Airbnb PHK 1.900 Karyawan

Startup Airbnb memangkas 25 persen karyawannya. Total, sekitar 1.900 orang karyawan Airbnb yang diputus hubungan kerja (PHK).

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 06 Mei 2020, 13:43 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2020, 13:43 WIB
Ilustrasi Airbnb
Ilustrasi Airbnb. Kredit: TeroVesalainen from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Startup Airbnb memangkas 25 persen karyawannya. Total, sekitar 1.900 orang karyawan Airbnb yang diputus hubungan kerja (PHK).

Perusahaan ini diketahui tengah berjuang keras selama beberapa bulan terakhir, saat pemerintah mengeluarkan perintah untuk bekerja dari rumah.

Akibatnya, banyak sekali pembatalan booking hotel, termasuk pemesanan hotel yang sedianya dijadwalkan untuk beberapa bulan ke depan.

Sekadar informasi, Airbnb memiliki sekitar 7.500 karyawan. Namun, virus corona telah membuat bisnis Airbnb benar-benar terdampak, pendapatan untuk Airbnb pun menurun drastis.

CEO Airbnb Brian Chesky mengatakan, pendapatan di tahun 2020 hanya akan separuh dari penerimaan mereka pada 2019.

"Bisnis Airbnb sangat terdampak," kata Chesky kepada para karyawan, seperti dikutip The Verge, Rabu (5/5/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Hemat USD 400 Juta

Airbnb
Airbnb. (Foto: Airbnb)

Media yang pertama kali melaporkan PHK adalah The Information. Dalam laporannya, The Information menyebut, pemangkasan 25 persen karyawan ini dipercaya bisa menghemat biaya antara USD 400-500 juta per tahunnya.

Sejak merebaknya isu Covid-19, Airbnb mengumumkan kebijakan pembatalan booking yang lebih fleksibel pada 31 Mei lalu.

Kebijakan ini sangat membantu bagi para pengguna jasa yang membatalkan perjalanan mereka.

Selain itu, pembatalan booking juga berdampak sangat buruk bagi para host Airbnb, mengingat penghasilan dari penyewaan ruangan jadi nihil sama sekali.


Pangkas Beban Operasional

V AIRBNB
V AIRBNB

Kerugian penerimaan ini benar-benar memukul Airbnb, pasalnya perusahaan mendapatkan keuntungan melalui biaya pemesanan hotel yang dibayarkan konsumen.

Tak hanya itu, dalam beberapa bulan terakhir, Chesky telah memangkas beban operasional hingga jutaan ratus dolar AS. Ia juga mempersiapkan diri jika situasi kembali normal dan masyarakat kembali bepergian.

Untuk melewati masalah ini, Chesky menyebut, "perusahaan perlu membuat perubahan mendasar yang (sifatnya) tidak tidak sementara atau berumur pendek."

Dia berharap, bisnis Airbnb bakal bisa kembali seperti semula, setelah pandemi ini berakhir.

(Tin/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya