah satu-satunya cara membawa astronot AS ke bulan dalam lima tahun ke depan, maka buatlah roket komersial," tuturnya.

Kendati demikian, Pence menawarkan beberapa rekomendasi perubahan yang dapat membantu NASA seperti masalah kepemimimpinan, dan sumber daya.

Sekadar informasi, pemerintah AS benar-benar ingin NASA bisa membawa manusia ke bulan. Pada Desember 2017 misalnya, Trump menandatangani arahan kebijakan luar angkasa pertamanya, memerintah NASA untuk mengirim manusia ke bulan.

Pembangunan Stasiun Ruang Angkasa

Alam Semesta
Diambil oleh Teleskop Angkasa Luar Hubble, lansekap galaksi ini adalah gambar paling detail dari Alam Semesta yang pernah dibuat dalam sejarah. (NASA/ESA)

Kendati begitu, NASA memang tidak menjelaskan tentang target rencana itu. NASA menyebut 2028 menjadi tahun pertama manusia bisa sampai di bulan. Pence menyatakan ketidaksenangannya dengan itu.

Saat ini strategi NASA untuk mencapai bulan bergantung pada pembangunan stasiun ruang angkasa di orbit sekitar bulan yang disebut dengan Gateway. Platform ini berfungsi sebagai stasiun jalan bagi para astronot untuk melakukan perjalanan ke dan dari bulan.

NASA juga berfokus pada pengembangan roket terbaru yang disebut dengan Space Launch System (SLS). Nantinya roket ini digunakan untuk meluncurkan kapsul awal yang disebut Orion ke luar angkasa.

SLS tidak hanya akan mengirim orang ke Gateway, tetapi juga digunakan untuk mengirim kargo dan membantu membawa modul baru ke stasiun ruang angkasa bulan.

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya