Liputan6.com, Jakarta Dugaan kebocoran data 1,3 juta pengguna aplikasi eHAC yang diungkap peneliti dari vpnMentor menjadi sorotan para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Selasa (31/8/2021) kemarin.
Berita lain yang juga menjadi pusat perhatian datang dari Kemkominfo yang mengaku tengah melakukan investigasi terkait kasus ini.
Baca Juga
Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.
Advertisement
1. 1,3 Juta Data Pengguna Aplikasi eHAC Diduga Bocor
Peneliti dari vpnMentor baru saja mengungkap adanya dugaan kebocoran data 1,3 juta pengguna aplikasi eHAC atau Electronic Health Alert Card. Sebagai informasi, eHAC merupakan aplikasi yang dibutuhkan untuk melakukan verifikasi penumpang selama bepergian.
Dikutip dari ZDNet, Selasa (31/8/2021), temuan ini dilakukan oleh peneliti dari vpnMentor yang dipimpin oleh Noam Rotem dan Ran Locar. Dalam temuannya, vpnMentor menyebut eHAC tidak menggunakan protokol privasi yang baik, sehingga data sensitif dari lebih sejuta orang terekspos di open server.
Adapun Noam dan Ran mengatakan, temuan mengenai dugaan kebocoran data eHAC ini merupakan bagian dari upaya mereka untuk mengurangi jumlah kebocoran data dari situs web maupun aplikasi di seluruh dunia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Kemkominfo Investigasi Dugaan Kebocoran Data eHAC
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) belum banyak bicara soal dugaan kebocoran data yang terjadi di aplikasi eHAC Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Juru Bicara Kemkominfo Dedy Permadi hanya menyebut bahwa mereka masih melakukan investigasi dugaan kebocoran data pengguna eHAC lawas tersebut.
"Sedang kami investigasi," jawab Dedy lewat pesan singkat saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Selasa (31/8/2021).
Advertisement
3. Data eHAC Diduga Bocor: Ini Dampak Bagi Pengguna hingga Cara Mencegah Kebocoran Data Kian Meluas
Pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya, mengungkap pengguna eHAC yang datanya bocor rentan dieksploitasi atau jadi korban kejahatan siber.
"Pemilik data yang bocor akan rentan dieksploitasi, misalnya (jadi korban) scam atau penipuan, peretasan, hingga pemalsuan identitas," kata Alfons, ketika dihubungi Tekno Liputan6.com, Selasa (31/8/2021).
Bukan hanya itu, menurutnya, jika data diretas secara live bisa berakibat pada kekacauan besar, apalangi mengingat Indonesia kini masih berjuang melawan pandemi Covid-19.
Infografis Data Pengguna Facebook Indonesia Bocor
Advertisement