Komentari WhatsApp, Kaspersky: Model Bisnis Layanan Gratis Dibayar dengan Data Pribadi

Kaspersky menganggap model bisnis layanan gratis seperti WhatsApp dan Facebook tak sepenuhnya gratis karena ada pertukaran dengan data pengguna.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 14 Jan 2021, 15:16 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2021, 15:16 WIB
WhatsApp Paksa Pengguna untuk Berbagi Data dengan Facebook
WhatsApp Paksa Pengguna untuk Berbagi Data dengan Facebook. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan WhatsApp untuk memperbarui kebijakan privasi mereka memicu banyak kekhawatiran pengguna. Pasalnya, dalam kebijakan privasi barunya, WhatsApp seolah memaksa pengguna menyetujui adanya integrasi dengan Facebook.

Salah satunya yang ikut berkomentar adalah peneliti senior Kaspersky Anna Larkina.

Ia menyebut, saat ini tak ada layanan yang sepenuhnya tidak berbayar. Mengacu pada WhatsApp, Anna mengatakan, model bisnis untuk layanan gratis berarti pengguna membayarnya dengan data.

"Nyatanya tidak ada yang sepenuhnya tidak berbayar, dan sayangnya model bisnis saat ini untuk layanan gratis berarti kita membayarnya dengan data kita," kata Anna, dikutip dari keterangan Kaspersky, Kamis (14/1/2021).

Ia lebih lanjut mengatakan, jejaring sosial, beberapa messenger, dan mesin pencari menghasilkan uang dari iklan yang akan makin baik jika dipersonalisasi.

"Faktanya, Facebook dan perusahaan lain telah melakukan ini melalui layanannya selama beberapa tahun terakhir," katanya.

Dua Kabar Baik tentang Facebook dan WhatsApp

Cara kunci WhatsApp
Ilustrasi cara kunci WhatsApp (Sumber:Pixabay)

Menurut Anna, kabar baiknya adalah Facebook bersifat transparan tentang kebijakannya.

Begitu juga dengan WhatsApp yang menegaskan tidak membaca percakapan pengguna karena menyertakan enkripsi end-to-end untuk layanan pesannya.

"Yang mereka telusuri hanya informasi teknis dan akun," kata Anna, menyoal kebijakan privasi baru WhatsApp.

Meski begitu, dia mengatakan ke depannya integrasi antara Facebook dan WhatsApp akan terus meningkat.

"Pengguna perlu memutuskan tingkat berbagi informasi apa saja yang mereka kehendaki dan aplikasi perpesanan mana yang mereka sukai. Untungnya ada berbagai berbagai platform perpesanan alternatif dan saat ini pengguna dapat memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk mereka," kata dia.

Sementara terkait aplikasi pesan mana yang lebih aman, Peneliti Ancaman Seluler di Kaspersky Victor Chebyshev mengatakan, sebagian besar aplikasi pesan saat ini relatif aman karena menggunakan enkripsi saat mengirim pesan.

"Di iOS fakta tersebut membuat aplikasi semacam ini sangat andal, yang perlu diingat pengguna mungkin menghadapi serangan pada perangkat atau upaya untuk menginfeksinya oleh para pelaku kejahatan siber," tutur Victor.

Sementara situasi di Android agak sedikit berbeda karena terdapat Layanan Aksesibilitas bawaan. Sayangnya para pelaku kejahatan siber diketahui telah memanfaatkan kemampuan layanan ini untuk mengumpulkan data pengguna.

Tips untuk Pemilik Smartphone dan Perangkat Mobile

[Fimela] WhatsApp
Ilustrasi Media Sosial dan Aplikasi Chat | unsplash.com/@christianw

Untuk melindungi data pengguna, para pemilik gadget dan perangkat seluler harus:

- Jangan download messenger dan program lain dari sumber ketiga, gunakan toko aplikasi resmi untuk unduh aplikasi

- Baca dengan sesksama perjanjian dengan pengguna. Pasalnya ada situasu ketika pengembang secara terbuka mengingatkan bahwa mereka dapat membagikan data pengguna kepada pihak ketiga

- Jangan ikuti tautan mencurigakan dari pesan, meski dikirimkan oleh orang terpercaya

- Gunakan solusi keamanan untuk perangkat mobile

- Perhatikan izin yang diminta oleh si aplikasi. Jika izin yang diminta tidak diperlukan untuk mendukung fungsinya, pengguna perlu waspada. Misalnya, aplikasi senter meminta izin akses mikrofon, tentu hal ini cukup janggal karena tak sesuai fungsinya.

(Tin/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya