Kaspersky: Karyawan Lebih Nyaman Bekerja Jarak Jauh

Survei Kaspersky mengungkap, di tahun kedua pandemi ini, mayoritas karyawan mengaku lebih nyaman bekerja jarak jauh dibandingkan di kantor.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 02 Nov 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2021, 12:00 WIB
WFH
Ilustrasi WFH Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Liputan6.com, Jakarta - Kaspersky melakukan survei terhadap 4.303 pekerja sektor TI. Hasilnya, 54 persen karyawan melaporkan adanya peningkatan beban kerja sejak beralih ke sistem jarak jauh.

18 persen di antaranya menggambarkan peningkatan beban kerja signifikan. 37 persen merasa tidak melihat perubahan volume beban kerja, dan 90 persen mencatat penurunan lingkup kerja karena kondisi baru.

Mengutip keterangan Kaspersky, Selasa (2/1/2021), pada 2020 digitalisasi interaksi karyawan jadi salah satu perubahan paling cepat.

Namun di awal lockdown, 82 persen manajerial merasa khawatir transisi pekerjaan jarak jauh akan menurunkan produktivitas hingga. Selain itu, 69 persen pekerja mengklaim, pekerjaan jarak jauh (WFH) mempengaruhi kondisi emosional secara negatif.

Dalam survei terbaru ini, 64 persen responden tidak lagi merasa kelelahan dari penerapan WFH. Faktanya, 36 persen responden menyebut dirinya memiliki lebih banyak energi saat WFH dan 28 persen responden mengaku lebih nyaman bekerja dari rumah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Solusi Kerja Hybrid Disukai Karyawan

Mengatur Jarak Pandang dari Komputer dan Gadget
Ilustrasi WFH Credit: pexels.com/Ekaterina

Namun, masih ada 36 persen yang mengaku lebih lelah dan 33 persen lebih cemas saat WFH. Untuk itu, salah satu solusi populer di kalangan pekerja adalah model kerja hybrid.

Format bekerja hybrid disukai di kalangan pekerja. 45 persen beralih ke pekerjaan hibrida pada pertengahan 2021.

Solusi lainnya adalah menerapkan praktik kesejahteraan perusahaan. Ada 80 persen perusahaan berinvestasi dalam kursus untuk meningkatkan keterampilan seperti manajemen dan ketepatan waktu (31 persen).

Perusahaan juga menawarkan fasilitas seperti cuti berbayar (30 persen) dan menyediakan konsultasi kesehatan online (29 persen).

Hanya 45 persen perusahaan melakukan tindakan praktikal, seperti otomatisasi operasi keamanan atau rekrut staf tambahan untuk mengatasi kelelahan karyawan.


Organisasi Fokus dengan Kesehatan Mental Karyawan

Mengatur Pencahayaan Komputer dan Gadget
Ilustrasi WFH Credit: pexels.com/Thisisengineering

Chief Human Resources Kaspersky Marina Alekseeva mengatakan, saat ini kesejahteraan karyawan jadi fokus banyak organisasi.

"Sayangnya tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua dalam mengembangkan program kesejahteraan karena keberhasilan bergantung pada kebutuhan semua karyawan," katanya.

Program kesejahteraan yang dimaksud mulai dari bantuan psikologis, konsultasi, program kebugaran, layanan konsultasi hukum, hingga keuangan.

Di Kaspersky, perusahaan memiliki platform khusus untuk relaksasi digital sebagai bentuk dukungan psikologis. Program bernama Cyber Spa ini diharapkan bisa membantu karyawan untuk tetap rileks dari hiruk pikuk kehidupan sembari beristirahat di tengah kesibukan.

(Tin/Isk)


Infografis Gerakan Rileks Tubuh Saat WFH

Banner Infografis 8 Gerakan Bikin Rileks Tubuh Saat WFH atau WFO di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Banner Infografis 8 Gerakan Bikin Rileks Tubuh Saat WFH atau WFO di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya