Liputan6.com, Jakarta - Pengembang aplikasi Muslim Pro membantah tuduhan menjual data pribadi penggunanya ke militer Amerika Serikat (AS).
Pengembang bernama Bitsmedia itu mengatakan kepada The Straits Times bahwa mereka akan segera memutuskan hubungan dengan mitra datanya.
Baca Juga
Begini Cara Kerja Bandar Judi Online yang Bikin Pemain Ketagihan Meski Sering Kalah!
Link Download SE Libur Pilkada 27 November 2024, Beri Kemudahan Warga Negara untuk Memilih
Muka-Muka Baru di Barisan Kiper Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026 tanpa Maarten Paes, Ernando hingga Nadeo dan Riyandi
Namun, pengembang aplikasi yang berbasis di Singapura itu tidak menyebutkan siapa mitra mereka.
Advertisement
"Ini tidak benar. Perlindungan dan penghormatan privasi pengguna kami adalah prioritas utama Muslim Pro," kata Nona Zahariah Jupary, ketua komunitas Muslim Pro.
"Sebagai salah satu aplikasi Muslim paling tepercaya selama 10 tahun terakhir, kami mematuhi standar privasi dan peraturan perlindungan data yang paling ketat, dan tidak pernah membagikan informasi identitas pribadi apa pun," sambung Nona Zahariah.
Dia menambahkan perusahaan telah melakukan penyelidikan internal dan sedang meninjau kebijakan tata kelola datanya untuk mengonfirmasi bahwa semua data pengguna Muslim Pro ditangani dengan benar.
Â
Data Pengguna Dibeli dari Pihak Ketiga
Sebelumnya, Vice melaporkan militer AS membeli data Muslim Pro melalui broker data pihak ketiga yang disebut X-Mode. Pialang data mengumpulkan data atau membelinya dari perusahaan lain.
Data yang dilaporkan dibeli termasuk informasi lokasi serta nama jaringan Wi-Fi yang terhubung dengan pengguna, timestamp, dan informasi tentang ponsel tempat aplikasi diinstal seperti modelnya.
Nona Zahariah mengatakan bahwa Muslim Pro mulai bekerja sama dengan X-Mode empat minggu lalu, tetapi setelah itu kerja sama dihentikan bersamaan dengan mitra data lainnya.
Namun sayangnya, dia tidak mengungkapkan secara detail mengenai latar belakang X-Mode.
Advertisement
Tanggapan Komunitas Muslim
Mengenai masalah ini The Islamic Religious Council of Singapore (Muis) mengatakan, bahwa mereka tidak memiliki pengawasan atas aplikasi seperti Muslim Pro dan tidak memberikan dukungan apa pun untuk mereka.
"Kami mendorong komunitas Muslim untuk berhati-hati saat menggunakan aplikasi semacam itu," kata juru bicara Muis
Juru bicara Muis menambahkan, pengguna juga harus berhati-hati tentang informasi identitas pribadi, memperhatikan syarat dan ketentuan khusus yang menyertai penggunaan aplikasi, serta konten yang ada di aplikasi semacam itu.
Dia mengatakan Muis memiliki aplikasi Muslim SG sendiri, yang menyediakan informasi untuk Muslim lokal seperti waktu sholat, gerai makanan bersertifikat halal, dan lokasi masjid.
(Isk/Ysl)