Liputan6.com, Jakarta - Tuntutan mobilitas serta migrasi aplikasi dan data ke cloud telah meningkat dan mendominasi teknologi jaringan selama satu dekade terakhir.
Keduanya secara bersama-sama telah mentransformasi dunia IT, dari era mobility ke era cloud. Tren peralihan ini pada akhirnya membawa kita ke fase berikutnya pada tahun 2021, yakni adopsi Intelligent Edge.
Intelligent Edge penting bagi perusahaan/organisasi untuk dapat menerapkan sistem remote working sepenuhnya. Menurut laporan perusahaan riset pasar Gartner, pada tahun 2025 diprediksi tiga per empat data yang berasal dari perusahaan akan tercipta dan diproses di Edge.
Advertisement
"Regulasi terbaru pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi peningkatan penularan Covid-19 adalah hanya mengizinkan 25 persen pekerja di 75 kabupaten/kota bekerja di kantor, sementara 75 persen lainnya harus bekerja dari rumah," ujar Robert Suryakusuma, Country Manager Indonesia, Aruba, Perusahaan Hewlett-Packard dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/2/2021).
Baca Juga
Intelligent Edge, menurut Robert, "akan menjadi fokus utama perusahaan-perusahaan di Indonesia yang ingin mengelola infrastruktur TIK mereka supaya dapat mendukung aktivitas bekerja dari rumah, kembali ke kantor dengan aman, dan mendukung berbagai inisiatif agar bisnis tetap berjalan."
Dalam sesi presentasinya, Robert memaparkan empat tren utama yang diprediksi oleh Aruba akan terjadi pada 2021. Tren pertama adalah sistem kerja "hybrid" terus berlanjut.
Terkait hal ini, Robert menyoroti program vaksinasi yang tengah berlangsung sejak Januari dan pemerintah mengupayakan program ini selesai dalam 15 bulan. Karena itu, menurut dia, aktivitas bekerja dari rumah atau work from home masih akan berlangsung dalam waktu lama.
"Program vaksinasi COVID-19 sudah dimulai, tetapi sampai akhir 2021 banyak pekerja yang bekerja dari luar kantor dan sesekali pergi ke kantor dan sebagian lagi malah benar-benar bekerja di luar kantor sepenuhnya. Hal ini mengakibatkan perubahan besar terhadap ruang kerja di kantor, budaya perusahaan, konektivitas, dan jaringan," ujar Robert.
Apa yang sebelumnya dianggap bersifat sementara untuk mencegah penularan Covid-19, kini justru telah berubah menjadi sebuah sistem kerja hybrid, asalkan para pekerja bisa bekerja di rumah, kantor, atau tempat lain dengan koneksi aman dan dapat diandalkan.
Tren kedua
Kemudian tren kedua berkenaan dengan masalah keamanan yang harus dipahami secara dinamis mulai dari Endpoint, Edge, hingga Cloud.
Dalam beberapa tahun terakhir, Cloud semakin matang dan jaringan Edge pun bertumbuh, dengan berbagai jenis endpoint yang dipercepat pula oleh ledakan IoT. Karena itulah, cara pandang mengenai keamanan dan penerapannya menjadi bagian penting di dalam arsitektur jaringan, bukan sekadar komponen yang terpasang di lingkungan IT enterprise.
Aktivitas bekerja dari rumah dan lingkungan kerja hybrid mendorong para pemimpin TIK untuk semakin serius dalam memahami pendekatan connected security.
Dalam hal ini, solusi arsitektur jaringan dengan prinsip Zero Trust akan selalu menjadi bagian inti keamanan yang efektif. Beban kerja TIK tradisional keluar dari Edge dan dipindahkan ke lingkungan cloud atau SaaS. Kekosongan yang ditinggalkan kemudian akan diisi oleh beban kerja spesifik untuk OT/IoT.
Selain itu, lewat penerapan 5G, arsitektur jaringan harus menghadapi beban kerja Multi-access Edge Compute (MEC)--baik privat maupun publik--yang lebih membutuhkan pendekatan dinamis terhadap kebijakan kemanan yang berkembang melampaui alur kerja user-centric yang dioptimalkan untuk Zero Trust.
Â
Advertisement
Tren ketiga dan keempat
Tren selanjutnya pengguna adalah "Raja". Kini TIK tidak sekadar menjaga infrastruktur jaringan tetap aktif dan bekerja baik, tetapi menjaga kepuasan pengguna. Dari sudut pandang pemimpin TIK, kepuasan pengguna ini terkait dengan produktivitas pekerja dan pada akhirnya akan memengaruhi profitabilitas bisnis.
Tren keempat berkaitan dengan Automasi di operasional jaringan. Perlu ditekankan. Progress automasi tidak sama di seluruh paradigma jaringan.
Di pusat data, yang merupakan lingkungan yang lebih terkontrol jika dibandingkan dengan WAN atau LAN, penerapan automasi lebih mendalam. Perubahan di pusat data sebagian besar dipengaruhi oleh struktur hierarkis alami sehingga lebih mudah dipahami dan dikelola melalui skrip automasi.
Sementara Edge (baik LAN dan WAN) merupakan lingkungan yang lebih chaotic sebab perubahannya dipicu oleh berbagai faktor yang tak bisa dikontrol sepenuhnya oleh TIK. Faktor-faktor itu antara lain pola perilaku manusia dan perangkat mereka, yang berubah secara konstan.
Ada kebutuhan untuk memanfaatkan Artificial Intelligence dan Machine Learning untuk mendeteksi perubahan segera setelah terjadi, serta merespons perubahan secara terus menerus sesingkat apa pun.
"Kini pada 2021, empat tren yang sudah disebutkan akan menyediakan tool bagi para pemimpin IT untuk melalui keadaan yang tak terduga, baik hari ini maupun nanti. Semua itu akan memperkuat para pemimpin IT secara top down untuk memposisikan IT sebagai fungsi yang sangat krusial bagi bisnis dalam bermanuver menghadapi masa depan, apa pun wujudnya. Terjadinya pandemi ini akan mengakselerasi perubahan kultur dan lingkungan kerja," kata Robert menyampaikan kesimpulannya