Peneliti Hitung Batas Waktu Matahari dapat Sokong Kehidupan di Bumi

Kelompok peneliti yang berkolaborasi dengan NASA membuat studi untuk mengetahui jangka waktu Matahari dapat menyokong kehidupan di Bumi.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 06 Mar 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2021, 12:00 WIB
Ilustrasi matahari meledak pemicu kiamat (NASA)
Ilustrasi matahari meledak pemicu kiamat (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok peneliti yang bekerja sama dengan NASA baru saja membuat kalkuasi mengenai kapan Matahari tidak bisa lagi menyokong kehidupan di Bumi. Ketika saat itu tiba, Matahari akan membahayakan kehidupan di Bumi, sebab menghancurkan oksigen di planet ini.

Lantas, kapan Matahari dapat mengancam kehidupan di Bumi? Dikutip dari The Next Web, Sabtu (6/3/2021), para peneliti memperhitungkan kondisi itu akan terjadi kira-kira 1 miliar tahun mendatang, tepatnya 1.000.002.021 tahun.

"Kami menemukan deoksigenisasi di masa depan adalah konsekuensi tak terhindarkan dari peningkatan fluks Matahari," tulis penelitan dalam studi yang dipublikasikan awal pekan ini.

Dalam laporan ini, NASA berkolaborasi dengan tim peneliti dari Tohoku Universitys dan Georgia Institute of Technology. Para peneliti membuat kesimpulan ini setelah melakukan pemodelan dan simulasi berbasis algoritma hingga ratusan ribu kali.

"Karena pemodelan evolusi Bumi secara intrinsik memiliki ketidakpastian secara geologi dan biologi, pendekatan stokastik diadopsi untuk memungkinkan peneliti memperoleh penilaian probabilistik umur atmosfer beroksigen," tulis studi dari Tohoku University ini.

Sebagai informasi, dalam studi ini, asisten profesor dari Tohoku University, Kazumi Ozaki, diketahui menjalankan pemodelan hingga lebih dari 400 ribu kali. Tiap pemodelan itu menggunakan parameter yang berbeda.

Kendati demikian, perlu diketahui, studi ini sifatnya prediksi yang didasarkan pada kondisi Matahari. Kondisi Matahari sendiri dianggap lebih mudah dijadikan acuan dalam pemodelan, sebab kondisinya lebih stabil.

Selain Matahari, ancaman terhadap kelangsungan Bumi sebenarnya juga dipengaruhi pemanasan global yang sedang terjadi. Bahkan, faktor ini lebih sulit diprediksi, sebab sejumlah ilmuwan menilai kondisi sekarang sangat menyimpang dari data yang ada sebelumnya.

Rover Perseverance NASA Sukses Mendarat di Mars

Penampakan Lokasi Pendaratan Rover NASA di Mars. Sumber: NASA/JPL-Caltech
Penampakan Lokasi Pendaratan Rover NASA di Mars. Sumber: NASA/JPL-Caltech

Di sisi lain, rover Perseverance milik NASA sukses mendarat di Mars setelah melakukan perjalanan sejauh 292,5 juta mil dari Bumi.

NASA mengumumkan keberhasilan ini pada Kamis pukul 15.55 waktu setempat. Menurut tim, rover Perseverance mendarat dengan sukses dan mulus.

Dilaporkan CNN, Jumat (19/2/2021), rover yang karib disebut Percy tersebut dijalankan melalui pusat kontrol misi.

Selain sukses mendarat di Mars, Percy juga mengirimkan gambar pertamanya dari lokasi pendaratan. Tampak di dalam gambar tersebut adalah lokasi pendaratannya di Kawah Jezero, Mars.

Rover Percy menempuh perjalanan hampir 300 juta mil sejak meninggalkan Bumi, lebih dari 6 bulan lalu. Ketekunan tim mempersiapkan perjalanan Percy hingga tahap akhir selama pandemi telah membuahkan kesuksesan.

"Pendaratan ini merupakan salah satu momen penting bagi NASA, Amerika Serikat, dan eksplorasi luar angkasa secara global, ketika kami tahu berada di titik puncak dan akan 'menajamkan pensil' untuk kembali menulis sejarah," kata Pejabat Administrator NASA Steve Jurczyk.

Cari Tanda Kehidupan Lampau

Ia mengatakan, misi Perseverance Mars 2020 telah mewujudkan semangat bangsa untuk bertahan dalam situasi paling menantang sekaligus menginspirasi dan memajukan ilmu pengetahuan untuk eksplorasi.

"Misi tersebut merupakan wujud cita-cita manusia yang tekun untuk menuju masa depan dan membantu kita mempersiapkan diri untuk eksplorasi manusia di Mars pada 2030-an nanti," katanya.

Perseverance sendiri menjadi misi pertama dari Bumi untuk mencari sumber kehidupan lampau di Mars.

Perseverance akan mengeksplorasi Kawah Jezero, sebuah situs danau kuno yang kabarnya sudah ada sejak 3,9 miliar tahun lalu. Perseverance akan mencari sisa mikro fosil yang ada di tanah dan batuan di sana.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya