Begini Cara Pantau Penyebaran Virus Corona di Jakarta

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki situs yang memberikan informasi untuk memantau penyebaran virus corona di wilayah Ibu Kota.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 11 Mar 2020, 12:02 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2020, 12:02 WIB
Antisipasi Virus Corona di Stasiun Gambir
Calon penumpang kereta api mengenakan masker saat berada di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (31/01). Dalam rangka pencegahan Virus Corona, PT Kereta Api Indonesia (persero) melakukan sosialisasi kepada penumpang dengan membagi-bagikan masker di stasiun Gambir. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provisi DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan ternyata memiliki situs untuk memantau penyebaran virus corona di wilayah Ibu Kota. Situs ini berisi data orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) di wilayah Jakarta.

Berdasarkan pantauan Tekno Liputan6.com, Rabu (11/3/2020), informasi soal penyebaran virus corona di Ibu Kota dapat dicek melalui situs corona.jakarta.go.id. Adapun data yang ada di situs ini dikumpulkan sejak 21 Januari 2020.

Selain data ODP dan PDP, ada pula pemetaan berdasarkan wilayah kota DKI Jakarta, jenis kelamin, termasuk perbandingan antara umur dan gender. Seluruh data yang ada di situs ini dilaporkan pula secara berkala ke Kementerian Kesehatan.

Namun perlu diingat, situs ini tidak berisi informasi mengenai jumlah pasien positif dan meninggal karena virus corona (COVID-19). Sebab, wewenang untuk pemberitahuan resmi berasal dari Pemerintah Pusat.

Untuk informasi, ODP sendiri merupakan orang dengan gejala demam lebih dari 38 derajat celcius atau memiliki riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia, dan memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.

Sementara PDP adalah orang yang mengalami gejala demam lebih dari 38 derajat celcius, ISPA dan pneumonia ringan hingga berat, serta memiliki riwayat perjalanan ke negara terjangkit atau kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 dalam 14 hari terakhir.

Bos Facebook Bentuk Gugus Tugas untuk Percepat Diagnostik Virus Corona

Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg. Dok: marketwatch.com

Di sisi lain, yayasan amal milik bos Facebook dan istri, Chan Zuckerberg Initiative, membentuk gugus tugas virus corona. Tujuannya adalah untuk melipatgandakan kapasitas pengujian dan diagnostik Covid-19 di Bay Area, San Francisco.

Diumumkan oleh Mark Zuckerberg lewat unggahan Facebook-nya, yayasannya akan mendanai akuisisi mesin diagnostik Covid-19 yang disetujui oleh FDA.

"Dengan akuisisi ini, akan secara signifikan meningkatkan kemampuan Bay Area untuk menguji dan mendiagnosis kasus baru. Kami juga menjembatani koneksi antara laboratorium klinis di Stanford dan dan UCSF untuk membantu mendistribusikan beban pengujian di seluruh wilayah," kata CEO Facebook Mark Zuckerberg dalam unggahan blognya, dikutip dari Business Insider, Rabu (11/3/2020).

The Chan Zuckerberg Initiative berharap, mesin diagnostik itu bakal siap pada 16 Maret mendatang. Meski begitu, tes hanya bisa dilakukan bagi pasien dengan gejala virus corona, dengan persetujuan dokter.

Wakil Presiden Yayasan Chan Zuckerberg Biohub Joe DeRisi mengatakan, saat epidemi virus corona terus tumbuh, kemampuan untuk menguji dan mendiagnosis kasus menjadi hal yang sangat penting. 189 ribu orang.

Mesin Diagnostik

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

"Pengadaan mesin diagnostik baru ini akan berdampak signifikan pada kemampuan kita untuk merespon wabah dengan cara lebih baik," katanya.

Adapun anggota gugus tugas corona ini terdiri dari pengurus Chan Zuckerberg Initiative dan Chan Zuckerberg BioHub. Kedua grup ini didanai oleh Zuckerberg dan Priscilla Chan, begitu juga dengan ilmuan dari Stanford University dan University of California San Francisco.

Pembentukan gugus tugas tersebut terjadi saat kapasitas AS masih terbatas menguji individu yang terkena Covid-19.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebut, kurang dari 2.000 orang telah diuji. Sementara, di Korea Selatan yang populasinya kurang dari seperenam penduduk AS telah menguji lebih dari 189 ribu orang. 

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya